"Sorry Lis, gue terpaksa telpon lo lewat nomor nyokap lo yang tadi lo kasih ke gue. Gue bingung dengan kondisi Mama. Papa masih ada kerjaan jadi belum bisa pulang." kata Dewa sambil duduk di samping Lisa yang sedang memeluk Bu Maya yang masih menangis pelan.
"Gak papa." Banyak pertanyaan yang sebenarnya ingin dia tanyakan pada Dewa tapi dia tahan untuk sesaat. Dia tidak mau Bu Maya semakin sedih.
"Dewi, Mama kangen..." kata Bu Maya pelan sambil masih memeluk Lisa dengan erat.
"Tante harus ikhlas biar kak Dewi tenang. Kasian Kak Dewi nanti sedih liat tante terus menangis."
Bu Maya tiba-tiba melepaskan pelukannya. Dia meraih kedua pipi Lisa. "Tante pernah dengar dari Dewa kamu bisa melihat Dewi. Apa Dewi ada di sini?"
Lisa terdiam. Dia melirik Dewa yang berdiri di sampingnya. Dia bingung harus menjawab apa, karena selama ini Dewi hanya mengikuti Rizal.
"Lisa, Dewi ada di sini?" tanya Bu Maya lagi dengan penuh harap.
Lisa menggelengkan kepalanya. "Dia, dia, tadi ada di depan bersama Kak Rizal."
Bu Maya langsung berdiri dan bergegas keluar dari rumah berharap Rizal masih berada di luar. Tapi nihil, Rizal sudah pergi. Bu Maya terjatuh dan menangis di lantai teras rumahnya. "Wi, sebesar itu cinta kamu sama Rizal sampai kamu terus ngikuti Rizal. Apa kamu gak sayang sama mama?"
Lisa dan Dewa ikut berjongkok di sisi Bu Maya. "Tante, maksud Kak Dewi bukan kayak gitu. Lisa yakin, Kak Dewi cuma mau Kak Rizal tau keadaannya yang sebenarnya. Kasian, Kak Dewi belum bisa tenang soalnya Kak Rizal masih terus mikirin Kak Dewi."
"Jangan pernah kasih tau Rizal atau siapa pun kalau Dewi sudah gak ada." Bu Maya akhirnya berdiri yang diikuti oleh Lisa dan Dewa. Mereka masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa.
"Tapi, kenapa?" tanya Lisa. Satu hal yang membuatnya sangat penasaran.
"Jangan sampai ada yang tau sebelum pembunuh itu ditemukan!"
Pembunuh? Mata Lisa membulat. Dia tidak pernah terpikir akan hal itu.
"Ma, sudah. Mama jangan terlalu memikirkan masalah ini lagi. Biar Dewa yang menyelesaikannya. Sekarang juga sudah ada Lisa yang bisa nemeni Mama."
Bu Maya mulai tenang dan sekarang dia menatap Lisa. "Lisa, kamu sering-sering ke sini ya. Temani tante."
"Iya tante."
"Mama sekarang istirahat ya."
Bu Maya mengangguk. Dewa menuntun Bu Maya ke kamarnya. Tak lama, Dewa keluar dan kini duduk bersandar di sofa ruang tamu. Dia menghela napas panjang untuk menghilangkan sesaat beban pikirannya.
"Kenapa lo gak cerita sama gue kalau Dewi itu kakak lo?" tanya Lisa untuk mengurangi rasa penasarannya.
Dewa tak langsung menjawab. Dia memandang kosong apa yang ada di depannya.
"Wa, lo tau kan kalau gue bisa liat Kak Dewi. Lo ngerti gimana bingungnya gue, gimana takutnya gue. Harusnya lo cerita sama gue yang sebenarnya biar gue bisa bantu."
"Sorry, bukan gue gak mau cerita. Gue gak mau ada banyak orang yang tau tentang masalah ini. Semakin banyak yang tau pembunuh itu akan semakin menghilangkan bukti. Gue mau mengusut sendiri kasus Kak Dewi."
"Kenapa gak lapor polisi?"
Pertanyaan Lisa membuat Dewa menoleh tajam. "Apa yang bisa diharapkan? Polisi hanya bilang ini murni kecelakaan. Hanya keluarga kita yang tau tentang masalah ini dan kepala sekolah yang membantu menyebarkan informasi kalau Kak Dewi pindah sekolah."
"Tapi soal Kak Rizal?"
Dewa kembali melemaskan otot-ototnya dengan bersandar. "Ini semua karena Rizal."
