Belum juga Lisa menjawab, hape Lisa berdering. Dia ambil hapenya dari saku lalu melihat panggilan dari Karin. Lisa segera mengangkatnya. “Iya, hallo Rin?... Sekarang?... Di depan mall mana?... Gue gak hafal tempatnya... Ya udah biar gue nge-Grab aja ya ke sana... Iya bentar lagi... Oke...”
Rizal mendengar percakapan Lisa dan dia bisa menebak apa yang mereka bicarakan.
Setelah Lisa menutup panggilannya lantas dia berdiri. “Kak aku balik dulu yah?Aku ada janji sama Karin.”
“Aku anterin yuk daripada kamu ngojek. Sekalian aku juga mau nyari sepatu.” Tawar Rizal.
Lisa tak langsung menjawab. Dia berpikir beberapa saat sebelum akhirnya setuju dengan tawaran Rizal. “Oke.”
“Tunggu ya, biar aku ambil jaket sama kunci motor.”
“Aku tunggu di rumah aja. Sekalian aku pamit sama Mama.”
“Iya..”
Lisa pulang sebentar untuk berganti pakaian dan berdandan tipis. Sempat ada ajang goda sedikit dari sang Mama saat berpamitan. “Ih, Mama. Lisa itu ada janjinya sama Karin teman sekelas Lisa. Bukan jalan berdua sama Kak Rizal.”
Bu Reni menoel sedikit hidung Lisa. “Ya, itu alasan kamu kan? Kamu mau jalan berdua sama Rizal juga Mama ijinin kok.” Bu Reni masih saja mengikuti Lisa sampai depan teras.
Beberapa saat kemudian Rizal datang dan menghentikan motornya. Dia turun lalu berpamitan pada Bu Reni.
“Hati-hati yah. Pulangnya jangan malem-malem.”
“Mama, ini kan masih pagi. Paling juga sore udah pulang.”
Rizal tersenyum sesaat. “Saya, cuma mau antar Lisa saja tante. Mungkin nanti Lisa pulang sama temannya,” jelas Rizal.
“Lah, kamu gak ikut?”
“Nggak tante. Saya kebetulan ada perlu ke sana jadi sekalian bareng Lisa.”
“Ya udah, Lisa kamu hati-hati loh.”
“Iya Ma..” Lisa memakai helm lalu berjalan menuju motor yang diikuti oleh Rizal.
Rizal menaiki sepeda motornya dan kemudian Lisa mengikutinya. Dia lihat wajah Lisa dari kaca spion sambil sedikit tersenyum. Jujur saja, Rizal merasa sangat gemas dengan tingkah lugu Lisa hari ini. Rizal kini melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Dia berusaha memecah suasana hening saat itu. “Lisa, kamu sekarang udah gak takut lagi kan sama aku?”
Lisa yang sedari tadi tidak fokus, dia tidak mendengar suara Rizal. “Apa Kak?” Lisa kini sedikit mendekatkan dirinya agar bisa mendengar suara Rizal.
Deg! Entah kenapa sekarang justru Rizal yang merasa grogi. Kenapa mendadak badan aku kayak tersengat listrik gini. Bukan maksud aku modusin Lisa, biar bisa deket gini.
“Kak Rizal ngomong apa barusan?”
“Hmm, nggak. Ini kita ke GM mall kan?”
“Iya. Katanya sih mau ngumpul di sana.”
Setelah tidak ada jawaban lagi dari Rizal, Lisa menjauhkan dirinya lagi dan fokus pada jalanan.
Fiiuuhhh.. Rizal menghela napas panjang. Dia tidak lagi mengajak Lisa berbicara karena takut konsentrasinya terganggu. Daya tarik Lisa memang cukup kuat. Kecantikannya sungguh sangat memancar alami bukan hanya dari wajah tapi juga dari dalam hatinya.
Beberapa saat, motor Rizal sudah tiba di tempat parkir mall. Setelah memakirkan motornya, mereka berjalan menuju depan mall sesuai dengan perkataan Karin. Lisa mencari keberadaan mereka tapi tidak juga ketemu. Ditambah suasana Mall yang saat itu sangat ramai.
“Karin, dimana ya?” Beberapa orang sudah menyenggol Lisa yang hanya berdiri di jalan.
“Hari Minggu gini pasti ramai banget. Kita masuk dulu aja. Jangan di tengah jalan.” Rizal menggandeng tangan Lisa. Sedikit menariknya agar mengikuti langkahnya.
