Sheila mematung di tempatnya, tubuhnya saat ini basah kuyup, bukan cuma itu, sekarang tubuhnya tercium aroma tak sedap.
Sedangkan, di lantai atas terdapat empat gadis yang melihat Sheila, mereka menertawakan Sheila, begitu juga semua orang yang ada di koridor.
Irene, Grace, dan Leona mematung, dan menutup mulut melihat keadaan sahabatnya. Mereka baru saja datang.
"Sheila!" panggil Irene, berjalan mendekat ke arah sahabatnya.
Sheila mengepalkan tangannya, dia memejamkan mata untuk meredam amarahnya saat ini. Gadis itu mengangkat kepala.
Tatapan mata Sheila bertemu dengan mata Claudia, Sheila menatap tajam, tatapan matanya memerah, dan seolah mengatakan "Tunggu hadiah spesial dariku!"
Glek!
Claudia meneguk ludah kasar saat melihat tatapan mata Sheila, tubuhnya merinding, dia mengalihkan pandangannya.
Sheila tersenyum smirk. "Karena ini hari pertamaku, aku akan jadi siswi yang baik hati. Tapi, tidak untuk selanjutnya." batinnya.
Setelah itu, Sheila berjalan meninggalkan koridor. Hal itu, membuat ketiga sahabatnya heran, mereka bahkan menghentikan langkah kakinya.
Jarak mereka bertiga memang agak jauh dari jarak Sheila berdiri.
"Apa yang terjadi? Kenapa Sheila pergi begitu saja? Kenapa dia tidak membalas para cabe-cabe'an itu?" tanya Leona kebingungan.
Itu bukan sifat Sheila, biasanya dia akan langsung memberika pelajaran pada orang yang mengusik dirinya.
Irene, dan Grace saling tatap. "Apa mungkin? Itu dia?" lirih mereka bersamaan.
"Aish, jika itu dia berarti kita tidak bisa memberikan mereka pelajaran sama mereka, dong." lirih Leona.
Irene menghela nafas. "Sebaiknya kita menyusul, Sheila.
Sheila berjalan ke arah luar sekolah, sepanjang jalan banyak yang menatapnya aneh, dan jijik. Tapi, gadis itu tidak peduli.
Gadis itu menepuk kedua tangannya, beberapa saat kemudian ada mobil muncul di hadapan Sheila.
Ada bodyguard yang turun, dan membuka pintu untuk Sheila. "Apartment!" titahnya pada sang sopir.
"Baik, Nona." jawab Sopir, mobil Sheila melaju meninggalkan halaman sekolah.
Para Siswa yang berada di sana, menatap kepergian Sheila, mereka saling berbisik.
"Bukankah, dia gadis yang di ruangan Arvelio, tadi?"
"Kau benar, siapa gadis itu sebenarnya?"
"Apa dia kekasih, Arvelio?"
"Loh, masa sih. Bukannya, kekasih Arvelio adalah Claudia,"
"Ck, aku rasa gadis tadi jauh lebih cantik di banding Claudia."
"Hmm itu benar, lagi pula selama ini Arvelio tidak pernah merespon Claudia. Jadi, menurutku mereka tidak memiliki hubungan."
"Aku setuju, selama ini hanya Claudia yang selalu mengaku sebagai kekasih Arvelio. Padahal Arvelio tidak pernah menganggap keberadaannya."
Itulah obrolan para siswa yang ada di sana, mereka sangat penasaran dengan sosok Sheila.
***
Sabtu, 08.00 malam, Apartment Arvelio
Saat ini, Arvelio duduk di ruang kerjanya, tangannya berkutat di atas keyboard laptop, dia memasukkan beberapa kode-kode pemrograman, wajah Arvelio terlihat sangat serius menatap layar yang ada di hadapannya.
Setelah semua coding dia ketikkan selesai, Arvelio menekan tombol enter.
Klik!
Loading...
Arvelio menunggu hasil loadingnya selesai dengan perasaan gugup.
Selama kurang lebih 10 menit menunggu, akhirnya muncul sebuah file di layar laptopnya.
"Yes, perfect!" Arvelio bersorak senang saat dia berhasil meretas keamanan identitas milik Sheila yang terkunci dengan ketat.
Arvelio dengan cepat membuka file tersebut.
...Name : Aileen Sheilanna Varisha Waverly...
...Nick name : Sheila...
...Childhood nickname : Ai...
...Date of birth : Seoul, Korea Selatan, 07 Juli 2***...
...Country of residence : Los Angeles, California...
