Dewa menghentikan motornya di depan rumahnya. Kemudian mereka turun dan melepas helmnya. “Masuk yuk. Ada Mama di dalem.”
Lisa mengikuti Dewa masuk ke dalam rumah. Sebenarnya dia merasa sedikit sungkan karena ini baru pertama kalinya dia datang ke rumah cowok sendiri.
“Bentar ya, gue panggilin Mama.” Dewa masuk ke dalam dan meninggalkan Lisa di ruang tamu.
Pandangan Lisa berputar melihat sekeliling ruang tamu Dewa yang lebih luas dari rumahnya. Dari kejauhan dia melihat sebuah foto keluarga dalam figura duduk yang tidak terlalu besar di atas meja kecil penghias ruangan. Lisa berdiri dan mendekati foto itu. Terlihat kedua orang tua Dewa dan seorang gadis. Lisa ingin mengambil foto itu tapi tiba-tiba Dewa keluar bersama Mamanya.
Pandangan Lisa kini beralih pada Bu Maya yang berjalan mendekatinya. Tiba-tiba Bu Maya memegang kedua pipi Lisa dan menatapnya nanar lalu memeluknya. “Dewi?!”
Lisa melebarkan matanya, “Dewi?”
Dewa segera menyadarkan mamanya dan melepas pelukan mereka. “Ma, ini Lisa teman sekelas Dewa.”
Bu Maya tersenyum paksa. “Iya. Maaf ya. Kamu mirip sekali sama putri tante yang ikut sama neneknya.”
“Maksudnya kakaknya Dewa.”
Tanpa sepengetahuan Lisa, Dewa menyembunyikan foto keluarganya yang hampir dilihat Lisa.
“Duduk sini sama tante. Kata Dewa tangan kamu sakit. Tante bisa pijitin.” Mereka lalu duduk di sofa ruang tamu. “Dewa, ambilin minuman dingin buat Lisa.”
“Iya, ma.” Dewa bergegas masuk ke dapur.
“Gak usah repot-repot tante.”
“Gak papa. Anggap aja rumah sendiri ya.” Bu Maya mengambil minyak urut lalu membaluri tangan Lisa terutama di pergelangan tangannya. Awalnya memijit pelan hingga akhirnya sedikit keras.
Lisa menahan rasa sakit dan mengigit bibir bawahnya agar tidak berteriak.
“Sakit?” Dewa keluar dengan membawa dua gelas minuman dingin. “Lo tahan. Pasti bentar lagi udah sembuh.”
Beberapa saat kemudian tangan Lisa sudah tidak terasa sakit dan Bu Maya melepaskan pijitannya. “Makasih tante. Sekarang sudah tidak sakit.”
Bu Maya tersenyum. “Kamu habis jatuh?”
Lisa mengangguk. “Iya tidak sengaja tadi tersandung.”
Mata Bu Maya berkaca-kaca. Dan lagi, dia memeluk Lisa. “Kamu harus hati-hati ya. Kamu harus bisa jaga diri. Jauhi orang-orang yang nyakiti kamu.”
Lisa tidak mengerti dengan perkataan Bu Maya.
“Ma, istirahat di kamar aja yuk.” Dewa mengusap pelan pundak Bu Maya. Kemudian Bu Maya melepaskan pelukannya pada Lisa dan mengikuti tuntunan tangan Dewa.
“Mama, dia Lisa. Bukan Kak Dewi,” kata Dewa pelan sambil membantu Bu Maya duduk di sisi ranjang.
“Iya Mama tau. Tapi Mama merasa Dewi ada dalam diri Lisa.”
“Iya, Dewa juga ngerasain. Dan, sayangnya Lisa juga dekat sama Rizal.”
Bu Maya menatap serius Dewa. “Jadi benar, tangan Lisa sakit karena ada yang dorong dengan sengaja?”
Dewa mengangguk.
“Dewa, kamu harus benar-benar jaga dia.”
“Iya Ma. Itu pasti. Tapi, cuma Lisa jalan satu-satunya agar kasus ini terungkap.”
Bu Maya menggeleng. “Jangan biarkan dia masuk dalam masalah ini.”
Dewa kini berjalan pelan keluar dari kamar. “Dewa, mau anterin Lisa pulang sebentar.” Helaan napas Dewa terdengar setelah kembali menutup pintu kamar Bu Maya. Bahkan cuma Lisa yang bisa lihat Kak Dewi. Dewa kini duduk di sebelah Lisa dan masih dengan pemikiran kalutnya.
“Wa, sorry gue mau tanya. Sebenarnya Mama lo kenapa?” Lisa sangat penasaran. Dia berhati-hati bertanya pada Dewa.
Dewa kini menoleh Lisa. “Mama ada sedikit kesalah-pahaman sama kakak gue. Udah beberapa minggu kakak gue ikut sama nenek dan belum pulang.”
“Nama kakak lo Dewi? Kayaknya gue gak asing dengan nama itu.”
Dewa terdiam beberapa saat. Ini bukan saat untuk Dewa menceritakan semuanya pada Lisa. “Nama Dewi itu kan banyak.” Dewa tersenyum dengan terpaksa. “Eh, btw hp lo di Rizal. Pecah katanya.”
“Ya ampun. Gue sampai gak kepikiran sama hp gue.” Lisa sadar, Dewa sengaja mengalihkan pembicaraannya. Lisa mengambil gelas dan ingin menghabiskan minumannya. Apa Dewi itu memang kakak Dewa dan dia adalah orang yang sama dengan Dewi yang pernah Kak Rizal sebut? Kalau sama apa jangan-jangan hantu itu adalah Dewi? Tapi bukankah Dewi itu masih hidup. Lisa berpikir keras. Dia memandang kosong gelas yang ada di tangannya.
