"Oo, jadi itu ketua OSIS yang katanya galak," ucap Karin yang kini berdiri di tengah barisan saat apel pagi pembukaan MOS waktu itu.
Lisa menoleh Karin sesaat ketika mendengar pernyataan Karin. Lalu pandangannya kini beralih pada seseorang yang berada di depan lapangan yang kini sedang berpidato.
Ketua OSIS? Dia kan cowok yang hampir nabrak gue tadi. Lisa terus menatapnya. Entah perasaan aneh apa yang dia dapat. Dia seperti tidak ingin berhenti memandangnya. Memandang wajah tampannya yang seolah sudah lama dia nanti. Ini baru pertama kali gue lihat dia, kenapa rasanya kayak udah lama kenal dia. Dan rasanya... Aneh, gak mungkin kan gue kangen ama cowok yang gak gue kenal.
Lisa terlalu fokus dengan lamunannya sampai dia tidak mendengar apa yang dikatakan sang ketua OSIS di depan lapangan. Sampai apel segera dibubarkan dia masih melamun. Bahkan kini dia tersadar ada seorang gadis yang berdiri di belakang Rizal. Gadis itu sangat pucat dengan tatapan kesedihannya. Dia siapa? Perasaan tadi tidak ada siapa-siapa.
"Lisa..." Panggilan dan tepukan tangan Karin menyadarkan lamunan Lisa.
"Ya.."
"Lo lihatin Kak Rizal sampai segitunya, apelnya kan udah selesai."
"Kak Rizal siapa?" Lisa tidak mengerti karena dia sama sekali tidak mendengar saat sesi perkenalan Rizal.
"Lo fokus liatin dia tapi lo gak dengerin suaranya, lo kenapa? Naksir sama Kak Rizal. Hati-hati, dia itu galak banget." Karin menggandeng tangan Lisa dan mengajaknya berjalan ke kelas sambil menggoda Lisa.
"Bukan gitu. Gue tadi liat ada cewek di belakang Kak Rizal."
"Cewek? Yang maju ke depan itu cuma Kak Rizal. Lo halu kali."
Lisa semakin bingung. Dia jelas-jelas melihatnya tapi logikanya berkata lain. Kalau emang ada cewek di belakang Kak Rizal mana mungkin dibiarin, pasti dia suruh mundur. Masak iya gue halu?
"Kalian berdua jalan lelet banget, ayo cepat masuk ke dalam kelas!!" teriak salah seorang pembina OSIS yang sudah berdiri di dekat pintu.
"Huh?! Nenek lampir," gumam Karin sangat pelan agar tidak terdengar olehnya sambil berlenggang masuk ke dalam kelas dan duduk di bangkunya bersama Lisa.
"Sekarang keluarkan semua perlengkapan MOS dan yang belum pakai aksesoris yang telah ditentukan di pakai sekarang!!" Perintah Sofi cukup keras sambil berkeliling dari meja ke meja.
"Gawat! Kartu peserta MOS gue mana?" Lisa membuka dan mengacak isi dalam tasnya. "Jangan-jangan ketinggalan."
"Lo kenapa? Ada yang ketinggalan?" tanya Dewa yang duduk di belakang Lisa saat melihat Lisa masih bingung mencari sesuatu di dalam tas.
"Kartu peserta gue ketinggalan."
"Nih pake punya gue aja."
"Beda nama, Dewa."
"Ehem! Kalian ngobrolin apa? Mana kartu peserta kamu?" Sofi menunjuk Lisa.
Lisa mulai gemetar tapi dia sudah pasrah. "Ketinggalan Kak."
"Ketinggalan? Baru pertama masuk sekolah kamu sudah gak disiplin. Sekarang kamu minta tanda tangan sama Rizal kalau kamu gak dapat, kamu pulang."
"Tunggu-tunggu, biar gue aja yang gantiin Lisa." Dewa berdiri tapi lagi-lagi Sofi memberikan perintah yang harus dituruti.
"Mau jadi sok pahlawan!! Kembali duduk!"
Dewa sebenarnya sudah emosi, "Kalau lo bukan cewek mungkin udah gue hajar. Persetan dengan senior."
"Dewa, udah gue gak papa." Lisa berdiri dan membawa buku beserta penanya. Dia melangkah ragu.
Sumpah, gue takut. Bagaimana caranya dapat tanda tangan Kak Rizal. Ikut MOS aja kenapa harus ada persetujuan dari dia sih. Fiuuhhh...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Eny Hidayati
MOS
2024-12-26
0
Nabilah Hanum
mulai menikmati alur cerita'a thor 😊
2022-11-27
0
Qaisaa Nazarudin
Lisa ada indera ke enam ya??
2022-11-26
1