Hai...
Perkenalkan, namaku Kai. Aku menyukai semua tulisanmu yang kamu tulis di blog, tulisan-tulisan itu sungguh membuat aku bersemangat. Terima kasih ya sudah membuat dongeng sebagus itu, aku langsung menjadi pengikutmu di blog agar kalau kau posting cerita terbaru, aku bisa langsung mendapatkan notifikasinya.
Semangat menulis ya, aku tunggu dongeng selanjutnya.😊
Jiva teriak kegirangan begitu mengetahui ada seseorang yang menjadi pengikut blognya. Sudah berbulan-bulan sejak pertama ia menulis dongengnya di blog, ia belum juga mendapatkan pembaca, Jiva nyaris tidak percaya diri akan tulisannya, dan hampir memutuskan untuk tidak lagi menulis.
Namun pesan dari Kai membuat semangat menulisnya berkobar lagi, ide-ide kreatif yang sempat ia kubur kembali mencuat di kepalanya. Dengan girangnya Jiva membawa laptopnya ke kamar kakaknya. "Kak.. Kak... Lihat deh, dongengku yang di blog ada yang baca. Dia juga mengirimiku email." ia menunjukannya ke kakaknya.
Nada membaca email yang di kirimkan penggemar adiknya dengan seksama. "Wahh... Selamat ya, Dek," ucapnya tulus, ia turut gembira karena akhirnya adiknya memiliki penggemar. "Tapi kayanya dia kirim email lagi tuh."
Saking girangnya Jiva, sampai-sampai tidak menyadari jika Kai mengirimkan dua email untuknya. ia pun langsung membukanya dan membacanya bersama kakaknya.
Oh iya, kalau kau tidak keberatan. Mau kah kau jadi temanku? Aku bisa membuatkan animasi agar blogmu lebih menarik. - Kai.
Jiva semakin girang dengan tawaran yang ditawarkan Kai kepadanya. "Lihat Kak, dia mau jadi animatorku."
"Jangan girang dulu, Dek. Bisa jadi dia seorang penipu atau orang jahat yang mau memanfaatkanmu," ucap Nada. Ia mengingatkan kepada adiknya untuk tidak gampang percaya pada orang yang belum ia kenal karena maraknya kejahatan online yang terjadi. "Pokoknya jangan sekali-kali kamu ungkapkan identitasmu!"
"Termasuk nama?" tanya Jiva.
Nada menganguk. "Ya. Nama, nomor telepon, alamat, pokoknya semuanya!!! Biarkan dia mengenalmu hanya sebatas Sang Pendongeng, dia tidak perlu tahu siapa kamu sebenarnya. Kalau perlu kau buat akun sosial media khusus Sang Pendongeng, akun itu hanya menampilkan cerita-ceritamu, sama sekali tidak terhubung dengan siapa dirimu yang asli."
"Baik, Kak!" Jiva mengerti dan akan terus mengingat pesan yang di sampaikan kakaknya. "Tapi ini aku bales 'Iya' boleh kan?"
Nada kembali mengangguk. "Kalau hanya berteman dan sekedar membuatkan animasi sih enggak apa-apa, asalkan kamu paham batasan yang tadi kakak sampaikan."
"Siap bosss!" Jiva memberikan gerakan hormat kepada kakaknya.
Di tengah obrolan serunya bersama kakaknya, Kirana datang dengan membawakan kue dan susu hangat di nampan. "Lagi pada ngobrolin apa sih ini? Kok seru banget!" Ia menaruh nampan di meja samping tempat tidur, kemudian memberikan masing-masing putrinya segelas susu hangat buatannya.
"Ini loh, Mom. Jiva baru punya fans..." ledek Nada.
"Pembaca, Mom," Jiva langsung meralatnya.
"Fans..." ulang Nada.
"Pembaca..."
"Sudah-sudah..." Kirana mencoba menengahi perdebatan kedua putrinya. "Jadi yang bener apa ini?"
"Fans... Orang dia kirimin email dan minta temenan gitu."
Akhirnya Jiva diam tidak berkutik, wajahnya bersemu memerah. "Bolehkan Mom?" tanya malu-malu.
Kirana mengangguk. "Tapi jangan lupa tetap belajar ya, kamu tahu kan kalau Daddy tidak suka jika nilaimu turun?"
Jiva mengangguk mengerti, Ayahnya memang menargetkan nilai tinggi kepadanya, sebab Aksara sudah mulai mempersiapkan Jiva untuk menjadi penerus di perusahaannya. Aksara tidak bisa lagi mengharapkanan Nada yang sudah di vonis oleh dokter, tidak akan bertahan lebih dari tiga bulan.
"Iya, Mom. Aku mengerti."
