Suasana sepi menyelimuti kediaman Cempaka setelah Baskara mengantar Gita ke panti asuhan, padahal Gita hanya menginap semalam namun gadis itu mampu membuat suasana rumah Cempaka sangat hidup.
Saat masih gadis, Cempaka sudah mendambakan memiliki anak perempuan, namun sayangnya ketika ia dan suaminya ingin melakukan program kehamilan anak kedua mereka, sang suami tercinta harus berpulang ke pangkuan Yang Maha Kuasa.
Cempaka begitu gembira ketika Baskara mengungkapkan rencananya untuk menikah, tapi sangat di sayangkan Cempaka dan Mutiara sering berselisih paham yang mengakibatkan mereka sering bertengkar. Untuk itulah Cempaka tidak ikut serta ketika putra semata wayangnya memintanya untuk tinggal di rumah barunya. Cempaka ingin Baskara bahagia bersama keluarga kecilnya.
Kelahiran Kai merupakan anugerah terindah bagi Cempaka, cucu pertamanya itu begitu tampan dan ceria. Sekali waktu Cempaka mengajak Baskara berdiskusi agar dia menambah momongan lagi agar Kai tidak kesepian, Baskara pun sepemikiran dengan Ibunya, ia merasakan betul sepi dan sendirinya menjadi anak tunggal.
Di usia Kai yang baru genap 5 tahun, Baskara mengajak Mutiara untuk kembali menjalani program kehamilan. Ia menginginkan anak perempuan hadir di tengah keluarga kecilnya, sayangnya keinginan Baskara itu tidak di sambut hangat oleh Mutiara.
Wanita itu memilih melanjutkan pendidikannya di Singapore, meninggalkan suami dan anak laki-lakinya. Sejak saat itu hubungan keduanya mulai renggang, Mutiara seolah memiliki duanianya sendiri, ia hampir tidak pernah ada di hari penting putra semata wayangnya.
Hal itu membuat Baskara merasa bersalah, berbagai cara sudah Baskara tempuh agar keluarga kecilnya bisa sehangat dulu. Namun padatnya jadwal Mutiara, membuat wanita itu berkali-kali membatalkan janjinya berkumpul bersama keluarganya, hingga akhirnya Baskara memutuskan resign dari pekerjaannya demi memberikan banyak perhatian pada putra semata wayangnya.
Selain itu Baskara juga tengah fokus mengembangkan program AI yang tengah di kerjakannya, program yang sama sekali tidak pernah mendapat dukungan dari Mutiara dan selalu menjadi alasan wanita itu marah kepadanya.
"Menurutmu, apa Gita akan melupakan kita?" tanya Cempaka, memecah kesunyian makan malam mereka. Keduanya larut dalam pikiran mereka masing-masing.
"Aku rasa tidak. Saat aku meninggalkan panti, dia terlihat sangat sedih." Jika mengingat kejadian di kediaman Jiva, sudah jelas jika Gita bukan tipe anak yang mudah melupakan orang yang di kelannya.
Termasuk putra putra semata wayangnya, Kai. Gadis itu bahkan masih mengingat wajah Kai dengan jelas, padahal baru sekali mereka bertemu. "Sebenarnya Kai menyukai Gita," sahut Baskara.
"Bagaimana bisa?"
Baskara kemudian menceritakan pertemuan tidak sengaja antara Kai dan Gita, saat Kai melakukan study tour di Bandung, ia juga menceritakan ice cream buatan anaknya yang terinspirasi dengan Gita.
"Sepanjang jalan pulang tadi, aku berpikir tentang mengadopsi anak itu."
"Adopsi?" Seketika Cempaka menaruh sendok di piringnya. "Apa maksudmu Baskara?" ia menatap putranya lekat-lekat.
"Aku ingin menjaganya untuk Kai, kalau dia tinggal di sini Kai tidak perlu mencarinya ketika dia pulang nanti. Kita akan kesulitan mencarinya jika dia diadopsi oleh orang lain."
"Tapi mengurus anak perempuan itu berbeda dengan anak laki-laki, kau harus memberikannya perhatian lebih, kau harus mengerti perasaannya. Kau tidak punya pengalaman untuk hal itu, Baskara."
Meski Cempaka menyukai Gita, tapi tak pernah terbesit dalam benaknya untuk mengadopsinya. "Lagi pula belum tentu anak itu mau tinggal di sini?" ia mengangkat tangannya memperlihatkan sekeliling rumahnya yang begitu sederhana.
"Kalau anaknya mau, apa Ibu setuju?" Baskara mencoba membujuk ibunya agar merestuinya mengadopsi Gita.
Cempaka menghela napas berat. "Ibu tak yakin dia mau."
"Kalau dia mau, berarti Ibu harus setuju jadi Nenek angkatnya." Baskara begitu yakin jika Gita mau menjadi bagian dari keluarganya.