Lisa mengernyitkan dahinya tak percaya. "Bagaimana mungkin? Kak Rizal keliatannya bener-bener cinta sama Kak Dewi."
Dewa menyunggingkan sebelah bibirnya. "Lo terlalu polos dalam hal ini. Lo tau kan, Rizal itu jadi kejaran para cewek di sekolah kita. Bahkan lo sendiri jadi korban bully gara-gara deket sama Rizal. Apa yang dirasakan Kak Dewi dulu, hampir sama dengan apa yang lo rasakan saat dekat sama Rizal."
Lisa sekarang mengerti. Kenapa Dewa selalu melarangnya dekat dengan Rizal.
Hening untuk beberapa saat.
"Kalau gitu gue akan deketin Kak Rizal biar pembunuh itu beraksi lagi."
Dewa terkejut mendengar ucapan Lisa. Dia menegakkan duduknya lalu menghadap Lisa. "Jangan! Gue gak mau ngorbanin lo. Bahaya!"
"Tapi Wa, kalau gak gunain cara itu gimana bisa tau pelakunya."
Dewa memegang kedua pundak Lisa. "Please, gue gak mau terjadi apa-apa sama lo." Meyakinkan Lisa bahwa dia benar-benar tidak mau hal buruk menimpa Lisa. "Gue gak mau ada korban lagi."
"Wa, bagaimana pun juga gue ikut andil dalam masalah ini. Kak Dewi jelas-jelas minta tolong sama gue."
Dewa menggeleng. "Gue gak mau. Ini terlalu bahaya buat lo."
"Yakin, sama gue. Gue gak akan kenapa-napa."
Dewa tersenyum lalu mengusap rambut Lisa sesaat. "Oke. Tapi gue juga akan terus jagain lo."
Lisa tersenyum. Setiap dekat dengan Dewa, dia merasa nyaman. Seperti seorang kakak yang sayang dengan adiknya.
"Hape lo ada di gue. Tadi sepulang sekolah gue ambil." Dewa masuk ke dalam kamarnya beberapa saat lalu keluar sudah membawa hape Lisa.
"Makasih."
...***...
Malam itu tanpa bintang. Gelap. Hanya ada kilatan petir yang sesekali terlihat. Entah di daerah mana sedang turun hujan.
Walau langit tanpa hiasan, Rizal tetap memandang gelapnya malam hari itu.
Di depan pagar, Lisa nampak ragu. Dia ingin menghampiri Rizal tapi dia tidak punya alasan menemuinya.
Kini pandangan Rizal tertuju pada Lisa yang sudah berbalik arah. Rizal berdiri dan menyusul Lisa.
"Ada apa?" Pertanyaan Rizal menghentikan langkahnya.
Lisa membalikkan badannya. Butuh waktu beberapa detik untuk mencari alasan. "Makasih. Hape aku, sudah aku bawa."
Rizal mengernyitkan dahinya. Dia tau, sepertinya bukan itu alasan Lisa menemuinya. Meski sebenarnya Rizal sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak mendekati Lisa, tapi nyatanya itu sulit.
"Hmm, aku pulang dulu." pamit Lisa. Dia berjalan pelan tapi Rizal justru mengikutinya.
"Gimana hubungan kamu dengan Dewa?" tanya Rizal yang membuat Lisa sedikit salah tingkah.
"Hmmm, Dewa. Biasa aja. Dewa itu udah aku anggap kayak kakak aku sendiri. Hmm.." Lisa menghentikan langkahnya sesaat. "Selamat ya, Kak Rizal udah jadian sama Kak Sofi."
Rizal terdiam sambil menatap Lisa. Tak ada jawaban, Lisa melanjutkan langkahnya.
"Boleh aku cerita sama kamu..." Rizal menahan langkah Lisa dengan genggaman tangannya.
Lisa menoleh. Mereka kini saling tatap. Hangat tangan Rizal membuat jantung Lisa berdegup lebih kencang dari biasanya.
"Boleh..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Bego,,selagi Rizal gak tau keadaan Dewi,Rizal akan selalu mikirin Dewi,jadi gak akan tenang selama nya,,Lusa juga kenapa gak jujur aja sama Rizal bahwa Dewi udah meninggal🤦🏻♀️🤦🏻♀️🤦🏻♀️🙄🙄
2022-11-27
3
Inara
palingan si sofi
2022-03-13
3
🔻⭐™❌-hugo bless⭐🔹
yg jelas pembunuh Dewi ya sofy dan geng nya.
itu pun mrk sdh merencanakan akan melukai lisa pas acara sofy nanti.
2022-02-22
7