"Dasar pria brengsek!" gerutu Jiva, ia duduk lesehan di pinggir parkiran sembari mengelus-elus kakinya yang sakit akibat keseleo mengejar Gema.
Pria yang di kejarnya sama sekali tak menolehnya, dia malah semakin mempercepat langkahnya dan jejaknya hilang begitu saja. "Awas saja nanti kalau ketemu."
Jiva masih tidak mengerti pria itu kabur setelah ia menyebut namanya, dan mengapa pula Gema malah duduk di bar tidak berkumpul bersama keluarganya, padahal ia sudah lama menantikan ingin bertemu dengan pria itu sejak lama.
Rasa kecewa karena ketidak hadiran Gema saat Rendi memperkenalkan keluarganya, membuat Jiva memilih untuk berkeliling venue sembari menikmati minumannya.
Langkah kakinya membawanya pada sebuah meja bar yang berada di sudut venue, saat sedang melihat sekeliling tak sengaja ia menabrak seorang pemuda. Air minum yang tangannya membasahi jas pemuda tersebut.
Jiva tak menyangka pria yang ia cari sedari tadi ternyata ada di depan matanya, ia begitu terpesona pada Gema yang ternyata lebih tampan dari yang ia lihat di foto.
Dua tahun lalu, dengan tegas ayahnya meminta Jiva untuk tidak lagi meladeni pacar onlinenya yang bernama Kai. Aksara meminta putri bungsunya melupakan cinta monyetnya dan mulai fokus pada perusahaannya yang di pimpinnya.
Awalnya Jiva enggan meninggalkan Kai, sepuluh tahun sudah ia berhubungan dengan Kai secara online. Lewat YM keduanya saling memberikan semangat satu sama lain, meski Jiva tak memberitahu siapa dirinya yang sebenarnya dan apa-apa saja yang sedang ia kerjakan, sesuai dengan yang di ajarkan almarhumah Nada.
Mereka berdua bahkan tidak pernah bertukar foto, benar-benar hanya membahas dongeng yang ditulis Jiva, serta animasi kartun yang di buat Kai agar blog Jiva lebih menarik dan banyak pembacanya.
Lebih jauh, mereka sempat memiliki rencana untuk membuat video animasi dalam kanal youtube, tapi sayangnya rencana tersebut harus kandas lantaran Aksara meminta Jiva untuk berhenti menulis dan fokus pada karirnya.
Aksara menyodorkan sebuah foto Gema Maharaja, ia berniat menjodohkan Jiva dengan Gema setelah penawaran project kerja sama mereka berhasil di sepakati Rendi.
Jiva begitu girang ketika melihat ketampanan Gema, tanpa pikir panjang ia menyanggupi permintaan ayahnya. Ia meninggalkan dunia dongeng sepenuhnya, ia juga meninggalkan... Kai. Pesan terakhir yang Kai kirim dua tahun lalu tidak ia balas, baginya Kai hanya sebuah dongeng yang tidak untuk menjadi nyata.
"Kau butuh pertolongan?"
Seorang gadis mengulurkan tangannya untuk membantunya, Jiva mendongak dan memperhatikan wajah gadis itu dengan serius, ia nampak tak asing melihat gadis tersebut.
"Kenapa kau bisa ada disini?"
Tanpa menerima uluran tangan gadis itu Jiva berdiri, ia begitu terkejut melihat keberadaan sahabat lamanya. "Apa jangan-jangan kau salah satu simpanan konglomerat yang hadir di acara ini?"
Gita tertawa geli mendengar tuduhan yang dialamatkan Jiva padanya. "Aku pianis yang mengiringi acara ini," jawab Gita. "Kau kenapa duduk di sini? Acaranya sudah selesai dari tadi apa kau tidak ingin pulang?" ia merentangkan tangan memperlihatkan mobil-mobil sudah mulai bergerak keluar.
"Oh astaga..." Jiva baru menyadari jika ia sudah terlalu lama ia duduk di parkiran, dan ia yakin sekarang orang tuanya pasti sedang mencarinya. Dengan langkah yang tertatih Jiva pergi meninggalkan Gita.
"Kau yakin tidak mau aku bantu?" tanya Gita sekali lagi.
"Aku tidak butuh bantuanmu..."
Gita tersenyum simpul, meski Jiva masih saja tidak berubah tapi ia senang bisa bertemu kembali dengan Jiva. Dari gaun, tas dan sepatu yang di kenakan Jiva, Gita sudah bisa menebak bahwa Jiva adalah salah satu tamu undangan di acara itu.
