Kami sangat menyangkan kondisi perusahan yang mendadak sedang mengalami masalah keuangan sehingga kami tidak bisa menindaklanjuti kerja sama kita. Mungkin lain waktu jika ada kesempatan, kami bisa bekerjasama. Karena sesungguhnya kami sangat tertarik dengan program yang bapak buat.
Kalimat itu terus terngiang di benak Baskara, sudah satu minggu lebih ia ke sana - kemari mencari investor untuk mendanai programnya, namun ia belum juga mendapatkannya, sementara rasa rindunya pada istri dan anak semata wayangnya sudah tidak tak terbendung.
Baskara sempat berharap saat mediasinya kemarin, ia bertemu dengan Mutiara dan bisa rujuk kembali. Tapi sayangnya Mutiara tak datang, dia hanya di wakilkan oleh kuasa hukumnya, sehingga persidangan perceraian akan di lanjutkan pekan depan.
"Tidak, aku tidak ingin bercerai dengannya." Baskara menggelengkan kepalanya, ia meraih kunci mobilnya, kemudian beranjak dari ruang kerjanya menuju garasi.
Baskara mengendarai kendaraannya menuju kediaman mertuanya yang berlokasi di kota Bekasi. Hampir dua jam Baskara berkendara, ia pun tiba di kediaman mertuanya.
Ia bergegas keluar dari mobil dan berlari kecil menuju pintu gerbang, Baskara sudah tidak sabar bertemu dengan Kai dan juga Mutiara. Ia harus bisa membujuk Mutiara untuk mencabut gugatan perceraiannya, ia akan melakukan apa pun asalkan dua orang yang ia cintai kembali. Seminggu tanpa mereka hampir membuat Baskara gila karena kesepian.
Di pintu gerbang Baskara di sambut oleh security yang menjaga kediaman mertuanya, sang security dengan ramah menyapa dan menyakan keperluan Baskara meski security tersebut tidak membukakan pintu untuk Baskara.
"Aku ingin bertemu dengan Kai dan Tiara. Apa mereka sedang ada di rumah?"
"Maaf Pak Baskara, seingat saya Ibu Tiara dan Kai kemari dua bulan lalu, saat acara arisan keluarga. Sejak saat itu saya sudah tidak pernah lagi melihat mereka kemari," ucap sang security dengan sopan.
"Pak Bambang jangan menghalang-halangi saya untuk menemui mereka, Tiara masih istri sah saya." Baskara tidak percaya dengan apa yang di sampaikan oleh Pak Bambang, ia yakin sekali jika security itu sedang menutupi keberadaan istri dan anaknya atas dasar suruhan ibu mertuanya.
"Saya tidak bohong, Pak Baskara. Ibu Tiara dan Kai tidak ada di sini."
Tak percaya dengan apa yang di katakan oleh security, Baskara berteriak memanggil istri dan anaknya. "TIARA.... KAI.... AYAH DI LUAR. KELUARLAH KALIAN!" Tak hanya berteriak, Baskara pun menggedor-gedor pintu pagar hingga menimbulkan kegaduhan.
"Pak Baskara. Jangan seperti ini nanti para tetangga keluar! Atau dengan terpaksa saya akan mengusir bapak!"
"Saya hanya ingin bertemu istri dan anak saya!" ucap Baskara kesal, ia kembali berteriak lebih kencang. "KAIII, AYAH DI LUAR. AYO KELUAR, NAK!"
Keributan yang terjadi di luar membuat Intan, ibu mertua Baskara terusik dan akhirnya keluar dari kediamannya. "Mau apa kau Baskara membuat keributan di rumahku?" teriak Intan dari pintu, ia berjalan menghampiri Baskara di pintu pagar.
"Mommy, maafkan aku Mom. Aku hanya ingin bertemu dengan Tiara dan Kai," ucap Baskara memohon pada ibu mertuanya.
"Tiara dan Kai tidak ada di sini. Mereka sudah tidak tinggal di Indonesia lagi!" ucap Intan dengan tegas seraya melipat tangannya di dada.
"Maksud Mommy?" tanya Baskara bingung.
"Tiara dan Kai sudah bahagia dengan kehidupan mereka yang baru. Kau lebih baik melupakan mereka dan urus saja kehidupanmu sendiri yang berantakan itu!" Intan berbalik meninggalkan Baskara.
"Tunggu dulu, Mom. Kai tidak mungkin meninggalkanku, dan aku pun tidak akan pernah menceraikan Tiara sampai kapanpun."
Intan tak peduli dengan ucapan Baskara, sembari berjalan ia melambaikan tangannya memberi kode kepada penjaga keamanan untuk segera mengusir Baskara pergi dari kediamannya.