...Age : 17 years...
...Gender : Famale...
...Height : 170 cm...
...Weight : 48 kg...
...Blood type : Rh null ( 'golden blood type' atau 'golongan darah emas')...
...Hobby : Game, watch Korean drama, read novel, traveling, dance, sing, swimming, climb, dll....
...Favorite food : Noodles, Korean food, street food, candy, chocolate, lollipop, dll....
...Skill : Self-defense (taekwondo, boxing, muay thai, kendo, iaijutsu dan laido, anggar), racer, dll....
...Skill : Meracik racun, IT pemrograman, membuat senjata, membuat bom, dll....
...Birthmark : Naga biru di pergelangan kaki kanan, dan Phoenix biru di dadanya....
...Tatto : Bunga edelweis, kupu-kupu, pedang berdarah, angka 7....
DEG!
Arvelio tersentak kaget membaca identitas Sheila, dia mematung dan merasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.
Arvelio sengaja mencari tau soal gadis yang berhasil membuatnya uring-uringan selama beberapa hari ini.
Ya, setelah kejadian Sheila di siram oleh Claudia. Sheila, tidak pernah masuk sekolah lagi.
Entah apa yang terjadi pada gadis itu.
Hal itu yang membuat Arvelio kalang kabut, dia ingin menghubungi Sheila. Namun, Arvelio tidak memiliki kontak Sheila.
Apalagi, ketiga sahabat Sheila juga tidak masuk sekolah.
"Jadi, Sheila putri Tuan Leonard." gumam Arvelio.
Arvelio menatap foto kecil Sheila dengan tatapan sulit diartikan. "Kenapa aku familiar dengan wajah gadis kecil itu?"
Arvelio termenung seperti memikirkan sesuatu, setelah beberapa saat. Dia menjentikkan jarinya.
"Astaga, dia gadis kecil yang memberiku permen saat di Taman waktu itu." ucap Arvelio.
Arvelio tersenyum bahagia. "Akhirnya, aku bisa bertemu denganmu lagi, gadis kecil." ungkapnya dengan raut wajah bahagia.
"Tapi, kenapa selama ini Tuan Leonard tidak pernah mengatakan jika dia memiliki seorang putri." ucap Arvelio, merasa heran.
Kemudian dia menjawab pertanyaannya sendiri. "Pasti Tuan Leonard takut terjadi sesuatu pada putrinya, Sheila bisa jadi sasaran musuh keluarga Waverly." ujar Arvelio.
Arvelio tersenyum melihat foto kecil Sheila.
"Cantik dan imut sejak kecil." puji Arvelio.
Kemudian, Arvelio mencetak beberapa foto Sheila, dari foto kecilnya, sampai saat ini.
Arvelio, menatap semua foto Sheila yang sudah terpasang di kamarnya, beberapa saat lalu setelah mencetak foto Sheila.
Arvelio segera memerintahkan pada bodyguard untuk membeli bingkai.
"You are mine, baby." ucap Arvelio, menatap intens foto Sheila.
***
Apartment Sheila
Sheila sedang bersantai, gadis itu menonton drama kesukaannya ditemani berbagai macam cemilan.
Saat Sheila dengan serius menonton, jam canggih miliknya tiba-tiba berbunyi.
Tit!
Tit!
Sheila yang tau arti bunyi peringatan itu tersentak kaget.
"S-siapa yang berhasil meretas keamanan identitas milikku." ucap Sheila. "Sial!" umpatnya.
Sheila mengambil laptop miliknya, jarinya berkutat di atas keyboard, memasukkan beberapa code pemrograman.
Dua puluh menit kemudian
"Aaarrrggghhh......!" Sheila berteriak dengan kesal, karena dia tidak berhasil meretas ID orang itu.
Di tempat yang berbeda, Arvelio mengawasi Sheila dari cctv Apartment gadis itu, Arvelio berhasil meretas cctv Sheila tanpa sepengetahuannya.
Arvelio tersenyum simpul. "Tidak semudah itu untuk menemukanku, baby." ucapnya, menghisap rokok yang ada di sela-sela jarinya.
Arvelio terkekeh melihat Sheila terus mengomel. "Menggemaskan!" ujarnya.
Lalu, Arvelio berdiri dari tempatnya, dia mengambil dokumen dan berjalan pergi.
Sheila menarik nafas beberapa kali, untuk meredam amarahnya saat ini.
Pikirannya berkecamuk, sekaligus khawatir berpikir tentang orang yang berhasil meretas keamanan identitasnya.
