Satu minggu setelah kepergian Baskara, awan mendung belum juga menyingkir. Gita masih meratapi kepergian ayahnya, rasanya baru sebentar gadis itu merasakan indahnya memiliki orang tua, kini ia harus kembali merasakan pahitnya menjadi anak yatim piatu.
Ia bahkan terus menyalahkan diri sendiri, seharusnya ia menolak ketika ayahnya menawarkan ayam goreng untuknya, sehingga ayahnya bisa cepat pulang dan kecelakaan maut itu tidak pernah terjadi.
Tahlilan tujuh hari sudah berakhir, rumahnya sudah kembali sepi dan sunyi sehingga tangis yang sedari tadi ia tahan akhirnya tumpah juga. Gita memeluk erat pakaian terakhir yang di kenakan Baskara saat kecelakaan itu terjadi. Dengan deraian air matanya, ia memandangi motor tua Baskara yang penyok, yang kemungkinan sudah tidak dapat di perbaiki.
"Sudahlah, Nak. Langkah Ayahmu akan semakin berat jika terus kau tangisi seperti ini." Tangan renta Cempaka, mengelus lembut di bahu Gita.
Gadis itu mendongak menatap neneknya, dari matanya Gita bisa melihat ada kesedihan yang mendalam yang juga di rasakan Cempaka, tapi wanita tua itu berusaha keras untuk tetap tegar, dan Gita pun harus seperti itu. Ia tidak ingin langkah ayahnya di keabadian sana terasa berat karena linangan air matanya.
Perlahan Gita menyeka air matanya dengan lengannya. "Lebih baik kita bereskan saja barang-barang ayahmu, jika sekiranya masih ada yang layak untuk di berikan ke orang lain, kita sumbangkan agar bisa menjadi amal jariahnya disana," ucap Cempaka.
Gita mengangguk setuju, ia beranjak dari tempat duduknya dan menggandeng neneknya menuju kamar ayahnya. Cempaka merapih barang-barang Baskara yang berada di lemari, sementara Gita membereskan meja kerja ayahnya.
Melihat tas ransel hitam yang terakir kali Baskara kenakan saat mengantarnya ke sekolah, ia langsung teringat pada Guardian AI yang pernah Baskara tunjukan, ia penasaran apakah ia bisa mengoperasikan program itu tanpa ayahnya.
Ketika memegang tas itu, Gita langsung terkejut karena tas tersebut terasa ringan. Ia segera membukanya untuk memastikan, dan benar dugaannya. Tak ada laptop di dalamnya, ia menoleh ke arah Cempaka yang berada di belakangnya. "Nek, apa polisi dan pihak rumah sakit sudah memberikan semua barang-barang Ayah tanpa tersisa?"
"Sepertinya sudah semua," jawab Cempaka yakin
"Nenek yakin? Tak ada barang yang masih di polisi untuk penyelidikan?"
"Polisi tidak melakukan penyelidikan lanjutan karena Ayahmu mengalami kecelakaan tunggal. Motor tuanya melaju dengan kecepatan tinggi di tengah hujan deras, sehingga mesinnya menjadi tidak stabil dan membuatnya menabrak pembatas jalan. Memangnya ada apa, Nak?"
"Tapi laptop Ayah tidak ada, Nek." Gita berpikir sejenak mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Mungkinkah kebetulan di curi oleh orang yang tak sengaja melintas dan melihat ada kecelakaan? Atau memang ini sudah di rencanakan? "Nek, kita harus melaporkan kehilangan ini, kita harus mendapatkan laptop Ayah kembali."
Belum sempat Cempaka menjawab pertanyaan Gita, tiba-tiba saja mereka di kejutkan dengan gedoran pintu depan. Nampaknya orang yang datang sudah tidak sabar bertemu dengan penghuni rumah sehingga gedorannya membuat jantung Cempaka berdetak kencang. "Siapa yang datang tidak sopan begitu?" gerutunya.
Dengan di temani Gita, Cempaka membuka pintu. Tiga orang pria bertubuh besar berpakaian hitam-hitam berdiri di balik pintu memasang wajah sangar. Cempaka menelan ludahnya, ia mencoba untuk tidak gentar menghadapi mereka. Ia menggenggam erat tangan Gita seolah ia mengatakan ia akan melindunginya dan Gita tidak perlu takut. "Mau apa kalian datang ke rumahku?" tanyanya dengan tegas.