Tak percaya begitu saja dengan apa yang di katakan oleh ibu mertuanya, Baskara mencoba menghubungi wali kelas putra semata wayangnya. Alangkah terkejutnya Baskara, ketika menerima informasi jika Kai sudah keluar dari sekolah sejak satu minggu yang lalu, pengacara istrinya yang sudah mengurus surat perpindahannya tanpa sepengetahuan Baskara.
Yang lebih mengejutkan lagi, Kai di pindahkan ke salah satu sekolah yang berada di New York. Karena selain mengurus surat perpindahan, pengacara Tiara pun meminta surat rekomendasi untuk Kai agar bisa sekolah di sana.
"New York? Mereka pergi sejauh itu." Air mata Baskara mengalir deras di pipinya, ketika ia sudah mematikan sambungan teleponnya. Dunianya terasa gelap mengetahui dua orang yang ia cintai pergi sejauh ini.
Baskara terus bertanya pada dirinya sendiri, kesalahan apa yang sudah ia perbuat hingga Tiara tega meninggalkannya dan membawa pergi putranya sejauh ini. Ia mengakui bahwa ia memang bukan suami yang sempurna, banyak keinginan Tiara yang belum bisa ia wujudkan tapi ia selalu berusaha membahagiakan Tiara dengan tanggung jawab dan cinta yang ia miliki untuk istrinya.
Ia memikirkan bagaimana dengan Kai tanpa dirinya, anak itu begitu dekat dengannya. Setiap pulang sekolah Kai selalu bercerita hari yang telah di laluinya, tugas-tugas sekolahnya, dan bagaimana dengan gadis Bandung yang telah membuat anak itu jatuh cinta. Kai pasti sangat sedih karena tidak bisa bertemu dengannya.
Baskara menyeka air matanya, perlahan ia mulai berkendara menuju kediamannya. Sepanjang jalan ia memikirkan cara bagaimana ia bisa menyusul Tiara dan Kai, ia harus segera mengumpulkan dana untuk membawa mereka berdua pulang. Terlintas dalam benaknya untuk menjual rumah dan kendaraan agar ia bisa segera ke New York, tapi ia juga harus memikirkan rumah untuk keluarganya tinggal setelah ia berhasil membawa Tiara dan Kai kembali.
Baskara menghela napas berat, ia menemukan jalan buntu. "Apakah aku harus meminta bantuan Ibu?" Ia menggelengkan kepalanya, tidak seharusnya ia merepotkan wanita tua yang telah banyak berjasa dalam hidupnya, terlebih jika tahu Tiara pergi meninggalkannya, ibunya pasti akan marah besar kepadanya.
Lama ia berpikir, tanpa terasa Baskara sudah tiba di kediamannya. Dari dalam mobilnya, ia melihat empat orang pria sedang menunggunya. Dua di antaranya berpakaian jas rapih, sementara dua lainnya bertubuh kekar dan terlihat seperti preman.
Dengan rasa penasaran Baskara menghampiri mereka, ia langsung menanyakan keperluan mereka ada di kediamannya.
Salah seorang pria berpakaian rapih mengulurkan berkas. "Rumah ini akan kami sita," ucapnya, ia menjelaskan jika Mutiara memiliki tunggakan hutang dan menjadikan rumah dan mobil milik Baskara sebagai jaminannya.
"Tidak, tidak. Ini pasti ada kesalahan," Baskara menggelengkan kepalanya, dengan teliti ia memeriksa surat perjanjian hutang piutang yang di berikan oleh pria itu. Baskara begitu terkejut, tanda tangannya ada dalam berkas tersebut yang artinya bahwa Mutiara telah berani memalsukan tanda tangannya.
"Kami kasih waktu 1X24 jam untuk Anda mengkosongkan rumah ini." Keempat pria itu pergi meninggalkan kediaman Baskara.
Tubuh Baskara seketika lemas, meratapi berkas surat hutang piutang tersebut, mau tak mau secepatnya ia harus pergi dari rumah yang ia bangun dengan keringatnya untuk keluarga kecilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
**✿𝕾𝖆𝖒𝖘𝖎✿**
astaghfirullah kok tego men Tiara wis ninggal minggat, selingkuh, jaluk cerai & luwih parah ninggal utang
2024-11-04
3
🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤
sungguh kasihan baskara begitu banyak masalah yang di tinggalkan mutiara
2024-12-23
2
☠ᵏᵋᶜᶟ ⏤͟͟͞R•Dee💕 ˢ⍣⃟ₛ
astagaa ini namanya sudah jatuh tertimpa tangga..jahat bnget Tiara. bener2 deh😡😡
2024-11-11
3