Setelah acara penutup MOS, akhirnya pulang juga. Terasa lama di sini, setelah banyak kejadian. Moga aja setelah MOS, semua baik-baik saja. Lisa berjalan dengan Karin menuju bus yang berada di tempat parkir.
“Lisa, gue tanya sama pak Zaki di bus kedua masih tersisa dua kursi kosong. Lo sama Karin ke sana aja dari pada lo ikut bus senior lagi. Biar gue sama Reno yang tetap di sana,” kata Dewa yang berjalan tergesa untuk memastikan bus yang akan dinaiki Lisa.
“Beneran. Makasih, Wa.”
“Kalau gitu ayo cepet. Daripada ntar penuh lagi.” Karin menarik tangan Lisa. Lalu mereka naik ke dalam bus. Karin mencari bangku yang kosong, ternyata ada satu di belakang dan yang satu lagi....
“Gimana Zal? Adem kan di bus junior. Gak ada nenek lampir yang ganggu lo. Untung gue cepet narik lo mumpung Sofi lagi ngabsen,” kata Evan yang sudah duduk santai dengan Andri.
“Gue kan juga pengen liat-liat dedek imut tanpa ada pembentakan.”
“Ancur image gue kalau nurutin kalian berdua..”
Karin berjalan melewati mereka bertiga menuju kursi belakang. Sedangkan Lisa, dia menghentikan langkahnya saat mendapatkan tatapan dari ketiga senior ini. Karin udah dapat tempat duduk di belakang. Lha gue? Lisa melirik tempat duduk yang kosong di samping Rizal dan tidak ada tempat lain lagi. Suasana menjadi canggung apalagi saat ada deheman dari kedua teman Rizal sambil menahan tawa.
Rizal memutar kakinya menyamping agar Lisa bisa duduk di sebelahnya.
Lisa ragu tapi tidak ada pilihan lain. Akhirnya dia duduk di sebelah Rizal dekat jendela. Kenapa gue jadi grogi gini dan ini sudah kesekian kalinya terjadi kebetulan kayak gini.
Evan mendorong pundak Rizal menggodanya. “Lo jangan tegang gini kenapa sih? Sok jaim lo.”
“Evan, lo kayak gak ngerti orang lagi deg-degan aja.” Dan kemudian mereka tertawa dengan keras tanpa ada hambatan.
“Adek-adek, bus udah mulai jalan. Nyanyi bareng yuk. Kita have fun di sini. Gak usah takut dan sungkan sama ketua OSIS kita soalnya sekarang dia udah jinak.”
“Andri, lo jangan seenaknya kalau ngomong!” Rizal lalu berdiri dan melihat seluruh penumpang bus. “Oke, tadi kan di acara penutup sudah ada sesi permintaan maaf jadi mulai sekarang kalian gak perlu takut lagi, gak perlu sungkan lagi. Lakukan, apa yang kalian mau lakukan selama masih dalam aturan sekolah.”
“Kak Rizal, udah punya pacar?” celetuk salah seorang cewek.
Rizal hanya tersenyum.
“Adek, yang ditanyain kok cuma Kak Rizal. Kita berdua juga jomblo loh,” kata Evan yang kini membuat sorakan semua penumpang.
Rizal kembali duduk.
“Kak Rizal yang terhormat, duduk yang anteng aja ya. Jangan pidato lagi nanti karisma kita berdua bisa turun.”
Rizal akhirnya tertawa cukup keras. “Terserah kalian mau ngomong apa. Udah tunjukin aja kalau kalian itu jago nyanyi.”
Evan dan Andri akhirnya memulai bernyanyi yang diikuti oleh lainnya.
Tanpa sadar Lisa sedari tadi memperhatikan Rizal. Dia baru melihat ada kebahagiaan di wajah Rizal. Wajah muram yang biasanya dia lihat seperti hilang saat itu.
Tersadar akan tatapan Lisa, Rizal menolehnya. Seketika Lisa meluruskan pandangannya.
“Hmm, kamu gak nyaman duduk sini? Apa kamu mau duduk sama.....” Rizal menoleh Karin yang ada di belakang. Tapi justru dia mendapatkan senyuman dari teman sebelah Karin yang gendut. Astaga.. untung gue belum pindah ke belakang.
“Kenapa, Kak?”