"Terserah kau saja," Cempaka beranjak dari tempat duduknya membereskan piring kotor, dan segera saja Baskara membantu ibunya.
***
Rasa bahagia begitu dirasakan Baskara ketika Gita menerimanya sebagai orang tua angkatnya, dengan penuh semangat Baskara bolak balik ke Bandung untuk mengurus administrasi yang di perlukan, hingga akhirnya Gita Rinjani sah menjadi anak angkatnya.
"Git, terima kasih ya telah bersedia menjadi bagian dari keluarga kami. Padahal kamu tahu sendiri, keluarga kami banyak sekali kekurangannya, tidak seperti keluarga temanmu yang kita datangi kemarin," ucap Baskara sembari mengemucikan kendaraannya, ia menatap Gita yang duduk di bangku belakang melalui kaca spion.
Baskara sengaja menyewa mobil karena Cempaka ingin ikut menjemput Gita, dan mempermudah mengangkut barang-barang Gita.
Cempaka menoleh. "Kami senang sekali kamu mau tinggal dan menjadi bagian dari keluarga kami, Nak," ia mengulurkan tangannya ke arah Gita.
Gita meraih tangan Cempaka dan menggenggamnya erat. "Nenek.. Ayah." untuk pertama kalinya ia memanggil Baskara dengan sebutan Ayah, Gita menatap Baskara dengan hangat. "Aku sangat senang menjadi bagian dari keluarga kalian, bersama kalian aku benar-benar menemukan arti keluarga yang inginkan selama ini."
"Tapi kamu jangan lupakan Ibu dan teman-temanmu di panti ya, jika ada kesempatan kapan-kapan kita main ke sana," ujar Baskara.
Gita mengangguk, ia berjanji tidak akan melupakan semua orang yang ada di panti karena mereka semualah dirinya bisa tumbuh hingga saat ini. Ia kembali menyandar ketika Cempaka melepaskan genggamannya.
Tiga jam berkendara, akhirnya mereka tiba di rumah baru Gita. Gadis itu masih bisa merasakan betapa sedihnya waktu ia harus kembali ke Bandung setelah semalaman menginap di kediaman Cempaka.
"Ayo tutup matamu dulu," Dengan tangannya yang mulai berkeriput, Cempaka menutup mata Gita dan menuntunnya masuk ke ruang tamu.
"Ada apa Nenek kok di tutup segala?" tanya Gita penasaran.
Cempaka membuka mata Gita ketika mereka sampai di ruang keluarga. "Kejutaaan..." ucap Cempaka dan Baskara bersamaan.
Gita begitu terkejut sekaligus gembira, mereka menghadiahi Gita sebuah piano berwarna hitam. "Ibu panti yang memberitahu Ayah, kamu suka sekali main piano. Tapi, maaf ya bukan piano baru. Semoga kamu suka, Nak."
"Ini bagus sekali Ayah, terima kasih." Gita tidak bisa menahan rasa haru bahagianya, ia hampir saja menitikan air mata bahagianya memeluk Cempaka.
"Ayo kamu cobain dulu pianonya!" Cempaka menepuk punggung Gita dengan lembut.
Dengan malu-malu, Gita mulai duduk di depan piano barunya. Ia memainkan satu lagu andalanya yang sering ia mainkan untuk menghibur teman-temannya di panti. Cempaka dan Baskara menatap bangga pada gadis bertalenta itu, Baskara berencana mendaftakan Gita les agar bakatnya lebih terasah.
Selesai Gita memainkan satu buah lagu untuknya, Baskara mengantar Gita ke kamar Kai yang ia sulap menjadi kamar perempuan dengan di dominasi warna merah muda. "Nanti kalau Kai tahu kamarnya jadi seperti ini bagaimana? Dia pasti akan marah."
Baskara menggeleng. "Dia tidak akan marah padamu, Ayah bisa jamin itu. Lagipula dia tidak akan kembali dalam waktu dekat." Baskara sudah berdamai dengan keadaan, ia yakin Kai mendapatkan pendidikan yang terbaik di sana. "Kalau nanti dia datang, Ayah akan membuatkan kamar untuknya."
"Terima kasih, Ayah." Gita berharap suatu saat bisa berkumpul bersama Kai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈
haaduuuh Bas...
apa kamu gak memikirkan perasaan Kai ???
efek jangka panjangnya ituloooh Bas....
2024-11-07
4
🍭ͪ ͩᵇᵃˢᵉ fj⏤͟͟͞R ¢ᖱ'D⃤ ̐
bagaimana reaksi Kai kalau tau gadis yang di sukainya ternyata diadopsi oleh orang tuanya.semoga saja Kai bisa menerima kehadiran Gita.
lanjutkan cita2mu jadi pendongeng yang terkenal Gita.
2024-11-08
2
☘️ gιмϐυℓ ☘️
Akhirnya ada juga yg mau mengadopsi Gita setelah lama menunggu 🥰🥰🥰
2024-11-07
5