Sheila mengigit kukunya. "Apa aku harus beritahu Kakak soal ini." lirihnya.
"Tidak, tidak. Jika Kakak tau, otomatis Daddy juga akan tau."
"Pasti Daddy akan menempatkan bodyguard untuk menjagaku, aku tidak suka hal itu."
"Aaarrgghhh.... Sial! Sebenarnya, siapa orang itu? Kenapa sulit untuk melacak IDnya."
Sheila terus saja mengomel kesal. Huh! Gadis itu, kembali menarik nafas, kemudian Sheila kembali mengetik sesuatu di laptop miliknya.
Saat Sheila sedang serius, tiba-tiba bel Apartment miliknya berbunyi.
Sheila menatap ke arah pintu dengan alis berkerut. "Siapa yang datang malam-malam begini?" lirihnya.
Sheila mendengus kesal, saat mendengar belnya berbunyi beberapa kali.
Mau tak mau, dengan langkah yang berat akhirnya gadis itu berjalan ke arah pintu.
Sheila melihat ke arah lcd, betapa terkejutnya saat dirinya melihat Arvelio yang berdiri di hadapan pintu Apartmentnya.
D-dia? Dari mana Arvelio tau alamatku?
Apa mungkin orang yang meretas keamanan identitasku itu, Arvelio?
Masa, sih?
Apa dia sejago itu?
Bahkan, Leona saja tidak berhasil meretas sistem keamanan yang kubuat.
Sheila melamun, berbagai macam pertanyaan muncul di benaknya.
Sheila tersentak saat mendengar suara bel kembali berbunyi. Gadis itu menghela nafas, kemudian dia membuka pintu.
"...."
Sebelum Sheila mengucapkan sepatah kata, Arvelio dengan santainya langsung masuk ke dalam tanpa permisi.
Bahkan, Arvelio berkata. "Kamu lama sekali buka pintunya." ucapnya, berjalan masuk.
Sheila mengerjapkan mata beberapa kali, mulutnya terbuka, dia tercengan melihat kelakuan Arvelio.
Setelah beberapa saat terdiam, Sheila berjalan masuk menyusul Arvelio.
Sheila melihat Arvelio sedang duduk santai di sofa.
"Kamu bertarung dengan siapa?" tanya Arvelio, menatap ruangan itu, yang berantakan.
Sheila menelisik ruangannya yang seperti kapal pecah, gadis itu menghela nafas, lalu mengambil bungkus cemilan yang berserakan.
Arvelio yang melihat kegiatan Sheila, dia refleks berdiri dan membantu gadis itu.
***
Beberapa saat kemudian
Sheila menyodorkan minuman pada Arvelio, lelaki itu tersenyum tipis pada Sheila.
"Thanks!" ucap Arvelio, yang di jawab anggukan oleh Sheila.
"Untuk apa kau ke sini?" tanya Sheila heran.
"Bertamu." jawab Arvelio santai, meletakkan gelas di atas meja.
"Dari mana kau tau alamatku?" Sheila memicingkan mata pada Arvelio, ada tatapan curiga di mata gadis itu.
Arvelio yang sangat paham arti tatapan Sheila, dia tersenyum simpul, dan berkata. "Menurutmu?"
"Kau.....!" Sheila menghentikan ucapannya, dia terlihat ragu untuk melajutkannya.
"Aku?" Arvelio menunjuk dirinya sediri. "Kenapa? Katakan saja!" ucapnya.
Sheila menggeleng. "Tidak mungkin dia." lirihnya.
Arvelio mendengar hal itu. "Bagaimana jika itu aku?"
Sheila tersentak kaget, dia menatap Arvelio dengan datar. "Jadi? Orang yang meretas identitasku itu, kau?" tanyanya.
Arvelio tersenyum. "Iya." jawabnya.
Bugh!
Sheila menendang kaki Arvelio, hebatnya lelaki itu tidak meringis sama sekali.
"Apa tujuanmu?" tanya Sheila, menatap tajam Arvelio.
"Aku tidak memiliki tujuan apa pun. Aku hanya ingin mencari tau soal identitas gadis yang aku cintai, itu saja tidak lebih." jawab Arvelio, membalas tatapan Sheila dengan tatapan serius.
Sheila tertegun mendengar jawaban Arvelio.
Lagi-lagi, secara tidak langsung Arvelio kembali mengungkap-kan perasaanya.
Deg! Deg! Deg!
Jantung Sheila berdetak cepat, dia mengalihkan pandangannya.
