“Kak Rizal?”
Mau tidak mau Rizal membalikkan badannya dan berjalan masuk ke dalam rumah. Dia sedikit salah tingkah. Mungkin dia datang di saat yang tidak tepat. “Sorry, aku gak ada maksud buat ganggu kalian.”
Ekspresi Dewa seketika berubah. Antara rela dan gak rela. “Udah terlanjur ke rumah orang, lo mau balik gitu aja. Gak sopan banget. Duduk aja santai meskipun ada gue.” kata Dewa dengan entengnya.
“Dewa...” Lisa menyenggol lengan Dewa agar Dewa berhenti memancing emosi. Lalu Lisa kembali menatap Rizal. “Kak Rizal ada perlu apa? Duduk dulu.” Lisa mempersilahkan duduk.
Rizal ragu. Tapi akhirnya dia duduk berseberangan dengan Lisa. Dia benar-benar merasa canggung saat itu. Apalagi saat dia mendapat tatapan sengit dari Dewa. Bukan dia takut, Rizal hanya tidak mau membuat keadaan semakin buruk.
Beberapa saat kemudian, Bu Reni keluar dengan membawa dua gelas minuman dingin untuk Lisa dan Dewa. Bu Reni sempat terkejut saat melihat Rizal sudah duduk anteng di ruang tamunya. “Loh, Rizal ada di sini juga. Maaf tante gak tau.” Bu Reni meletakkan minuman di atas meja. “Tante buatin minuman lagi ya.”
“Gak usah repot-repot tante,” jawab Rizal dan Dewa secara bersamaan.
“Dewa mau pamit dulu. Ini minumannya biar buat Rizal aja.” Sebelum berdiri Dewa menggeser minumannya ke depan Rizal.
“Loh, kok buru-buru.” Basa-basi Bu Reni pada Dewa.
“Iya tante, ditungguin mama di rumah.” Dewa berpamitan pada Bu Reni lalu melangkah keluar sambil menatap tajam Rizal sesaat.
Lisa kini berdiri dan mengantar Dewa sampai teras depan.
“Sebenarnya gue takut,” kata Dewa sambil mengendarai motornya.
Lisa mendekati Dewa karena suaranya cukup pelan. “Kenapa?”
“Takut lo dilamar Rizal sekarang, soalnya nyokap lo setuju banget lo sama Rizal. Sampai-sampai nyokap lo seneng gue cepet-cepet pulang.” Dewa sedikit mendekat ke telinga Lisa. Ini sengaja dia lakukan karena dia tau sedari tadi Rizal melihatnya dari dalam rumah.
Satu pukulan kini melayang di lengan Dewa. “Apaan sih lo. Berkhayal tau gak!”
“Emang bener kan? Udah sana masuk, ditungguin tuh. Jangan lupa tanyain hp lo. Ntar gimana hubungi lo kalau lo gak ada hp.”
“Oiya, gue hampir lupa soal itu.”
“Ya udah gue balik dulu yah.”
“Iya, hati-hati.” Lisa melambaikan tangan pada Dewa setelah melajukan motornya.
Kenapa hati ini rasanya sakit gini. Kalau memang mereka ada hubungan spesial, bukan hak aku untuk melarang. Rizal kembali meluruskan pandangannya saat Lisa kini berjalan masuk ke dalam rumah.
Lisa melihat ke dalam, rupanya sang mama sudah pergi ke dapur. Lisa kini duduk dan lagi kecanggungan itu menyerangnya.
“Sorry, aku ganggu waktu kamu sama Dewa barusan,” kata Rizal.
Lisa sedikit tersenyum. Jangan-jangan Kak Rizal anggap aku sama Dewa ada apa-apa. Lisa berusaha menenangkan dirinya agar dia bisa lancar berbicara. ”Nggak kok. Lagian Dewa juga udah mau pulang. Maaf kalau kata-kata Dewa selalu menyinggung perasaan Kak Rizal.”
“Ngapain kamu yang minta maaf. Harusnya aku. Aku benar-benar minta maaf soal kejadian tadi. Aku nyesel tadi ninggalin kamu. Aku...”
“Kak, udah gak papa.” Lisa memotong perkataan Rizal. “Ini bukan salah Kak Rizal.”
“Tapi Sofi kayak gitu gara-gara kamu deket sama aku.” Rizal sangat serius. Bahkan di wajahnya kini hampir tidak ada senyuman.
Lisa menggeser duduknya agar sedikit dekat dengan Rizal. “Kak, berhenti nyalahin diri Kakak. Memang aku yang terlalu lemah dan gak bisa jaga diri.”
Rizal kini menatap Lisa. Terbesit sesuatu dipikirannya. Dia sungguh tidak rela jika Sofi sampai menyakitinya lagi. Rizal kini mengalihkan pandangannya sebelum dia benar-benar terhanyut oleh tatapan Lisa. Dia ambil hape dari sakunya dan memberikannya pada Lisa. “Hape kamu rusak dan sementara kamu pakai hape aku aja.”