Lisa, belum saatnya lo tau. Gue yakin lo pasti penasaraan tentang Dewi. Dewa mengusap pelan pundak Lisa. “Udah, lo jangan terlalu berpikir. Gue anter pulang yuk.”
Lisa mengangguk. Dia berpamitan pada Bu Maya dan dapat satu kecupan di keningnya dari Bu Maya yang membuat aneh perasaannya. Mamanya Dewa seperti orang yang baru saja kehilangan orang yang dia sayangi. Terlihat banget kesedihannya. Tapi Dewa gak mau cerita apapun sama gue. Lisa masih tetap dalam pemikirannya. Bahkan saat dia sudah berada di boncengan Dewa dan dalam perjalanan pulang menuju rumah Lisa.
Setelah sampai di depan rumah Lisa, mereka turun dan masuk ke dalam rumah karena Lisa mengajak Dewa untuk mampir ke rumahnya.
“Lisa, udah pulang sayang.” Bu Reni menyambut Lisa saat sudah sampai di ruang tamu. Dia sedikit bingung saat Lisa pulang tidak bersama Rizal. “Loh, ini siapa?”
“Saya Dewa tante. Teman sekelas Lisa.” Dewa bersalaman dengan Bu Reni sambil memperkenalkan dirinya.
Bu Reni melirik Lisa yang langsung ditangkap pengertiannya oleh Lisa. “Mama, tadi kan Lisa janjiannya sama teman Lisa.”
“Nak Dewa duduk aja dulu ya. Lisa ikut mama sebentar.” Bu Reni menarik tangan Lisa agar mengikutinya ke dalam.
“Mama apaan sih?”
Bu Reni memelankan suaranya. “Lisa kalau kamu tadi berangkat sama Rizal, pulang juga harus sama Rizal. Gak baik nyakitin hati cowok kayak gini.”
Lisa malah tersenyum mendengar perkataan Mamanya. “Ma, Kak Rizal ada perlu. Lagian kita semua juga temen. Gak ada yang sakit hati juga.” Kemudian Lisa meninggalkan Bu Reni dan masih dengan senyumnya.
“Dasar, anak muda. Baru saja pindah ke sini udah ada dua pemuda yang datang ke rumah ini.” Bicara Bu Reni pada diri sendiri sambil masuk ke dapur.
“Lis, ada apa?” tanya Dewa yang merasa ada percakapan serius antara Bu Reni dan Lisa.
“Gak papa.” Lisa duduk di kursi sebelah Rizal yang memberi ruang setengah meter.
“Kenapa? Mama kamu bingung, kamu gak pulang sama Rizal?” Dewa sedikit menggoda Lisa. “Jadi, gue kalah selangkah sama Rizal. Gue udah keduluan ngambil hati Mama lo.”
Lisa sedikit mencubit lengan Dewa. “Ih, apaan sih.”
“Emang bener kan? Soal wajah ganteng, masih banyakan gue. Yang jadi masalah kan cuma beda pangkat doang.” Dewa mulai berkata narsis di depan Lisa yang membuat Lisa semakin tertawa.
“Makanya lo calonin diri lo jadi ketua OSIS sana kalau udah kelas 2 biar sepangkat.”
“Sorry, gue ogah ngurusin rakyat jelata. Haha.” Dewa tertawa lalu bersandar. “Lo beneran baru pindah ke rumah ini?” tanya Dewa karena dia hanya melihat beberapa ornamen di ruang tamu Lisa.
“Iya. Gue dulu pernah ngalamin kecelakaan parah jadi harus melakukan operasi dan pengobatan di kota ini. Daripada bolak-balik akhirnya kita pindah ke sini.”
Dewa melihat Lisa dengan serius. “Lo pernah kecelakaan? Kapan?”
“Sekitar tiga bulan yang lalu setelah ujian kelulusan.”
Dewa seperti memikirkan sesuatu dia kini berniat mencari informasi dari Lisa. “Lo punya cidera serius apa sampai harus operasi?”
Lisa terdiam. Dia teringat lagi kenangan buruk itu. Terlihat raut wajah Lisa yang berubah.
Dewa menarik pertanyaannya. “Udah, jangan lo ingat lagi. Yang penting sekarang lo udah sehat dan ketemu sama gue di kota ini.”
Dewa selalu bisa mencairkan suasana dan membuat Lisa tersenyum tipis. Sejak awal bertemu, entah kenapa Lisa merasa sudah mengenal Dewa sejak lama.
“Iya, gue seneng bisa ketemu lo. Entah kenapa gue itu selalu ngerasa kalau lo itu gak asing buat gue.”
Dewa sedikit mendekat pada Lisa dan menatapnya serius. “Jadi, lo beneran naksir sama gue?”
“Dewa, bukan itu.” Lisa sedikit mendorong Dewa agar menjauh.
Meskipun Dewa mengerti maksud Lisa tapi dia masih tetap menggoda Lisa hingga pipinya memerah.
Tanpa sadar ada seseorang yang menghentikan langkahnya di depan pintu rumah Lisa yang terbuka. Dia melihat Lisa dan Dewa yang masih bercanda main cubit. Kenapa bukan aku yang di sana? Rizal mengurungkan niatnya untuk bertamu. Dia membalikkan badannya tapi langkahnya terhenti karena panggilan Lisa.
"Kak Rizal?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
HNF G
harusnya aku yg disana...... cubit cubitan.... sama kamu.... 🤭🤭🤭
2023-08-29
0
Putri Minwa
jangan lupa saling dukung ya
2022-12-01
0
maharastra
tambah seru ni🥰👍
2022-11-26
0