Baskara tertunduk, menyesalkan pertengkarannya dengan Mutiara harus di saksikan langsung di depan putra semata wayangnya, Kai. Padahal selama tiga tahun belakangan ini, ia berusaha menutupinya seolah keluarga cemara.
"Maafkan Ayah..." Baskara mendongak, menatap Kai yang duduk di hadapannya. Setelah bertengkar dengan Mutiara, ia menyusul Kai di kamarnya.
Kai tersenyum simpul. "Apa Ayah menganggapku bodoh? Sampai-sampai tidak mengetahui jika selama ini kalian tidak baik-baik saja?" tanyanya tanpa menyudutkan Baskara. "Kalau kalian ingin bercerai, bercerai lah! Aku tidak akan menangis apalagi meratap seperti anak broken home yang lainnya. Aku akan tetap di sini, dan bersekolah seperti biasa hingga aku sukses."
"Tidak!! Ayah tidak ingin bercerai dengan Mamamu bukan karena kau, tapi karena Ayah memang sangat mencintainya. Ayah betul-betul merasa bersalah karena belum bisa sukses, dan membahagiakan Mamamu sehingga dia harus mencari kebahagiaannya sendiri."
Kai beranjak dari tempat duduknya, ia berjalan menuju jendela kamarnya. "Ini yang membuatku takut untuk jatuh cinta, Ayah terlalu mencintai Mama sampai-sampai Ayah kehilangan harga diri didepannya."
"Kai... Mamamu tidak bermaksud seperti itu," Baskara mencoba membela wanita yang di cintainya. "Mamamu orang yang sangat baik, dan lembut karena itulah Ayah begitu mencintainya. Saat ini dia hanya..."
"Sudahlah, Yah..." Kai memotong kalimat Baskara, ia tak ingin mendengar ayahnya membela mamanya sudah jelas-jelas selalu merendahkannya. "Ayah mau bercerai atau tidak, itu urusan kalian. Aku tidak ingin ikut campur, aku hanya ingin sekolah, dan belajar dengan tenang."
"Kalau begitu, ikutlah dengan Mamamu."
Seketika Kai membalik tubuhnya. "Tidak!! Aku tidak ingin ikut dengan Mama!" dengan tegas ia menolaknya. "Ayah lihat sendiri kan kalau Mama tidak pernah sama sekali mendukung hal-hal yang aku sukai, di matanya aku selalu salah jika tidak menuruti kemauannya. Aku tidak mau ikut Mama!!"
"Hanya untuk sementara, Kai. Besok Ayah akan bertemu dengan calon investor, kalau project Ayah ini berhasil Ayah akan menjemputmu dan juga meminta Mamamu mencabut gugatan cerainya. Ayah yakin setelah kita rujuk dan baikan kembali, Ayah bisa membujuk Mamamu untuk sedikit memberikan kesempatan untuk hobby memasakmu itu."
Kai menggelengkan kepalanya. "Tidak, Ayah. Aku tidak mau!"
"Ayolah, Nak," Baskara menatap Kai dengan memohon padanya. "Mamamu akan semakin keras jika kita menentangnya, jadi untuk sementara ini kita turuti saja permintaannya. Paling lama satu minggu Ayah akan menyusul kalian."
Kai menghela napas panjang, berat baginya untuk ikut bersama mamanya tinggal di rumah eyangnya yang juga sikap dan sifatnya sama seperti mamanya, tapi melihat ayahnya yang menatapnya penuh harap membuatnya akhirnya luluh.
"Ayah yakin hanya satu minggu?"
Baskara mengangguk penuh keyakinan. "Ya, Ayah yakin. Kemarin perusahan yang ingin mendanai program Ayah meminta Ayah datang ke kantornya untuk menandatangani kontrak kerja sama. Setelah ini Mamamu tidak perlu bekerja lagi, dan keluarga kita akan kembali harmonis seperti dulu," ucap Baskara optimis.
Melihat ayahnya yang begitu yakin dengan rencannya, akhirnya Kai mengangguk setuju. "Baiklah."
Dengan di bantu Baskara, Kai membereskan barang-barangnya. Ia sengaja tak membawa banyak baju, dan hanya membawa semua buku pelajarannya sebab ia akan pergi dari rumah ini hanya seminggu sesuai dengan janji ayahnya.
Setelah semuanya siap, Baskara dan Kai keluar kamar. "Aku ikut dengan, Mama," ucap Kai menghentikan langkah Mutiara yang hendak membuka pintu depan.
