New York - Tanpa Kai minta tiba-tiba saja Mbok Darmi datang membawakan vanila ice cream ketika ia tengah mengerjakan tugas sekolah di kamarnya. "Tumben Mbok bawakan aku ice cream," ucapnya heran. "Aku sedang baik-baik saja, tidak begitu banyak masalah selain tugas yang menumpuk."
Walaupun perasannya akhir-akhir ini sedang tidak begitu enak, tapi Kai tidak tahu itu apa. Hari-hari yang di jalaninya berjalan seperti biasanya.
Mbok Darmi menatap Kai dengan serius. "Tadi pagi, Mbok tidak sengaja mendengar sesuatu."
Kai mengubah posisi duduknya, yang semula masih menatap buku-bukunya. Kini ia berbalik menatap Mbok Darmi. "Apa itu?" Ia yakin Mbok Darmi akan menyampaikan berita yang penting untuknya.
"Ayahmu meninggal dunia," ucap Mbok Darmi dengan hati-hati.
Kai menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin... Ayah tidak mungkin meninggal secepat ini," ia tidak percaya dengan berita yang di sampaikan Mbok Darmi, tapi ia tau wanita tua itu tidak mungkin berbohong kepadanya. "Mbok tahu dari mana?"
"Sebenarnya Mbok sendiri ragu untuk mengatakan ini," ia berterus terang akan perasaannya. "Tapi kau harus tahu dan mencari tahu tentang kebenaran ini. Dua hari lalu Mbok tidak sengaja mendengar Tuan membicarakan kematian Ayahmu dengan Jack." Ia menyebut salah satu kaki tangan Rendi.
"Jack bilang Ayahmu, Baskara telah meninggal akibat kecelakaan di jalan," sambungnya.
"Jadi mereka sudah mengetahuinya tapi tidak memberitahuku?" Padahal baru saja ia makan malam bersama Rendi, ibunya dan juga saudara tirinya yang menyebalkan itu. Tapi Rendi sama sekali tak membicarakan soal kematian ayahnya.
"Mungkin agar kau fokus belajar, dan tidak kembali minta pulang."
"Tapi dia adalah ayahku..." Dengan perasaan marahnya, Kai beranjak dari tempat duduk. Ia menghampiri Rendi di ruang kerjanya.
Seperti biasanya Kai menerobos masuk tanpa mengetuk pintu, hal itu langsung memancing amarah Mutiara. Terlebih saat itu Mutiara tengah duduk di pangkuan Rendi dengan pakaian sexinya. "Sudah Mama bilang berapa kali, kalau mau masuk kau harus ketuk pintu dulu. Kau ini anak tidak tahu sopan santun!" ia beranjak dari pangkuan Rendi dan menghampiri Kai.
Kai pun berjalan mendekati Rendi, saat ia berpapasan dengan Mutiara. Ibunya hampir saja menampar wajahnya, tapi Kai langsung menepisnya. Tanpa menatap ibunya ia terus berjalan ke arah Rendi dengan tatapan setajam elang. "Mengapa kau tidak memberitahuku tentang kematian ayahku?" tanya dengan tegas.
Mutiara berbalik ke arah Kai, wajahnya terkejut mendengar berita kematian Baskara. "Kematian ayahmu?"
Wajah Rendi terlihat tampak tenang, ia beranjak dari tempat duduknya menghampiri Kai. "Itu hal yang tidak penting, kau tidak membutuhkannya lagi." ia berjalan melewati Kai.
"Aku ingin pulang sekarang juga!! Aku sudah tidak mau tinggal di sini lagi."
Rendi tersenyum sinis. "Kau tidak akan bisa keluar dari sini!" ia pun pergi meninggalkan ruang kerja menuju kamar tidur, di ikuti oleh Mutiara di belakangnya.
Wanita itu masih tidak percaya jika Baskara telah meninggal dunia, setelah ia menutup rapat pintu kamarnya, ia langsung mengkonfirmasi berita itu kepada Rendi. "Apa kematian Baskara ada kaitannya denganmu?" ia tidak lagi mengkonfirmasi melainkan menuduh Rendi.
"Kau menuduhku membunuhnya?"
"Kau begitu tertarik dengan Guardian AI milik Baskara, jadi bukan tidak mungkin kau membunuhnya untuk mendapatkan program itu."
Rendi tertawa terbahak-bahak, tapi tak lama kemudian tawa itu berubah menjadi tawa mengerikan dan menatap Mutiara dengan tajam. Ia meraih rambut Mutiara segenggam, kemudian menariknya dengan kencang.
Mutiara meronta kesakitan. "Rendi lepaskan aku!"
Bukannya melepaskan Mutiara, Rendi malah semakin mencengkram erat rambut Mutiara "Aku memang menginginkannya tapi aku bukan pencuri!! Lagi pula siapa yang mau dengan program mahal, nilai akurasi rendah hanya 92%, di tambah dengan beban yang begitu besar, akan membuat biaya operasional mahal. Aku bisa membuatnya yang lebih baik dari itu!!!" ia menghempaskan istrinya dengan kasar dia tas tempat tidur.
