“Lis, lo kok gak di tenda aja sih. Kalau lo sakit lagi gimana?” kata Karin sambil berkumpul di tanah lapang persiapan untuk olahraga pagi.
Lisa tetap kekeh. Dia merasa sungkan jika harus beristirahat sendiri di tenda. “Karin, gue udah gak papa.”
“Lisa, lo sakit beneran?” Dewa datang dan langsung main pegang kening Lisa. “Sumpah, gue gak tau kalau lo sakit. Lo istirahat aja gak usah ikut olahraga.”
Lisa sedikit menjauh dan kini baris berjajar karena pemanasan sudah akan dimulai. “Dewa, gue udah gak papa. Udah gak usah khawatirkan gue. Lagian lo tau darimana kalau gue sakit?”
“Kata Karin barusan.”
Karin mengernyitkan dahinya. Perasaan tadi pas gue ngomong sama Lisa gak ada Dewa. Apa iya, Dewa udah dengerin dari tadi.
“Iya, tapi gue udah sehat. Jadi ikut olahraga biar badan sehat.”
“Lo masih keliatan pucat , Lis.” Dewa masih saja memperhatikan Lisa.
“Hei, kalian berdua yang di belakang, maju! Dari tadi ngobrol sendiri.” Teriak Sofi sambil menunjuk Lisa dan Dewa.
“Nenek lampir tuh ngapain lagi sih.” Dumel Dewa.
“Cepat maju!”
Mereka berdua akhirnya maju ke depan. Rizal hanya menatap Lisa, ingin dia melarang Sofi tapi itu tidak mungkin dia lakukan.
“Kalian pimpin pemanasan olahraga di depan.” Perintah Sofi lagi.
Dewa terpaksa mengikuti perintah Sofi karena ada guru pembimbing juga saat itu. Mereka memulai pemanasan.
Badan gue rasanya lemes banget. Lisa beberapa kali menyeka keringat di pelipisnya.
Rizal yang sedari tadi mengawasi setiap gerakan Lisa tanggap, jika Lisa sudah mulai terasa lelah. Dia memang sengaja baris di dekat Lisa saat itu.
Dewa masih dengan keras menghitung setiap gerakan.
“Lisa.” Rizal menahan tubuh Lisa yang hampir terjatuh saat gerakan keseimbangan. “Kamu istirahat aja di tenda.”
Sofi melepas tangan Rizal yang masih merangkul Lisa. “Dia itu gak papa. Kamu gak usah khawatir berlebihan gini.”
“Sofi, dia semalam demamnya tinggi banget.”
“Darimana kamu tau?”
Rizal malah mengalihkan perhatiannya dan memanggil Karin. “Karin, temani dia di tenda.”
“Oke, anak-anak kita mulai olahraga di alam bebas pagi ini......” Pak Zaki, guru pembina mengambil alih pimpinan olahraga saat itu.
Kenapa gue bisa sekhawatir ini sama Lisa. Rizal berjalan minggir dengan sedikit helaan napas.
Ada tangan yang menahan lengan Rizal. “Gue tau apa yang lo lakuin semalem,” kata Dewa pelan dengan wajah yang sangat serius. Dia ingat jelas, semalam saat Dewa tidak bisa tidur dia sengaja ingin melihat keadaan Lisa tapi dia justru melihat Rizal di dalam tenda yang sedang terjaga merawat Lisa.
“Lalu kenapa?” Rizal sempat terkejut tapi dia berusaha untuk tenang.
“Kalau lo memang mau deketin Lisa, lo jaga dia. Jangan sampai dia berada dalam bahaya hanya karena lo.”
“Maksud kamu?”
“Dewa! Ayo, ikut jalan pagi.” Reno menarik paksa Dewa karena dia sudah melihat raut wajah menegangkan mereka berdua.
Setelah mereka pergi, Rizal kini duduk di bawah pohon. Apa sebenarnya maksud Dewa? Kenapa dia terus beri peringatan gue kalau Lisa dalam bahaya kalau deket sama gue. Apa karena Lisa bisa lihat hantu itu atau karena hal lain. Apa karena Sofi? Rizal melihat Sofi yang masih saja mencuri pandang dengannya.
“Aduh, ada yang bengong lagi. Sana ikut jalan pagi. Masa ketua OSIS malah melamun di sini.” Lagi, Evan datang dan langsung menggodanya. Dia duduk di samping Rizal sambil beberapa kali menepuk pundaknya. “Kalau lo suka sama dia, udah bilang aja langsung jangan sampai keduluan sama Dewa.” Ada tertawa keras diujung kalimatnya.
“Maksud lo apa sih? Gue masih belum bisa...” Rizal menghentikan perkataannya.
“Masa lalu itu udah menjadi kenangan. Mungkin lo emang gak bisa lupain dia, tapi lo harus juga bisa dengerin apa kata hati lo.”
“Lo tau kan, mungkin saja dia pergi karena tidak betah dengan bully-an Sofi.” Rizal kini bersandar di pohon untuk merilekskan dirinya.