Wanita itu menoleh menatap putranya yang telah siap dengan barang bawaanya. "Sudah Mama duga, kau sedikit lebih cerdas di banding Ayahmu," ia menatap sinis ke arah Baskara.
Namun Baskara tetap tersenyum manis pada wanita yang masih sah menjadi istrinya, meski Mutiara telah melayangkan gugatan perceraian. "Aku akan mengantar kalian sampai ke rumah Eyang."
"Tidak perlu!" tolak Mutiara dengan tegas. "Aku sudah memesan taxi online, dan sudah menunggu di luar."
Baskara mengangguk. "Baiklah kalau begitu, aku akan membantumu membawa barang-barang sampai ke taxi." Tanpa meminta persetujuan dari istrinya. Baskara meraih koper dan tas jinjing dari tangan Mutiara, ia memasukan semua barang-barang Mutiara ke bagasi, dan tidak lupa Baskara pun membukakan pintu mobil untuk Mutiara.
Sementara Kai membawa sendiri barang-barangnya, dan langsung masuk mobil melalui sisi pintu yang lainnya.
"Aku titip Kai, ya. Hubungi aku jika ada apa-apa."
Mutiara mengacuhkan ucapan Baskara. "Aku tidak butuh bantuanmu!" ia mencoba menutup pintu mobil, tapi Baskara masih menahannya.
"Tiara, aku mencintaimu." Baskara mencondongkan tubuhnya, hendak mengecup kening istrinya namun Mutiara malah mendorongnya dengan sekuat tenaganya, dan menutup pintu mobil. "Ayo jalan, Pak!" ucapnya pada sopir taxi.
Baskara hanya bisa menghela napas dalamnya, sembari memandangi taxi yang bergerak menjauh dari kediamannya. Meski hatinya begitu pedih karena kepedihan istri dan anaknya, ia tetap yakin akan secepatnya membawa mereka kembali berkumpul lagi.
***
Di dalam mobil Mutiara membuka obrolannya dengan Kai, mau bagaimana pun ia merasa bersalah pada putra semata wayangnya karena tidak bisa memberikan keluarga yang utuh padanya.
"It's okay Mah, aku bukan anak kecil yang akan merengek-rengek karena orang tuaku berpisah," ucap Kai dengan santai.
Mutiara tersenyum seraya menepuk bahu Kai. "Kau memang anak yang pengertian, Mama janji kau tidak akan menyesal karena telah memilih untuk tinggal bersama Mama." Mutiara menyodorkan sebotol minuman buah kepada Kai. "Minuman kesukaanmu."
"Thanks, Mah." Tanpa ragu Kai menerima dan langsung menghabiskannya. "Sudah lama sekali Mama tidak mengizinkanku minum minuman manis, aku sampai lupa kapan terakhir kalinya minum ini."
"Anggap saja itu sebagai hadiah untukmu, tapi setelah ini kau tidak boleh lagi minum minuman semanis ini."
Kai dan Mutiara tertawa bersama. Tiga puluh menit kemudian mereka tiba di bandara, Mutiara di sambut hangat oleh seorang pria berpenampilan rapih dan menawan.
"Akhirnya, hari yang kita tunggu-tunggu tiba juga." Pria itu memeluk dan mengecup bibir Mutiara dengan lembut. "Dimana anakmu?" ia menoleh ke belakang tak melihat tanda-tanda seseorang keluar dari taxi.
"Dia tidur di dalam," Mutiara menunjuk ke arah mobil.
Pria itu tertawa sembari mencubit dagu Mutiara dengan gemas. "Kau wanita yang sangat cerdas, Sayang. Biar nanti staffku yang akan mengurus anakmu," ia membimbing Mutiara masuk ke jet pribadi yang telah di siapkan khusus olehnya untuk membawa Mutiara dan Kai pergi.
Jangan biarkan bajingan itu mendapatkan investor.
Diam-diam pria itu mengirimkan sebuah pesan kepada anak buahnya di tengah obrolan hangatnya bersama Mutiara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤
ohh ternyata ini semua sudah di rencanakan ya kasihan sekali baskara
2024-12-23
2
🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤
lah pantesan pengen pisah ternyata sudahada rencana selingkuh yaa
2024-12-23
2
☠ᵏᵋᶜᶟ ⏤͟͟͞R•Dee💕 ˢ⍣⃟ₛ
Nahh kann ternyata Mutiara punya laki2 lain pantas saja niat banget utk berpisah dan tak mnghargai suaminya
2024-11-11
3