Jatuh Cinta

Alberto International High School / Alberto IHS, yaitu sekolah elit milik keluarga Arvelio.

Sekolah menduduki posisi sebagai sekolah elit no 1 di Los Angeles, memiliki fasilitas yang canggih.

"Mau keliling?" tanya Arvelio.

Sheila menatap Arvelio. "Boleh, tapi aku tidak ingin keliling bersamamu." ucapnya.

"Why?" Arvelio menatap Sheila heran. "Apa dia baru saja di tolak?" pikirnya.

Wow, amazing! Sheila adalah gadis pertama yang berani menolak dirinya.

Arvelio masih menatap Sheila menunggu jawaban dari gadis cantik itu. "Urus fansmu dulu, aku tidak ingin menjadi bahan bullyan mereka." ujar Sheila.

"...." Saat Arvelio ingin bersuara, Sheila lebih dulu memotong ucapan pemuda itu. "Bye, sahabatku ada di depan." ujarnya, berjalan ke arah pintu.

Pada saat Sheila memegang gagang pintu, Arvelio muncul di belakangnya dan memeluk pinggang gadis itu, tangan satunya juga menahan pergerakan Sheila yang ingin membuka pintu.

Menoleh menatap Arvelio. "Ada apa?" tanya Sheila.

Lelaki itu tidak menjawab, justru Arvelio menaruh dagunya di pundak Sheila, dan berkata. "Sebentar!" ucapnya lirih.

Arvelio memejamkan mata menikmati aroma wangi dari tubuh Sheila, dia merasakan ketenangan saat ini.

Rasanya, Arvelio tidak ingin melepas gadis itu pergi. Apa dia boleh egois? Dia ingin Sheila terus berada di sisinya.

Aneh, ada apa dengan diriku?

Kenapa aku tidak bisa jauh darinya?

Apa aku jatuh cinta?

Secepat itu?

Begitu banyak pertanyaan muncul di benak Arvelio, dia terdiam memikirkan semua itu.

"Sheila, apa kau mengunakan guna-guna?" tanya Arvelio tiba-tiba.

Kaget mendengar pertanyaan Arvelio. "What!" pekik Sheila. "Aku bukan paranormal!" lanjutnya dengan kesal.

Arvelio menegakkan tubuhnya, dia memutar tubuh gadis itu, menatapnya dengan tatapan intens.

"Kau harus bertanggung jawab Sheila, karena kau penyebab aku seperti ini." ujar Arvelio, menatap Sheila dengan tatapan dalam.

Sheila menatap Arvelio dengan tatapan bingung. "Sepertinya server otakmu sedang bermasalah, bye!" katanya, mendorong tubuh lelaki itu lalu keluar dari ruangan dengan terburu-buru.

Sepeninggalan Sheila, Arvelio masih tetap berdiri di tempatnya, dia menyentuh dadanya yang berdebar sangat cepat.

"Mungkinkah?" Arvelio masih memegang dadanya.

Tersenyum simpul. "Kau berhasil, Sheila. Aku kalah!" ucap Arvelio lirih.

Sheila menoleh ke ruang Arvelio, dia berkata. "Ada apa dengannya? Apa dia kerasukan? Bahaya, aku harus menjaga jarak dari Arvelio."

Sheila merasa merinding dengan sikap Arvelio yang aneh, menurutnya.

***

"Sheila!" panggil Leona.

Leona Alexandra Maven, atau Princess A, Queen of Hackers Black Rose, gadis cantik yang terlihat lugu, namun tak selugu wajahnya, memiliki kemampuan hackers yang luar biasa, ahli dalam menembak, panah, punya hobi boxing, gadis cantik blasteran China-Kanada.

"Kau sejak tadi di sini?" tanya Grace.

Grace Claribel Robinson, atau Princess C, sebagai Queen of Poison Black Rose, ahli dalam racun, bela diri, penembak jarak jauh, merupakan putri tunggal keluarga Robinson, gadis blasteran Korea-Australia. Memilki sifat yang bar-bar, tapi cuek dan datar pada orang yang baru di kenalnya.