Mutiara gemetar ketakutan melihat perubahan prilaku Rendi, ia tak menyangka pria yang di cintainya itu berbuat kasar kepadanya. "Rendi, teganya kau berbuat seperti ini kepadaku."
"Memangnya kau siapa? Kau tidak lebih hanya jal*ng liar yang haus akan materi." Rendi membuka pakaiannya, kemudian ia merangkak di atas tubuh Mutiara. "Kau tidak perlu mencampuri urusan bisnisku, kau cukup duduk manis di rumah dan melayaniku dengan baik. Kalau kau berani macam-macam, aku akan mencelakai anak kesayanganmu itu." Ia menarik paksa pakaian Mutiara, dan menyetubuhinya dengan kasar sebagai hukuman karena Mutiara tidak patuh kepadanya.
***
Sementar itu, dikamarnya Kai begitu bersedih atas kepergian orang yang paling ia sayangi. Bahkan satu kotak vanila ice cream pun tidak bisa membuat hatinya tenang seperti biasanya.
Selama ini ayahnya lah motivasinya untuk giat belajar, ia ingin segera menyelesaikan pendidikannya agar ia bisa kembali ke tanah air dan berkumpul bersama ayahnya. Kalau ayahnya sudah tiada, lantas untuk apa ia masih ada di dunia? Ia merasa tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini, ia juga sudah tidak memiliki alasan untuk hidup. Apalagi hari-hari yang ia jalani di sini begitu berat ia rasakan.
Kai menangis hampir semalaman suntuk sembari memeluk foto Baskara, bayangan akan kebersamaan dengan ayahnya begitu melekat di benaknya. "Aku mau ikut sama Ayah..."
Perlahan Kai beranjak dari tempat tidurnya, ia meraih gelas yang berada di meja belajarnya, kemudian memecahkannya. Kai mengarahkan pecahan gelas itu pada nadinya, tapi tiba-tiba saja ia ragu. Ia harus mencari tahu dulu apa rasanya memotong nadinya, dan bagaimana peluang bunuh diri dengan memotong nadinya? Apakah itu akan cukup berhasil atau justru hanya membuatnya terdampar di rumah sakit?
Kai bergegas membuka laptopnya untuk mencari tahu di internet, penjelajahannya mengenai bunuh diri mengantarkannya pada sebuah blog yang bertuliskan: Anak Laki-Laki yang Penuh Ketakutan.
Dengan serius Kai membaca dongeng itu, ia merasa apa yang di tulis oleh sang penulis sangat sesaui dengan apa yang di alaminya saat ini.
“Ini bukan tentang orang yang mengganggumu, tapi tentang dirimu sendiri. Jika ada seseorang yang mengganggumu seharusnya kau belajar untuk menjadi kuat, dan menyesuaikan diri. Orang seperti itulah yang bisa mendapatkan kebahagiaan.”
Jangan lupakan semua itu. Maju dan hadapi! Jika tak dihadapi, kau hanya selalu menjadi anak kecil yang penuh ketakutan.
Kai seperti tertampar oleh kalimat itu, kalau ia melakukan hal konyol (bunuh diri) itu siapa yang akan mendoakan ayahnya? Dan belum tentu ia bisa bertemu dengan ayahnya di keabadian sana.
Di sana Ayahnya pasti akan bangga jika ia tetap berdiri tegak, menghadapi semua ini berani. Itulah yang selalu Baskara ajarkan kepada Kai.
Lebih jauh Kai membaca dongen lainnya pada blog tersebut, ia begitu terkagum-kagum pada semua cerita yang di tulis oleh si pengarang, hingga membuatnya penasaran siapakah orang yang telah membuka matanya dan menyelamatkannya secara tidak langsung.
Tanpa pikir panjang, ia menghubungi YMail yang tertera dibagian bawah blog. Kai menuliskan ucapan berterima kasih, dan ia pun mengungkapkan jika dirinya ingin berteman dengannya, tentunya jika Sang Pendongeng tidak keberatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩᵇᵃˢᵉ fj⏤͟͟͞R ¢ᖱ'D⃤ ̐
pendongeng itu apakah Jiva?yang menulis di blog nya?ataukah Gita yang menulis dan dia punya bakat terpendam seperti Jiva?
atau jangan2 nanti Kai Jiva dan Gita berada dalam satu lingkaran yang membuat mereka bisa terpecah saling memusuhi,meski sekarang pun Jiva tidak menganggap Gita ada.
2024-11-20
3
☘️ gιмϐυℓ ☘️
Kalo bukan Rendi lalu siapa pelaku di balik meninggalnya Baskara? 🤔🤔🤔 Dan apakah pendongeng itu adalah Gita?
2024-11-20
3
☠ᵏᵋᶜᶟ🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈
tuuuh kan berarti kematian Baskara itu bukan kematian yang wajar alias kecelakaan yang dialami Baskara itu adalah ulah dari Rendi lewat orang suruhannya yang bernama Jack
2024-11-20
4