“Gak papa.” Rizal kini bersandar merilekskan dirinya.
“Hmmm, Kak makasih.” Lisa memberanikan dirinya untuk berkata. “Makasih semalam udah jagain aku.”
Rizal kembali menjadi salah tingkah. “Kamu udah tau?”
Lisa mengangguk.
“Maaf, aku udah gak sopan masuk tenda kamu.”
Lisa malah terpaku mendengar perkataan Rizal.
“Cuma itu yang bisa aku lakuin. Ya, syukurlah sekarang kamu juga udah baikan.”
Sumpah, cewek mana coba yang gak tergila-gila sama cowok sebaik Kak Rizal. Jantung Lisa menjadi tidak terkontrol. Ternyata penilaian gue diawal jumpa Kak Rizal itu salah. Kak Rizal berlagak keras agar dia dihormati oleh murid baru.
“Kok malah bengong?” Rizal kini sedikit menghadap pada Lisa. “Kalau kamu lihat hal aneh lagi, kamu boleh suruh aku pergi. Aku gak mau kejadian semalam terulang lagi.”
Kejadian semalam memang sangat menakutkan bagi Lisa dan juga menjadi tanda tanya besar buatnya. Sepertinya, gue harus ngikutin kata Karin. Misteri ini harus terpecahkan. “Iya, dan maaf udah buat Kak Rizal khawatir. Semoga aja mulai sekarang ‘dia’ gak akan muncul lagi.”
Lisa, tatapan kamu ini buat aku merasakan sesuatu yang pernah hilang. Apa mungkin kamu bisa menggantikan tempatnya di hati aku?
“Kak Rizal kok malah bengong juga? Ngantuk? Tidur aja gak papa?” Lisa kini mengalihkan pandangannya pada jendela. Dia melihat pemandangan. Dia sudah tidak lagi melihat Rizal waktu itu. Yang jelas Rizal sudah tidak bergerak bahkan bersuara.
Baru sekitar 30 menit kemudian Lisa menoleh karena kini pundaknya terasa berat. Kepala Rizal bersandar di pundak Lisa sambil terlelap. Ini, gimana caranya bangunin Kak Rizal.
Sang paparazi beraksi. Andri dan Evan berhasil mengabadikan momen langka Rizal.
Lisa mendorong pelan kepala Rizal tapi gagal.
“Dewi...” Rizal malah mengigau.
Dewi? Kayaknya gue pernah denger nama itu.
Rizal masih tetap dalam posisi. Lisa tidak tega membangunkannya, mengingat semalam Rizal tetap terjaga menjaganya.
“Kak Andri.” Panggil Lisa pelan sambil menunjuk Rizal agar Andri membangunkannya.
“Biarin aja. Dia kalau tidur emang suka ngebo gitu.” Andri menahan tawanya apalagi saat dia bersamaan dengan Evan membuat status di WA.
Cukup lama sampai pundak Lisa terasa pegal akhirnya Rizal terbangun. Dia menegakkan duduknya sambil mengusap wajahnya. Cukup kaget juga saat dia tahu, kalau dia tanpa sengaja tidur di pundak Lisa. “Sorry, aku bener-bener gak sengaja. Kenapa kamu gak bangunin aku?”
Lisa menggeleng, “Gak bisa.”
“Sorry.” Rizal menggaruk kepalanya menghilangkan salah tingkahnya lalu melirik kedua sahabatnya yang masih saja cekikikan.
Tanya gak ya.. Tanya gak ya... Tanya.. Harus tanya.. “Hmm, Kak Rizal.”
Rizal yang sebenarnya masih curiga dengan tertawa kedua sahabatnya mengurungkan niatnya untuk membongkar dan justru menoleh Lisa. “Ya...”
“Dewi itu siapa?”
Deg! Rizal tidak habis pikir, kenapa Lisa tiba-tiba bertanya tentang Dewi. “Dewi? Kamu tau soal Dewi?” Wajah Rizal berubah menjadi serius.
“Tadi Kak Rizal sempat ngigau nama Dewi.”
Kini keseriusan itu berubah menjadi kesedihan. Rasa nyaman itu lagi-lagi mengingatkan gue sama Dewi. Rizal menghela napas panjang. “Dia? Bukan urusan kamu.”