"Kau dari mana?" tanya Irene.

Irene Florencia Zephyr, atau sapaan dunia bawah di kenal dengan nama Princess F dijuluki Queen of Weapons, memiliki sifat cuek, datar, dingin, sangat hobi menembak, dan mampu menjinakkan bom.

Irene adalah anak ke tiga keluarga Zephyr, terlibat dunia bawah karena ingin balas dendam pada orang yang membully kembarannya, membuat saudaranya mati. Sejak kematian kembarannya, dan juga melihat kekasihnya selingkuh membuat Irene berubah jadi seperti sekarang

"Aku sudah 30 menit di sini, dari ruangan itu." jawab Sheila, menunjuk ruangan Arvelio.

Sheila sendiri adalah Queen leader mafia balck rose, dikenal sebagai Queen X, yang terkenal kejam, datar, kutub, dan tak kenal ampun terhadap musuhnya, dia tak akan memandang harta martabat orang yang berani mengusiknya.

Mafia black rose menduduki posisi sebagai mafia no 2 dunia.

Ketiga gadis cantik itu saling tatap, mereka menatap Sheila dengan tatapan heran. "Kau tau siapa pemilik ruangan itu?" tanya Leona.

"Arvelio." jawab Sheila singkat.

Mereka tersentak samar mendengar jawaban Sheila. "Bagaiamana kau bisa mengenalnya?" bisik Leona.

"Kita bahas nanti, sekarang antarkan aku ke ruang kepala sekolah!" ucap Sheila.

"Kau belum ke sana?" tanya Irene.

Sheila menggeleng sebagai jawaban. "Cabut!" ajak Grace, menarik tangan sahabatnya.

Tak jauh dari tempat ke empat gadis itu berdiri, ada Kenneth, Reyhan, dan Jayden mengawasi mereka.

"Mereka saling kenal?" ucap Reyhan, menatap kedua sahabatnya, Kenneth, dan Jayden mengangkat bahu tak tau.

Hal itu membuat Reyhan menghela nafas kasar. "Nasib punya sahabat kulkas 10 pintu." gumannya.

Kenneth, dan Jayden melirik Reyhan dengan malas, lalu mereka berjalan ke arah ruangan Arvelio.

***

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, Kring! bel jam istirahat membuat semua siswa-siswi keluar dari kelas mereka menuju kantin untuk mengistirahatkan pikiran dan mengisi perut.

"Kantin yuk!" ajak Leona, menatap sahabatnya.

"Hm" jawab Grace dan Irene bersamaan. Seperti biasa Sheila hanya mengangguk sebagai jawaban.

Leona menghela nafas kasar, dia sudah terbiasa dengan sikap ketiga sahabatnya yang menurutnya kembaran dari gunung everest itu.

Leona memeluk tubuhnya sendiri. "Hah, rasanya sangat dingin di kelilingi kulkas 10 pintu. Nasib, jadi orang cantik punya sahabat kutub." ucapnya.

Sheila, Irene, dan Grace hanya menatap gadis itu dengan tatapan datar.

"Gak usah drama, kita lagi gak buka jasa casting." sahut Irene, memutar bola mata malas.

Tanpa mengucapkan apapun, Irene menarik tangan Sheila, dan berjalan keluar kelas.

"Mau makan apa? Western? Atau Korea?" tanya Irene.

"Seperti biasa." jawab Sheila.

Irene mengangguk, dia berbalik arah menuju lantai 3, paham maksud dari sahabatnya.

Sheila menahan tangan gadis itu. "Kenapa balik?" tanyanya bingung, kantin sudah di hadapan mereka saat ini.

"Ini kantin khusus Western, kantin makanan Korea ada di lantai 3." jawab Irene.

Sheila sangat suka makanan khas Negara gingseng tersebut.

Melihat tatapan bingung sahabatnya, Irene kembali berkata. "Di sini ada 3 kantin, lantai 1 ada makanan khusus vegetarian, jika makanan Korea, Jepang, dan lainnya ada di lantai atas."

Sheila mengangguk mendengar jawaban Irene. "Banyak banget kantinnya." ucapnya.

