"Dasar wanita aneh," ia merasa lega karena akhirnya wanita itu tidak mengejarnya lagi, ia masuk ke mobil dan mengemudikannya keluar dari hotel.
Dengan memberikan sedikit sogokan kepada supir pribadinya, saat sore tadi ia tiba di hotel. Pak Dodi mau menyerahkan kunci mobil kepada Kai, sehingga ia bisa bebas berkendara sendirian.
Kai rindu Jakarta, kota yang yang dua belas tahun ia tinggalkan. Dan yang pasti ia rindu keluarganya. Kai menyalakan GPS karena ia tidak yakin ingat jalanan kota, atau mungkin saja banyak yang berubah setelah dua belas tahun berlalu.
Benar saja banyak tol yang sudah di bangun, rute menuju kediaman neneknya hanya sekitar tiga puluh menit dari hotel tempat pesta relasi di gelar. Senyum sumringah mengiringi perjalanan Kai menuju kediaman nenek Cempaka, ia membayangkan neneknya akan terkejut melihat kedatangannya, dan akan memasak makanan buatannya.
Lebih dari itu, ia penasaran soal kecelakaan yang menimpa ayahnya. Firasatnya selalu mengatakan ada yang tidak beres dengan kematian ayahnya. Tapi ia tidak tahu apa itu, di New York ia sulit sekali mendapatkan informasi mengenai ayahnya.
Tiba di tempat, Kai di kejutkan dengan sebuah bangunan kantor tiga lantai yang berdiri di atas tanah neneknya. 'Dimana rumah nenek?' batinnya. Ia tak percaya neneknya menjual rumah kesayangan peninggalan almarhum kakeknya.
Kai bergegas turun dari mobil untuk mencari informasi, ia menghampiri security yang berjaga di depan kantor. Tapi sayangnya security itu baru bekerja sekitar satu tahun sehingga ia tidak tahu menahu soal bangunan rumah yang sebelumnya.
Tak hilang akal, Kai bergegas menuju toko kue neneknya. Bisa saja neneknya menjual rumahnya karena mungkin membutuhkan uang, tapi nenek Cempaka tidak akan pernah meninggalkan toko kuenya.
Kai masih ingat betapa neneknya sangat gigih dalam melestarikan kue tradisional turun temurun keluarganya. Neneknya pernah bilang hanya kematian yang akan membuatnya berhenti berjualan. Sehingga Kai yakin nenek Cempaka pasti sekarang tinggal di tokonya.
Namun lagi-lagi kenyataan tak sesuai dengan dugaannya, toko kue neneknya sudah berubah menjadi toko bunga. 'Apakah nenek juga sudah tidak ada?' pikir Kai sedih. Tak ingin menduga-duga hal buruk, Kai pun bergegas turun dan masuk ke toko itu.
Beruntung kali ini Kai bertemu dengan sang pemilik toko, ia langsung menanyakan keberadaan nenek dan toko kuenya.
"Tahun lalu nenek Cempaka dan cucu perempuannya menjual ruko ini, dan mereka sekarang sudah pindah," ujar pemilik toko sembari merangkai bunga pesanan pelanggannya.
"Cucu perempuan?"
Di satu sisi Kai merasa lega karena ternyata neneknya masih hidup, tapi ia begitu terkejut mendengar neneknya memiliki seorang cucu selain dirinya. "Tidak mungkin. Nenek Cempaka tidak mungkin punya cucu lain selain saya, beliau hanya memiliki satu anak laki-laki yaitu ayah saya, dan ayah saya hanya memiliki satu anak laki-laki. Jadi saya adalah satu-satunya cucunya beliau, tidak ada cucu lainnya, apalagi cucu perempuan."
Kai begitu yakin ayahnya tidak mungkin selingkuh, ayahnya adalah pria setia yang begitu mencintai ibunya.
Pemilik toko menatap Kai dengan kesal karena telah mengganggu pekerjaannya. "Saya tidak peduli dengan silsilah keluarga Anda. Tapi yang jelas itu lah kenyataannya, nenek Cempaka sudah pindah dengan cucu perempuannya! Kalau Anda tidak mau membeli bunga, silahkan tinggalkan toko ini karena saya ingin membuat pesanan." ia merentangkan tangannya ke arah tumpukan bunga-bunga mawar di atas meja kerjanya.
"Baiklah, aku akan beli itu!" ia menunjuk pada sebuah buket bunga yang terpajang tidak jauh dari jendela. "Kalau begitu katakan dimana nenekku sekarang tinggal?"
"Saya tidak tahu," jawabnya sembari mengambil bunga yang di tunjuk oleh Kai, kemudian memberikan padanya. "Harganya dua juta lima ratus."