Masa depan Jiva benar-benar cerah setelah di adopsi oleh Kirana dan Aksara, tapi tak sedikitpun Gita merasa iri, ia justru bangga pada Jiva yang bisa memanfaatkan privilege orang tua angkatnya dengan benar.
Setelah Jiva sudah tak terlihat lagi, Gita bergegas menuju parkiran sepeda motor tempat ia memarkirkan motor maticnya, ia langsung teringat pada hadiah kejutan untuk neneknya.
Gita tepat waktu, begitu ia sampai di rumah. Kursi pijat pesanannya pun tiba di kediamannya. Cempaka begitu terkejut dengan hadiah yang di berikan oleh cucu kesayangannya.
"Dasar anak nakal," ia menepuk lengan Gita dengan kesal. "Lagi-lagi kau menghabiskan uangmu untuk Nenek. Harus berapa kali Nenek katakan, kalau kau punya uang lebih pakailah untuk keperluanmu. Berbelanjalah sepuasnya, jalan-jalan kemana pun tempat yang ingin kau kunjungi, atau kau lanjutkan lagi kuliahmu." Cempaka menangis tersedu-sedu sembari memeluk Gita.
Tahun lalu Gita membelikan ruko dua lantai, untuk tempat tinggal dan Cempaka berjualan kue. Ia berhasil mengumpulkan uang hasil manggungnya sebagai pianis dari ke satu acara ke acara lainnya, dan kali ini Gita membelikan kursi pijat agar saat Cempaka lelah bisa menggunakan kursi pijatnya.
Gita mengelus punggung Cempaka dengan lembut. "Nenek tidak perlu khawatir, aku sudah mendaftar kuliah lagi," bisik Gita.
Seketika Cempaka melepaskan pelukannya dan menatap Gita dengan mata yang berbinar-binar. "Benarkah, Sayang?" tanyanya seolah tak percaya.
Gita mengangguk kencang. "Kan aku sudah janji pada Nenek, suatu hari nanti aku pasti akan jadi sarjana," ucapnya tersenyum lebar. "Aku mengambil kelas karyawan agar bisa sambil bekerja, Pak Gala mengizinkan aku kerja part time."
"Tentu saja dia mengizinkanmu, dia kan suka denganmu. Apa kau tidak bisa sedikit saja membuka hatimu untuknya? Dia terlihat tulus padamu."
Cempaka bisa melihat itu dari mata Galaksi, setiap kali pria itu berkunjung atau mengantar cucunya pulang. Galaksi merupakan pemilik swalayan tempat Gita bekerja, dan ia sudah lama menaruh hati pada Gita, tapi Gita terlihat enggan membuka hatinya.
"Udah ah Nek jangan bahas itu."
"Apa kau masih mengharapkan Kai?" tanya Cempaka dengan serius. "Dia memang cucu kandung Nenek, tapi Nenek sudah tidak menaruh harapan dia akan kembali. Kalau pun kembali, dia pasti sudah banyak berubah karena pengaruh ibunya atau pun lingkungannya. Kau pasti lebih tahu bagaimana kehidupan di negara yang bebas."
Gita terdiam, apa yang di katakan neneknya memang ada benarnya. Dirinya hanya gadis yang di temuinya ketika menangis di pinggir jalan tidak lebih dari itu. Jelas, Kai pasti sudah melupakannya.
"Cita-cita Nenek bukan lagi melihat kau memakai toga, tapi ingin melihatmu bahagia sebelum Nenek meninggal dunia. Kau mau kan mengabulkannya?"
Gita tersenyum menganggukan kepalanya. "Besok malam, setelah pulang kerja. Aku akan mengundang Pak Gala makan malam di sini, bagaimana?"
Cempaka begitu senang mendengarnya. "Nenek akan masak makanan special untuk kalian."
"Terima kasih banyak, Nenek" Gita memeluk Cempaka dengan hangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈
kan emang sejak awal Gema itu gak suka ama keluarga barunya saat ini karena menurut Gema, keluarganya saat ini terlalu mengekang dan agak gimana gitu
dan yang paling menyakitkan bagi Gema, ia gak boleh ketemu ama ayah kandungnya apalagi saat Baskara wafat, Gema tak diperbolehkan untuk melihat ayahnya untuk terakhir kalinya
2024-11-27
5
☠ᵏᵋᶜᶟ🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈
heeem sopo maneh iki seng di tabrak ama Jiva ???
heran deeh dari tadi kok gak fokus gitu seeh
2024-11-27
4
☠ᵏᵋᶜᶟ🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈
pak Gala ???
berarti neh cowok adalah kakak tirinya Gema ya ???
2024-11-27
4