Lisa sedikit melebarkan matanya saat merasakan tangan Rizal menggenggamnya. Jantungnya terasa berloncatan. Ya ampun, tangan Kak Rizal. Baru aja dipegang rasanya sesak banget ini dada. Lisa hanya pasrah mengikuti Rizal. Bahkan kini mereka sudah sampai di lantai 3 dengan banyak outlet penjual yang menawarkan barang dagangannya. “Kak, mau beli apa?... Sini dipilih dulu. Gratis coba... Kakak jaket couplenya, Kak....” dan sepanjang itu Rizal masih menggandeng Lisa.
Rizal akhirnya melepaskan tangannya saat sudah sampai di tepian pagar lantai 3. “Akhirnya berlalu. Kamu coba telpon aja dulu Karin dimana?”
Lisa melihat ke lantai bawah. Hanya ada kerumunan orang yang lalu lalang. Dia berniat menghubungi Karin, tapi rasanya enggan.
“Lis, kita tunggu di food court aja yuk. Haus banget rasanya.”
Lisa batal menghubungi Karin lalu mengiyakan ajakan Rizal. Mereka duduk sambil melihat macam-macam minuman dan makanan yang dijual di sekeliling.
“Kamu tunggu sini yah. Aku pesan minum dulu.” Rizal berdiri dan berjalan menuju stand minuman.
Lisa kini melihat hape Rizal yang tertinggal di meja. Ada sebuah pemikiran yang terlintas. Hape Kak Rizal? Pasti di dalamnya ada foto atau sesuatu. Coba aku lihat. Lisa melihat Rizal yang masih mengantri lalu dia mengambil hape Rizal. Ternyata tidak dikunci dengan password. Hal pertama yang Lisa buka adalah galeri. Lah, ini kok gak ada fotonya. Cuma gambar wallpaper bawaan aja. Lalu Lisa keluar dari galeri dan mencari aplikasi media sosial Rizal. Seriusan ini Kak Rizal gak punya medsos selain WA? Lisa mengembalikan hape Rizal ke posisi semula. Keliatannya hape Kak Rizal baru. Aku gak dapat info apa-apa lagi hari ini.
Beberapa saat kemudian Rizal datang dengan membawa dua gelas minuman dingin. “Ini punya kamu.” Rizal menaruh es coklat klasik di dekat Lisa.
“Kok Kak Rizal tau aku suka coklat?”
Rizal tak langsung menjawab. Dia malah tersenyum sambil menyedot minumannya. Setelah dahaganya terasa hilang baru dia menjawab pertanyaam Lisa yang terbilang cukup lugu. “Dari es coklat yang tumpah kemaren.”
Pipi Lisa bersemu merah. Dia kini minum sambil sedikit menunduk. Teringat lagi emosi Rizal waktu itu yang membuatnya takut. Setelah Lisa sudah cukup tidak gerogi, dia memulai pembicaraan lagi. “Katanya Kak Rizal mau nyari sepatu? Di sini kan banyak yang jual sepatu?”
“Hmm, nanti aja. Apa Karin udah datang?”
Lisa teringat lagi untuk menghubungi Karin. Dia kini mengambil hapenya. Belum juga mencari kontak Karin, Dewa sudah menelponnya.
“Iya. Hallo, Wa.”
Rizal lupa akan sesuatu. Jika Lisa ada janji dengan Karin pasti mereka juga akan bersama Dewa.
“Gue ada di foodcourt lantai 3.”
Rizal sudah memberi isyarat agar Lisa tidak memberi tahu keberadaannya.
“Sama Kak Rizal.” Tapi Lisa justru dengan polosnya berkata jujur. “Iya, gue tunggu deket sini.”
Rizal menghela napas. Dia tidak mau ribut lagi dengan Dewa. Akhirnya dia berdiri. “Aku duluan aja ya. Teman kamu mau ke sini kan?”
“Iya. Biar aku tunggu mereka di depan.”
Mereka keluar dari food court lalu berpisah. Lisa masih saja memegang hapenya sambil membalas WA Karin. Tak berapa lama, ada seseorang yang menepuk bahunya dengan keras. Lisa membalikkan badannya. “Kak Sofi?” Lisa melihat Sofi dan kedua temannya sudah lengkap dengan wajah ganasnya.
“Gak percuma gue ngikutin lo dari tempat parkir sama Rizal. Seneng udah digandeng sama Rizal?! Seneng udah ditraktir sama Rizal?!”
“Biasa aja.” Lisa akan membalikkan badannya tapi ditahan paksa oleh Sofi lalu menariknya ke tepian.
“Ternyata gini sifat asli lo. Baru jalan sama Rizal terus sekarang sama Dewa. Dasar cewek murahan!!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Elyana*03
kok rasanya seperti aku yang pengen bejek-bejek tu nenek lampir 😠😤👊
2023-01-17
0
Putri Minwa
waduh Sofi, kayaknya cemburu nih
2022-12-01
0
Tanti Sudaryani
rasa pen baku hantam saja ni ma sofiahhh
2022-03-27
5