Rasanya, Sheila tak sanggup menatap mata Arvelio yang menatapnya dengan tatapan intens.
Sheila diliputi perasaan gugup.
Astaga, kenapa jantung berdetak secepat ini?
Apa aku memiliki penyakit jantung?
Ah tidak, jangan sampai.
Aku selalu berolahraga, kok.
Selama ini juga, aku selalu menjaga makananku.
Sheila terus berperang dengan pikirannya sendiri.
Melihat keterdiaman Sheila, Arvelio pindah duduk di sebelah Sheila.
Puk!
Sheila tersentak, ia menatap Arvelio dengan tatapan bingung.
Sejak kapan dia di sini? Pikirnya.
Arvelio memberikan dokumen pada Sheila, gadis itu menatap berkas yang di berikan Arvelio dengan tatapan bingung.
"Bacalah! Agar kita bisa impas!" ucap Arvelio.
Sheila menerima, dan membaca berkas itu.
...Name : Arvelio Adalrico Alberto...
...Nick name : Arvel...
...Childhood nickname : Ar...
...Pseudonym : Mr. Axton Alaric...
...Date of birth : Moskow, Rusia 7 Juli 2***...
...Country of residence : Los Angeles, California...
...Age : 17 years...
...Gender : Male...
...Height : 185 cm...
...Weight : 70 kg...
...Name of Geng : Dragon Devil's...
...Position of Geng : Main Lead...
...Zip Code Geng : 9021-666DD...
...Company : Axton Lexury Company...
...Company Position : President director...
...Blood type : Rh null ( 'golden blood type' atau 'golongan darah emas')...
...Hobby : Game, snorkeling, climb, billiard, bowling, motorcycle and car racing, horse riding, diving, dll....
...Favorite food : Pasta, Steak, Swiss specialty food, western food....
...Skill : Self-defense (taekwondo, boxing, muay thai, kendo, iaijutsu dan laido, anggar, panjat silat), racer, sniper, sniper long range shooter, bomb disposal....
...Skill : Meracik racun, IT pemrograman, membuat senjata, membuat bom, otomotif, desain grafis, arsitektur, dll....
...Mastery of weapons of war : Pistol, knife, sword....
...Birthmark : Naga merah di pergelangan kaki kanan, serigala di pundak bagian kanan....
...Tatto : Elang emas bermahkota, full tatto lengan kanan....
DEG!
Sheina tersentak kaget membaca biodata Arvelio, dia mengangkat pandangannya menatap lelaki itu.
"K-kau bagian keluarga Alberto?" tanya Sheila.
"Iya." jawab Arvelio jujur.
Sheila terdiam mendengar jawaban Arvelio, lelaki itu menatap Sheila dengan tatapan sulit diartikan.
Setelah diam beberapa saat, Sheila menatap Arvelio dan berkata. "Apa kau merencanakan sesuatu? Kau tentu tau, soal hubungan keluarga kita yang tidak akur?"
Arvelio menghela nafas kasar, dia menggenggam tangan Sheila. "Ai, aku tidak merencanakan sesuatu. Aku murni mendekati kamu, karna aku jatuh cinta sama kamu. Tidak lebih!" ucapnya, dengan serius.
Arvelio menjeda ucapannya beberapa saat, lalu dia kembali melanjutkan. "Aku serius sama kamu, dan tidak ada hubungannya dengan masalah keluarga kita."
Sheila menatap mata Arvelio, untuk memastikan apa Arvelio berbohong atau tidak?
Namun, Sheila tidak mendapatkan kebohongan dari tatapan Arvelio, justru dia bisa melihat tatapan tulus, sebuah keseriusan, dan cinta di sana.
Sheila mengalihkan pandangannya. "Pulanglah!" usirnya.
"Ai!" ucap Arvelio, dia tidak percaya respon Sheila seperti itu.
Apa gadis itu tidak percaya padanya?
"A....." ucapan Arvelio terpotong.
"Please, aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu, jika keluargaku tau kita berhubungan." potong Sheila.
"......" Arvelio memegang pundak Sheila, membuat gadis itu melihat ke arahnya.
"Lihat aku!" ucap Arvelio, mengangkat dagu Sheila.
"Aku bisa menjaga diri, kamu tidak perlu khawatir." ucap Arvelio.
Sheila menatap Arvelio dalam diam.
"Percaya sama aku!" Arvelio kembali berucap untuk meyakinkan gadis itu.