Kai mengambil dompet di saku celananya, kemudian membayar bunga tersebut dengan menggunakan kartu kredit. Ia keluar dari toko bunga bersama buket bunga yang sama sekali tidak ia inginkan, dan rasa kecewa karena tak mendapatkan informasi apapun mengenai keberadaan neneknya.
Kai menghela napasnya beratnya sembari melirik buket yang ia taruh di bangku belakang melalui kaca spion, baru akhirnya ia melanjutkan perjalanan menuju kediaman ayah tirinya.
Tekad Kai semakin kuat untuk mencari keberadaan neneknya, ia penasaran siapa wanita yang sudah berani menggeser posisinya menjadi cucu tunggal dari nenek Cempaka. "Beraninya dia..." gerutu Kai.
Tiba di kediamannya, Kai di sambut tatapan tajam ayah tirinya. "Dari mana saja kau?" tanyanya dengan nada tinggi. "Apa kau tahu ini adalah pertemuan penting? Kita harus menjalin relasi dengan banyak pengusaha di sini."
Kai menanggapi kemarahan ayah tirinya dengan santai. "Aku hanya rindu Jakarta. Kau tidak perlu takut, besok pagi aku akan langsung mulai bekerja untukmu." ia melangkah pergi menuju kamarnya.
Kai menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur, ia menatap langit-langit kamarnya sembari berpikir kemana ia harus mencari neneknya. Neneknya tidak pernah menamai tokonya, jadi sudah pasti ini akan menyulitkannya karena ia tidak bisa mencarinya di internet.
Lama ia berpikir, sampai akhirnya ia teringat pada sosok sang pendongeng yang telah menyelamatkannya nyawanya melalui dongeng yang di tulisnya di blog. Kai ingin sekali bertemu dengannya, dan mengucapkan terima kasihnya secara langsung.
Ia merogoh sakunya mengambil handphonenya, ia kembali membuka YM yang dua tahun tidak ia buka. Pesan terakir yang ia kirim tidak di balas oleh sang pendongeng, tapi Kai akan kembali menghubunginya.
Kai:
Hai, apa kabar? Semoga kau dalam keadaan sehat.
Sang Pendongeng, aku tahu kau mungkin sekarang sudah memiliki kehidupan di dunia nyatamu. Tapi aku mohon satu kali ini saja kabulkan permintaanku, aku ingin bertemu denganmu sekali saja. Ada hadiah yang sudah lama aku simpan untuk ku berikan padamu sebagai ucapan terima kasihku.
Aku tidak keberatan, jika memang kau berada di ujung Indonesia sekali pun. Aku mohon sang pendongeng, kabulkan permintaanku. Setelah ini aku tidak akan lagi mengganggumu.
***
Pesan itu langsung di terima oleh Jiva, gadis itu begitu terkejut melihat notifikasi pesan masuk dari YMnya. Matanya terbelalak membaca pesan permintaan Kai untuk bertemu dengannya.
"Oh bagaimana ini?" pikirnya. "Bagaimana jika dia..."
Kai:
Percayalah padaku, aku bukan orang jahat. Aku tidak akan mencelakaimu, menipumu atau melakukan perbuatan melanggar hukum. Aku benar-benar hanya ingin bertemu denganmu untuk memberikan hadiah dan mengucapkan terima kasih kepadamu secara langsung.
Kai kembali mengirimkan pesan, ia seolah bisa membaca apa yang di pikirkan sang pendongeng terhadapnya. Tapi Jiva tetap gugup "Bagaimana jika nanti pria itu suka dengannya dan malah mengejarnya? Aku kan sudah punya calon suami. Gema Maharaja, aku tidak ingin membuatnya cemburu."
Jiva memegang keningnya yang mulai terasa pusing. "Oh astaga, apa yang harus kulakukan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈
mosok iyo, tujuan Kami ketemu hanya untuk memberikan hadiah neeeh???
tapi yang jadi masalah itu ya Kai, Jiva alias sang pendongeng jatuh cinta padamu jadi klo kamu memberikan hadiah padanya ini sama artinya kamu memberikan harapan jika kamu juga ada rasa pada sang pendongeng
2024-11-28
4
☠ᵏᵋᶜᶟ🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈
eeeh iya yaaak....kan dari hasil Gita ngamen dari panggung ke panggung resepsi pernikahan, uangnya kan dibuat untuk membeli sebuah ruko untuk berjualan kue nenek Cempaka 🤦🤦🤦
bahkan terakhir Gita membelikan kursi pijat untuk nenek Cempaka
2024-11-28
4
☘️ gιмϐυℓ ☘️
Dih kepedean si Jiva, yakin deh ntar begitu Kai ketemu sama Jiva pasti langsung ilfeel, secara Jiva yg waktu itu mengejar-ngejar Kai sampai kabur kesana kemari 😏😏😏
2024-11-28
4