"Kami mau menagih hutang Baskara," ucap salah satu dari mereka sembari mengulurkan surat berisi tagihan hutang Baskara yang sudah jatuh tempo dua hari lalu.
Cempaka tidak terlalu kaget, sebab sejak awal Baskara tinggal di rumahnya. Putranya sudah mengatakan jika dia memiliki hutang yang di akibatkan oleh Mutiara. Tapi kepergian Baskara yang begitu mendadak dan duka yang begitu mendalam melupakan tentang hutang tersebut.
"Kasih aku waktu tiga hari lagi, aku akan melunasi semuanya," ucap Cempaka.
Ketiganya tersenyum mengejek seolah meragukan janji Cempaka. "Bagaimana jika kau tidak bisa melunasinya?"
"Aku pasti akan melunasinya!!"
"Kalau kau tak sanggup melunasinya, bagaimana kalau kau serahkan gadis ini ke kami," salah seorang dari mereka mengulurkan tangannya hendak mencolek Gita, namun dengan cepat Cempaka menepisnya.
"Jangan macam-macam dengan cucuku!" Cempaka mendorong ketiga pria itu, kemudian dengan cepat menutup dan mengunci pintu.
Napasnya terengah-engah sembari memeluk Gita. "Kau jangan takut, Nak."
Gita menggelengkan kepalanya, ia sama sekali tidak takut pada tiga orang itu, ia justru takut neneknya kenapa-kenapa karena mereka. "Apa yang terjadi, Nek?" tanyanya bingung. "Mengapa mereka menagih hutang?"
Cempaka mengajak Gita duduk di ruang tamu, ia menceritakan jika Baskara masih menanggung hutang Mutiara, ibunda Kai.
Gita langsung mengerti sekarang mengapa ia selalu melihat Baskara kerja keras siang dan malam. Baskara tidak hanya fokus pada program-program yang tengah di kembangkannya, tapi juga ia sering menerima berbagai pekerjaan freelance programmer, hingga memperbaiki laptop atau PC yang rusak. Itu semua ia lakukan untuk mencicil hutang dan memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Inilah waktunya," ucap Cempaka. Sudah sejak lama ia mengajukan gagasan untuk menjual rumahnya agar Baskara bisa terlepas dari hutang, namun Baskara menentangnya.
"Kerabatnya teman Nenek bersedia membeli rumah ini. Nenek akan menjual rumah ini untuk menutup hutang Ayahmu." Cempaka mengulurkan tangannya mengelus kepala Gita. "Kau kembalilah ke Bandung, panti asuhan lebih nyaman untukmu tinggal, Nak." Suara Cempaka terdengar gemetar, padahal saat berbicara dengan tiga orang preman tadi ia begitu lantang.
Gita menggeleng dengan kencang, buliran-buliran air matanya kembali menetes. "Aku tidak mau kembali ke panti, aku tidak bisa meninggalkan Nenek sendirian. Nenek adalah Nenekku. Huhu..." ia memeluk Cempaka dengan erat.
"Sayang, Nenek tidak akan kemana-mana. Kalau ada waktu, kau bisa menengok Nenek di toko, Nenek akan tinggal dan berjualan di sana."
"Aku tidak mau... Pokoknya aku mau tetap tinggal dengan Nenek.. Huhu..." Gita bukan hanya semata-mata tak tega meninggalkan Cempaka, ia sudah begitu menyayanginya, baginya Cempaka adalah keluarga, dan keluarga tidak boleh berpisah apapun yang terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩᵇᵃˢᵉ fj⏤͟͟͞R ¢ᖱ'D⃤ ̐
apakah ada yang sengaja mensabotase kecelakaan yang terjadi pada Bagaskara?apakah laptopnya hilang atau di curi orang?lalu bagaimana program Al yang di rancang Bagaskara ,padahal program itu sudah di setujui oleh pihak swasta.
2024-11-18
6
☘️ gιмϐυℓ ☘️
😭😭😭 sudah jatuh ketimpa tangga part 2 ini mah.. Baskara meninggal & masih menyisakan hutangnya Mutiara 🥺🥺🥺 apa mungkin ini semua ulah suaminya Mutiara ya? 🤔🤔🤔
2024-11-18
7
☠ᵏᵋᶜᶟ🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈
waaaah cepat sekali Baskara pergi meninggalkan semua orang, apalagi Gita baru saja merasakan kasih sayang dari seorang ayah eeeeh sekarang udah jadi anak yatim piatu lagi 😭😭😭
2024-11-18
4