“Maaf.” Mendengar jawaban Rizal, Lisa tau perasaan hati Rizal seketika berubah hanya karena nama Dewi. Lisa mengalihkan pandangannya dan kini hanya menatap keluar jendela.
Satu jam kemudian bus berhenti di depan sekolah. Rizal masih duduk dan hanya memberi jalan pada Lisa untuk lewat. Setelah Lisa berlalu, baru Andri dan Evan bertanya,
“Tadi kayaknya wajah lo sumringah banget, sekarang kenapa jadi asem gini.”
Rizal tak menjawab. Dia malah pergi dan turun dari bus.
“Heran gue sama temen kita satu ini. cepat banget suasana hatinya berubah.”
***
“Lo ikut gue!” tiba-tiba Sofi menarik paksa Lisa.
“Apaan sih.”
Sofi menarik Lisa ke lorong kelas yang sepi.
“Lo sengaja kan deketin Rizal!”
“Deketin Kak Rizal?”
“Lo gak usah sok lugu. Lo liat ini.” Sofi menunjukkan status Evan yqng berisi foto Rizal saat tertidur di pundak Lisa.
“Itu gak sengaja.”
“Gue ingetin.” Lisa menunjuk Lisa tepat di depan wajahnya. “Lo jangan pernah deketin Rizal. Selama gue gak bisa dapetin Rizal, gak ada seorang pun yang boleh dapetin dia!”
Lisa tersenyum mengejek. “Dan aku gak peduli. Kalau mau dapetin Kak Rizal, dapetin aja. Asal dia mau sama Kak Sofi, yang terhormat!”
“Apa lo bilang!?” Sofi bersiap menampar Lisa tapi tangannya ditahan oleh Dewa.
“Jadi gini tingkah laku senior di sekolah ini.” Dewa melepas cengkeraman tangannya pada Sofi lalu dia merangkul Lisa dan mengajaknya pergi. “Lisa, jangan berurusan lagi sama makhluk kayak dia.”
“Dewa, lo itu bodoh ya. Kalau lo suka sama nih cewek kenapa lo biarin dia deket sama Rizal.”
Dewa menghentikan langkahnya. “Kalau gue bodoh, terus lo apa? Tolol atau psycopath yang ngelakuin segala cara agar gak ada yang dapetin Rizal.”
“Lo, jaga omongan lo!” Sofi semakin geram.
“Ada apa ini?” Rizal datang dan saat itu juga Dewa langsung menghampirinya.
“Lo urus dia, jangan sampai dia bully Lisa lagi!”
Rizal menatap Lisa sesaat lalu kini dia bergegas mendekati Sofi. “Apa yang lo lakuin?! Gue udah pernah bilang, berhenti buat bully.”
“Rizal, kamu ngerti gak apa yang pernah aku bilang.”
Lisa sempat menoleh perseteruan mereka berdua tapi Dewa masih saja menariknya untuk pergi.
“Lupain! Sampai kapanpun gue gak akan suka sama lo!”
“Oke, kalau aku gak bisa dapetin kamu. Gak akan ada juga yang bisa dapetin kamu.”
“Lo gila!” Rizal kini menjauh. “Cukup Dewi yang lo buat dia pergi dari hidup gue. Jangan ada lagi yang lain!”
“Jadi sampai sekarang kamu masih belum bisa lupain Dewi. Dia udah pindah tanpa pamit sama kamu.”
“Iya!? Dan itu semua gara-gara lo!” Rizal semakin mengeraskan suaranya. Rizal kini berlalu sambil memukul tembok cukup keras. Dia tidak lagi menghiraukan rasa ngilu di tangannya.
Rizal berjalan cepat lalu duduk di bawah pohon dekat tempat parkir. Dia lihat hapenya dan status dari Evan. “Jadi gara-gara ini...”
Dari kejauhan Lisa melihat Rizal duduk di bawah pohon dengan wajah kacaunya. Dia sebenarnya sangat penasaran dengan masalah Rizal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
dewi andarini
jangan2... Dewi dibunuh oleh Sofi & mata nya dijual
2023-08-12
0
Putri Minwa
aduh dewa sama Lisa lagi berantem ya
2022-11-29
0
Fahmi Madridysta
yaelah baaang,junak,lo kira dy biantang buas🤦🤦🤣🤣👌👌
2022-11-27
0