"Gak ada yang harus lo rubah. Lo itu baik. Maaf, gue masih belum ada perasaan sama lo. Kita masih tetep bisa sahabatan kok."
"Apa lo ada perasaan sama Dewa?"
Deg. Jantung Karin bergetar apalagi saat itu Dewa sudah mendekat.
Karin tersenyum paksa. "Kita sahabatan, mana ada perasaan. Gue duluan yah." Karin segera melajukan motornya tanpa mendengar perkataan Reno lagi.
"Hei, gimana?" tanya Dewa sambil menepuk pundak Reno yang membuat Reno membalikkan badannya.
Reno terdiam sejenak. Selama ini dia peka jika Karin mempunyai rasa pada Dewa. Percuma aja gue berjuang selama ini kalau yang ada di hati Karin hanya Dewa. Mungkin dengan kita sahabatan gini kita akan jauh lebih baik. "Gue akan berhenti ngejar Karin."
"Apa? Lo udah bertahun-tahun naksir Karin terus mau lo lepasin. Kenapa? Toh Karin sampai sekarang juga masih jomblo."
Reno tersenyum bermaksud menghibur dirinya sendiri. "Ya, buat apa gue berjuang kalau ternyata cowok yang Karin suka itu justru cowok yang gak pernah berjuang buat dia." Reno naik ke atas motornya dan bersiap untuk pergi.
"Maksud lo?"
"Ntar lo bakal ngerti. Gue duluan yah." Reno melajukan motornya. Dewa berpikir sesaat. Dia sebenarnya dengar pertanyaan Reno pada Karin tentang perasaan Karin padanya. Karin dan Reno itu sahabat gue, gak mungkin harus ada cinta segitiga.
Sedangkan Lisa, kini pandangannya lurus pada seseorang yang duduk di pinggir tempat parkir. Saat Kak Rizal marah emang nakutin tapi kalau gue lihat sekarang pas dia diam sendiri dan melamun gini, gue ngerasa ada kesedihan yang dia simpan. Lisa terus menatap Rizal yang sedikit menunduk sambil memainkan hapenya. "HAH!?!" Tersentak kaget dan seketika membalikkan badannya saat melihat hantu itu muncul kembali di samping Rizal.
"Lo kenapa?" Dewa tersadar dari lamunannya.
"Gue gak papa. Gue duluan ya, Ayah udah nungguin." Tanpa menunggu iya dari Dewa, Lisa buru-buru melangkah.
Tapi Dewa tanggap dengan apa yang Lisa lihat saat itu. Rizal? Cowok yang lumayan most wanted. Berarti siapa pun yang jadi pacar Rizal pasti bakalan punya banyak musuh. Gue harus selidiki diam-diam. Selesai dengan pemikirannya, Dewa menaiki motornya dan melaju.
Sedangkan dia, yang masih duduk anteng di bangku pinggir parkiran dan di bawah pohon yang teduh masih saja sibuk melihat ponselnya yang dipenuhi foto seseorang. Dewi, bagaimana kabar kamu sekarang? Aku rindu... Helaan napas panjang mengakhiri lamunannya. Dia masukkan ponselnya ke dalam tas lalu berjalan dan mengambil motornya. Dia lajukan motornya di jalan yang setiap hari dia lalui. Tanpa sengaja dia melihat Lisa yang sedang dibonceng ayahnya. Dan lagi, tatapan Lisa seperti seseorang yang ketakutan melihat Rizal. Bahkan Lisa sampai mengalihkan pandangannya saat motor Rizal sejajar dengan motor Ayah Lisa.
Kenapa Lisa masih ketakutan liat aku? Apa aku udah keterlaluan? Rizal mengurangi kecepatannya dan kini dia berada di belakang Lisa. Rizal berhenti sesaat, ketika Lisa dan Ayahnya sudah belok ke rumahnya. Jadi, di sini rumahnya. Rizal kembali melajukan motornya menuju rumahnya yang juga sudah dekat dan hanya berjarak sekitar 15 rumah dari gang rumah Lisa.
***
"Dewi, aku cinta kamu." Pandangan yang penuh cinta dan senyum bahagia itu...
"Hah?!!" Lisa terbangun dari tidurnya. Dia terduduk dan mengusap wajahnya menghilangkan mimpi yang terasa seperti nyata. "Kak Rizal dan Dewi. Siapa Dewi?"
"Sayang, kenapa teriak?" Bu Reni-mama Lisa masuk ke dalam kamar putrinya saat mendengar teriakan Lisa.
"Cuma mimpi, Ma." Lisa menghela napas panjang.
"Kamu tadi pasti kecapekan habis nyiapin buat camping besok jadi langsung ketiduran. Kamu juga belum makan malam, bentar lagi makan dulu gih." Bu Reni duduk di samping Lisa dan mengusap rambut panjang Lisa.
Lisa mengangguk pelan. "Ma, apa waktu Lisa kecil dulu pernah liat makhluk astral?"
Bu Reni mengernyitkan dahinya. "Makhluk astral?"
"Hantu maksud Lisa."
"Kenapa kamu tanya soal hantu. Hantu itu gak ada."
"Tapi ma, baru kali ini Lisa bisa liat hantu."
Bu Reni tertawa kecil. "Kalau kamu bisa liat, emang di sekitar sini ada hantu?"
Lisa menggeleng. "Lisa cuma bisa liat di belakang kakak kelas Lisa," ucap Lisa lirih. Yah, dia tau mana mungkin ada yang percaya dengan ceritanya.
"Udah, mungkin kamu terlalu capek sampai lihat yang aneh-aneh."
"Oiya ma, satu lagi." Lisa berdiri dan mengambil tas sekolahnya. "Bisa gak ngilangin noda coklat ini." Dia menunjukkan seragam Rizal yang kotor terkena minuman coklatnya. "Ini ulah Lisa yang gak sengaja, jadinya harus tanggung jawab."
Bu Reni mengambil seragam itu dan melihatnya. "Rizal?" Bu Reni membaca name tag yang ada di seragam Rizal.
"Dia ketua OSIS di sekolah. Makanya Lisa harus tanggung jawab."
"Ya udah besok mama cuciin. Kamu makan dulu gih." Bu Reni menuntun Lisa menuju ruang makan. Lisa adalah anak satu-satunya yang mereka sayangi.
Lisa tersenyum melihat kedua orang tuanya yang sangat perhatian. Meskipun sekarang dia hanya tinggal di rumah yang sederhana tapi kasih sayanglah yang paling penting baginya.
***
"Yah, ban motor Ayah bocor. Kamu naik ojek online aja ya daripada telat," kata Pak Edi-Ayah Lisa, sambil memeriksa ban motornya yang kempes di depan gang rumahnya.
"Yah, kalau mendadak gini biasanya sulit nyari ojeknya." Lisa beberapa kali mencoba order ojek online tapi masih tidak ada yang menerima. Lisa menaruh tas ranselnya di tanah lalu menghela napas panjang. Kalau sampai terlambat, dia pasti akan ditinggal bus sekolah.
"Ayah cariin kamu tumpangan aja yah."
"Tapi ayah..."
Belum selesai Lisa berbicara tanpa juga Pak Edi menyetop sebuah kendaraan, sebuah sepeda motor berhenti di samping Lisa. Dia membuka penutup helmnya dan tersenyum pada Pak Edi....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Eny Hidayati
Who?
2024-12-26
0
HNF G
yaaahh..... numpang sm rizal deh🤭
2023-08-29
0
Elyana*03
lanjut.... Thorrr!!!
2023-01-17
0