"Ya sudah kalau begitu. Ini di makan kuenya, tadi Mommy beli sebelum jemput kamu les." Ia menyodorkan piring berisi aneka kue basah tradisional kepada kedua putrinya.
Yang tanpa Jiva ketahui kue itu adalah buatan Gita, sahabatnya sendiri. Namun sayangnya ketika Kirana ke toko, Gita sedang berkeliling mengantarkan kue, sehingga ia hanya bertemu dengan Cempaka.
"Enak sekali kuenya, Mom." Jiva menghabiskan dua buah onde-onde sekaligus.
"Iya enak," sahut Nada, ia pun tak kalah lahapnya menyantap kue lumpur. "Nanti beli lagi ya Mom."
"Iya nanti Mommy belikan lagi kalau lewat situ."
"Yah... bakalan lama dong. Kan mulai minggu depan Adek sudah pindah tempat lesnya," protes Nada.
"Ya, nanti kita bisa pesan pake ojeg online."Kirana mencoba memberikan alternatif lainnya agar kedua putrinya tidak kecewa, tapi yang pasti sepertinya ia akan jarang sekali lewat dari kawasan itu sebab daerah itu sangat macet, itulah salah satu alasan ia memindahkan Jiva ke tempat les yang lebih dekat dan lebih bagus tentunya.
***
Hari demi hari berlalu, hubungan Kai dengan Sang Pendongeng (Jiva) semakin dekat. Jiva menyukai animasi yang di buat oleh Kai sehingga blog miliknya terlihat lebih menarik dan mulai banyak di kunjungi orang.
Selain itu secara personal mereka memiliki kesamaan, yaitu sama-sama berada di bawah tekanan orang tua yang memaksa mereka belajar. Meski Jiva tak menceritakan secara gamblang kepada Kai, namun beberapa kali ketika mereka tengah chating, Jiva sering tiba-tiba mengakhirinya dengan alasan tugas yang menumpuk atau harus mengikuti les.
Begitu pula dengan Kai, ia pun tidak bisa selalu membalas pesan dari Jiva. Namun sebisa mungkin menyempatkan diri membuatkan animasi terbaik untuk cerita Jiva, dan membaca tulisannya.
Dongeng yang Jiva baginya adalah healing sekaligus penyemangatnya, tak bisa ia pungkiri ia bahagia dengan kehadiran Jiva alias Sang Pendongeng.
.
.
.
.
Sementara itu di tempat berbeda, Gita yang tengah membungkus bika ambon sembari menonton berita di televisi di kejutkan dengan berita mengenai perusahaan besar yang tengah mengembangkan program AI.
"Kami tengah menggodog program ini agar bisa juga di manfaatkan oleh pemerintah, kami ingin berkontribusi terhadap pembanguan negara meski saat ini kami tinggal di Amerika," ucap seorang pria yang namanya tertera di layar. 'Rendi Maharaja.'
"Nenek... Nenek..." Gita langsung memanggil Cempaka ketika Rendi menjelaskan mengenai program 'Pengamanan' yang di claim miliknya.
"Nek, Nenek masih ingatkan dengan program AI milik Ayah? Program, itu sama persis, apa jangan-jangan? Dia membunuh Ayah dan mencurinya?" Gita masih penasaran mengapa laptop bisa hilang saat ayahnya kecelakaan.
"Huust... Apa kamu punya buktinya?" Cempaka menatap Gita dengan serius. "Gita, kita ini orang kecil. Jadi, jaga bicaramu kalau kau masih mau hidupmu baik-baik saja. Lebih baik kau fokus belajar agar memiliki hidup yang lebih baik."
Jauh di lubuk hati Cempaka, ia pun menyadari bahwa apa yang di lihatnya di televisi sama persis dengan apa yang pernah Baskara tunjukan pada malam itu, namun ia tidak punya pilihan selain menyimpannya sendiri didalam hati, sembari bedoa semoga ada keajaiban yang dapat membuka misteri ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈
ooooh ini tooh alasannya Aksara dan Kirana mengambil anak angkat dari panti untuk mencari penerus perusahaan yang Aksara miliki saat ini karena anak kandungnya (=Nada) telah di vonis dokter tak memiliki usia lama
betewe....usia kan kita gak tahu yaak, sebaiknya jangan terlalu percaya pada vonis dokter gitu aja mending berusaha dan berdoa pada Allah Tuhan YME
panjang pendeknya usia kita itu rahasia-NYA
2024-11-21
3
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kapan kejahatan Rendi terungkap? Gita tetap semangat yaa... 🥺🥺🥺🥺
2024-11-21
2
☘️ gιмϐυℓ ☘️
Jangan2 apa yg dikatakan Gita benar ttg program milik Baskara itu. Seseorang menghabisi Baskara demi bisa memiliki program itu
2024-11-21
5