Namun sayang, Sheila tetap pada pendiriannya. "Aku mohon pulanglah, setalah ini kita tidak perlu saling berhubungan. Dan tolong jaga identitasku." ucapnya.
Sheila menatap ke arah lain.
Jika boleh jujur, rasanya Sheila merasa berat untuk mengatakan hal itu.
Namun, ini juga demi kebaikan Arvelio, Sheila tidak ingin terjadi sesuatu pada lelaki itu. Karna keluarga Sheila pasti tidak akan tinggal diam, jika mengetahui dia berhubungan dengan anggota keluarga Alberto.
Arvelio menatap Sheila dengan sendu, dia menghela nafas. "Baik aku akan pulang, tapi aku tidak bisa jaga jarak darimu." ucapnya.
Sheila tersentak mendengar ucapan Arvelio. "K...."
Arvelio mengusap kepala Sheila, dan berkata. "Aku pamit!" tersenyum tipis, dia berjalan ke arah luar.
Sheila menatap kepergian Arvelio dengan tatapan sulit diartikan, dia memegang dadanya yang terasa sesak.
Di luar Apartment, Arvelio bersandar di pintu, dia melakukan hal yang sama seperti Sheila.
"Sesak! Kenapa harus seperti ini? Di saat aku mulai merasakan jatuh cinta, kenapa kami harus terhalang oleh masalah keluarga." lirih Arvelio.
***
Eleven Club
Suara dentuman musik begitu keras terdengar di sana, banyak orang yang sedang menari, minum, bermain game, dan masih banyak lagi.
Di salah satu ruangan VVIP, terdapat seorang pria yang sedang menikmati minumannya.
Tak lama kemudian, pintu ruangan itu di buka oleh seseorang.
"Bisa-bisanya kau minum tidak mengajak kami." ucap Reyhan, duduk di salah satu sofa yang ada di sana, bersama beberapa anggota inti Dragon Devil's.
Arvelio tidak menanggapi ucapan sahabatnya, dia hanya fokus meminum minumannya.
Kenneth, dan Jayden, menatap Arvelio.
"Ada masalah?" tanya Kenneth.
Arvelio tidak menjawab, dia mengambil rokok, lalu menghisapnya, asap menggembul di ruangan itu.
Mereka saling tatap. "Dia kenapa?" bisik Reyhan.
Kenneth dan Jayden mengangkat bahu sebagai jawaban.
Reyhan mendengus kesal.
Arvelio tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya, Arvelio memijit pelipisnya yang terasa berdenyut, memikirkan banyak hal.
Sebenarnya, apa yang terjadi antara Alberto dan Waverly?
Kenapa mereka bisa bermusuhan?
Masalah apa yang membuat mereka bermusuhan?
Aku harus cari tau soal masalah ini.
Sh*t!
Arvelio menendang meja di hadapannya, dia begitu kesal dengan situasi yang dialaminya saat ini.
Hal itu, membuat semua anggotanya tersentak kaget. Tak ada yang berani menegur Arvelio.
Reyhan melirik Kenneth, dan memberi kode untuk menenangkan Arvelio. Tapi, Kenneth menggeleng.
Arvelio berjalan keluar ruangan, tanpa pamit.
Vroom! Vroom!
Suara deruman motor Arvelio terdengar keras melewati jalanan raya yang padat, lelaki itu tak peduli dengan rambu lalu lintas.
Polisi melihat hal itu, tapi mereka tidak berani menegur Arvelio.
Arvelio memarkirkan motornya, lalu dia berjalan ke arah lift.
Sheila melihat ke arah pintu. "Siapa lagi?" ucapnya.
Perlahan gadis itu berjalan ke arah pintu, dia melihat ke arah lcd, namun Sheila hanya melihat punggung seseorang yang berdiri di depan pintunya.
"Siapa dia?" Sheila memicingkan mata. "Arvelio." lirihnya.
"Kenapa dia kembali?"
"Buka, nggak ya?"
Sheila menggigit jarinya kebingungan.
Apa yang harus dia lakukan?
Setalah diam beberapa saat, akhirnya dia membuka pintu.
Arvelio menoleh, saat mendengar suara pintu terbuka.
"K......" sebelum Sheila melanjutkan ucapannya.
Arvelio lebih dulu memeluk gadis itu dengan erat. Hal itu, membuat Sheila tersentak.
Sheila ingin melepas pelukannya, Arvelio menahan pergerakan gadis itu. "Sebentar!" bisiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
전정국😕😐💜
Lanjut Thor 👍🙂
Semangat 💪🙂
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏
2024-09-23
2