Lisa mendorong tangan Rizal dan menolaknya. “Gak usah. Nunggu hape aku bener aja.”
Rizal kini meraih tangan Lisa dan menaruh hapenya ditangan Lisa. “Lis, please jangan tolak. Ini hape lama aku, kamu bisa pakai sampai hape kamu bener lagi.” Rizal masih menggenggam tangan Lisa.
“Hmm, ya udah. Nanti kalau hape aku sudah kembali aku kembalikan.” Lisa kini menatap tangannya yang masih tertutup tangan Rizal.
“Maaf.” Rizal melepaskan tangannya dan saat itu juga dia melihat tangan Lisa yang masih terlihat sedikit membiru. “Jadi, tangan kamu sampai kayak gini.”
Lisa ingin menyembunyikan tangannya tapi kalah cepat dengan tangan Rizal yang menahannya.
“Ini pasti sakit kan?” Rizal menaruh hape yang ada di tangan Lisa ke meja lalu mengusap tangan Lisa pelan.
Lisa menjadi panas dingin tidak karuan. Perasaan apa ini? Rasanya diri ini seperti melambung tinggi. Sesak, gak bisa napas. Pengen senyum tapi malu. “I-ini udah gak sakit kok. Gak papa.” Sebenarnya Lisa ingin merasakan usapan tangan Rizal lebih lama tapi dia buru-buru menariknya sebelum dia pingsan kehabisan oksigen.
Rizal justru terdiam beberapa saat. Dia seperti memikirkan sesuatu dengan serius. Sebelum akhirnya kembali pada hape yang dia pinjamkan pada Lisa. “Nomer kamu udah ada di dalam. Dan gue lupa belum ganti memory cardnya. Gak papa kalau kamu mau pakai memory aku, kamu format aja dulu.” Rizal mengambil hapenya lalu menghidupkannya. Sangking terburu-burunya dia sampai lupa mengganti kartu memori hapenya bahkan beberapa aplikasi lama masih tersimpan di sana.
“Udah, gak papa. Gak perlu di format juga. Aku kan cuma pinjam sebentar.” Terlihat Rizal seperti ragu akan menghapus memorinya.
Rizal memberikan hapenya pada Lisa. “Isi hape ini udah gak penting jadi tolong kamu format ya.”
“Oke.” Lisa tidak berniat mengiyakan perintah Rizal. Sesuai yang ada dipikirannya. *Dalam hape ini pasti banyak petunjuk yang gue cari*. Lisa berusaha mengganti topik lain. “Kak, diminum dulu.”
Rizal sedikit tersenyum lalu meminum minuman dinginnya yang sudah disuguhkan.
Lisa melihat sekilas hape Rizal. Sebenarnya dia berniat mengaktifkan nomer WA-nya tapi justru dia melihat foto profil lama Rizal yang bersama seorang gadis. Lisa buru-buru menutupnya kembali sebelum Rizal benar-benar memintanya untuk meformat semua. Lisa kini kembali fokus pada Rizal tapi tidak disangka, dia justru melihat penampakan gadis itu lagi yang berdiri di belakang Rizal. Dia terus menatap Lisa tajam yang membuat Lisa sedikit bergidik.
“Lis, kalau gitu aku pamit pulang dulu ya.”
Spontan Lisa memegang tangan Rizal.
“Makasih ya.”
Rizal sedikit bingung dan canggung karena tiba-tiba Lisa mengenggam tangannya.
Dalam hape itu ada banyak petunjuk. Kamu pasti akan tahu siapa aku....
“Lis,” panggil Rizal yang merasa Lisa hanya terpaku pada satu titik.
“Eh,” Lisa melepaskan tangan Rizal lalu menyeka keringatnya yang mengalir di pelipisnya. “Maaf..”
Rizal sebenarnya sudah merasa ada sesuatu yang Lisa lihat setiap kali ekspresi Lisa berubah menjadi tegang. Dia menoleh ke belakang sesaat. “Aku pulang dulu. Kalau hape kamu sudah bisa, aku kembalikan.” Rizal berdiri tanpa menunggu jawaban dari Lisa.
Lisa masih sedikit terbengong. Sebelum akhirnya dia tersadar dan segera masuk ke dalam memanggil orang tuanya karena Rizal pasti ingin berpamitan. Setelah Bu Reni keluar dan Rizal berpamitan. Lisa segera mengambil hape Rizal dan masuk ke dalam kamarnya.
“Semoga memang ada sesuatu di hape ini...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Putri Minwa
lanjut thor
2022-12-01
0
Karin Nurjayanto
thorrrr km kemana?? ini di lanjut lg g sih novelny?
2020-07-29
1
Prima Yunita
Kapan up nya lagi thorr...Aku menunggumu
2020-07-15
1