“Sofi itu terlalu terobsesi sama lo. Lo harus tegas. Lo harus lawan Sofi, gak peduli dia itu cewek. Lo harus bisa kasih pelajaran sama dia. Lo harus bisa buat dia berhenti terobsesi sama lo.”
Rizal menghela napas panjang. “Tapi, gue gak mau Lisa jadi korban bully Sofi terus-terusan. Setelah MOS ini selesai, gue juga gak akan lagi berurusan dengan Lisa.”
“Yakin? Kalau setelah ini lo tambah deket sama Lisa gimana? Lo tenang aja, gue akan bantu lo buat jadi tameng dari kegilaan mak lampir.” Evan tertawa keras. Dia memang sudah menjadi sahabat Rizal sejak SMP. Apapun yang dirasakan Rizal, dia begitu paham termasuk tentang kisah lalu Rizal.
...***...
Lisa merebahkan badannya di dalam tenda. Dia memiringkan badannya sambil memeluk dirinya sendiri.
“Lisa, lo sebenarnya kenapa? Lo masih sakit?” tanya Karin yang bisa melihat kegelisahan Lisa.
Lisa menggeleng pelan, “Gue cuma lemes aja.”
“Kalau lo ada masalah, lo cerita sama gue.”
Lisa kini terduduk teringat sesuatu. “Rin, apa Dewa sebelumnya pernah punya pacar?”
Karin sedikit gagu menjawab pertanyaan Lisa. “Lo kenapa tanya gini? Setau gue, dia belum pernah deket terlalu serius sama cewek.”
Lisa terdiam.
“Apa maksud lo tanya gini? Lo suka sama Dewa?”
“Nggak! Sebenarnya semalam gue lihat hantu itu lagi dan gue denger hantu itu panggil nama Dewa. Dia terus liat Dewa dengan sedih. Gue kira dia ada hubungannya sama Dewa tapi kalau iya, kenapa dia hanya ada di belakang Kak Rizal bahkan gue cuma bisa dengar suaranya saat Kak Rizal nyentuh gue.”
Karin mendengar cerita Lisa dengan serius. “Jadi lo semalam sampai linglung gitu gara-gara ini. Ternyata lo demam semalam gara-gara kena sawan.”
“Sawan? Karin gue serius.”
“Iya, iya. Masalahnya ini diluar daya pikir gue.” Karin berpikir beberapa saat. “Gimana kalau lo deketin aja Kak Rizal lalu lo cari tau siapa sebenarnya hantu itu. Tiap dia muncul lo sentuh aja Kak Rizal pasti lo bakal tau jawabannya.”
“Gak ah. Gue takut. Lagian masak iya gue harus deketin Kak Rizal.”
“Ya, ini cara satu-satunya. Lo harus bisa tahan rasa takut lo. Kalau udah dapat petunjuk lagi, lo bisa mecahin misteri dan hantu itu akan pergi setelah masalahnya di dunia selesai jadi lo bisa hidup tenang.”
Perasaan Lisa sedikit lega setelah berhasil menceritakan semuanya pada Karin. “Lalu soal Dewa? Sebenarnya apa hubungannya sama Dewa?”
“Gue akan coba tanyain ini sama Reno. Siapa tau Dewa pernah punya mantan. Dan lo gak perlu takut lagi kalau liat hantu itu lagi. Dia gak ada niat jahat sama lo. Gue yakin, ada satu hal yang mau dia sampai-in sama lo.”
Lisa mengangguk sambil tersenyum. “Lega gue bisa cerita sama lo. Eh, berkemas yuk, siang ini kan kita balik.”
“Oke. Untung gue cuma suruh nemenin lo doang dari kemaren sama Kak Rizal jadi gue gak capek. Kak Rizal itu perhatian banget sama lo.” Karin mengambil tasnya dan memasukkan beberapa barang.
“Rin, gue tanya nih. Lo harus jujur. Kak Rizal beneran gak ke tenda kan semalam?”
Karin tertawa kecil. Dia tidak mampu lagi membohongi Lisa. “Iya. Dia jagain lo semalam. Sorry, gue gak bisa apa-apa. Tapi, Kak Rizal yang nyuruh gue buat gak cerita sama lo.”
Pipi Lisa memerah. “Jadi, yang kompresin semalam itu Kak Rizal.”
“Iya, ciee. Kak Rizal itu perhatian banget sumpah. Lo gak tau betapa kerennya dia waktu khawatir sama lo. Pantes aja dia jadi most wanted di sekolah kita. Kalau Kak Rizal beneran naksir sama lo, lo beruntung banget.”
Lisa masih belum bisa berpikir terlalu jauh. Dia tahu betul kedekatannya dengan Rizal akan semakin membuat dirinya dibully oleh Sofi. Cukup sampai MOS ini selesai, mungkin gue gak akan lagi berurusan dengan senior.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
IK
emang ny ktmu hantu enak... c karin sekate kate
2022-11-30
0
Putri Minwa
jadi, apa benar Lisa itu punya penyakit sawan
2022-11-29
0
IK
wahh.. si sofi Ratu Bully harus nya dilaporin atau dkluarin dr skolah
2022-11-28
0