"Hm, tapi ada bagusnya juga, jadi para siswi bisa memilih makanan dari berbagai Negara bukan cuma makanan Western saja." sahut Irene.

"Benar juga, ayo cacing di perutku sudah berdemo." ujar Sheila, mengusap perutnya.

Irene terkekeh kecil. "Dasar perut karet." ucapnya.

Shiela hanya mengangkat bahu acuh, dia memang memiliki nafsu makan yang cukup besar.

Mereka berjalan ke arah lift, seseorang yang berdiri di sudut ruangan mengawasi pergerakan Sheila, dia adalah Arvelio.

Setelah melihat angka yang ada di lift tersebut, Arvelio kembali masuk ke dalam lift khusus menuju lantai 3.

Reyhan menatap Arvelio heran. "Loh, mau ke mana?" tanyanya.

"Lantai 3." jawab Arvelio singkat.

"Tumben!" Jayden menatap Arvelio, tak biasanya lelaki itu ke lantai 3.

Kenneth tanpa mengucapkan sepatah kata pun kembali masuk lift bersama Arvelio.

"Ikut?" tanya Kenneth, sebelum memencet tombol, menatap kedua sahabatnya.

Jayden dan Reyhan masuk kembali.

Irene menatap ke seluruh area kantin, dia mencari tempat yang kosong.

"Udah full!" ucap Leona, baru datang bersama Grace.

Irene menatap Sheila. "Jadi?" tanyanya, melihat wajah gadis itu murung.

Menghela nafas. "Kita ke kantin lain saja." ucap Sheila tak semangat.

Saat mereka ingin berbalik, tiba-tiba seseorang datang meraih tangan Sheila.

"Eh..." Sheila tersentak. "Arvelio? Yak, kau mau bawa aku ke mana?" ucapnya.

Arvelio tetap berjalan ke arah ruangan khsusus miliknya, tanpa memperdulikan ucapan Sheila.

"Loh!" Leona menatap kepergian Sheila dan Arvelio dengan heran. "Terus kita? Gimana?" tanyanya.

"Ikut aku!" ajak Kenneth, menarik tangan Irene mengikuti sepupunya.

Jayden melakukan hal yang sama pada Grace, Leona dan Reyhan saling tatap. "Ck!" decak Leona, lalu melangkah ke ruangan Arvelio yang berada di pojok kanan kantin.

***

Arvelio dan Sheila duduk berdua, sedangkan yang lainnya duduk di satu meja.

Mereka saat ini sedang memesan makanan melalui tab yang ada di meja.

Canggih, bukan?

Sekolah Alberto IHS memang sekolah yang memiliki fasilitas canggih ala restoran Korea, setiap meja makan Kantin tersedia tab canggih untuk memesan makanan untuk memudahkan para murid.

"Psssttt!" Leona memberi kode pada sahabatnya.

Grace, dan Irene sama-sama mengangkat alis sebelah seolah bertanya. "Kenapa?"

Leona merapatkan kursinya mendekat ke arah Irene, dan Grace. "Sejak kapan Sheila kenal sama Arvelio? Apa mereka punya hubungan tersembunyi? Kenapa si bocah tak pernah cerita sama kita." bisiknya.

"Mana aku tau." balas Grace berbisik.

Irene menatap ke arah meja Sheila, namun Kenneth menarik kepala gadis itu dengan pelan melihat ke arahnya. "Arvelio tidak suka jika dipantau." ucapnya.

"Kau tau soal hubungan mereka?" tanya Irene.

Kenneth menatap gadis yang ada di hadapannya, dia tersenyum tipis. "Aku tidak tau, babe." jawabnya.

Rasanya ada perasaan senang dalam diri Kenneth saat Irene berbicara padanya, walau hanya sebatas itu saja.

Mendengar panggilan Kenneth, Irene mendatarkan wajahnya. "Don't call me that!" ucapnya tajam.

"Sayangnya aku menyukai panggilan itu." sahut Kenneth santai.

Irene medengus kesal mendengar jawaban Kenneth, Leona dan Grace saling pandang. "Wait! Apa kalian saling kenal?" tanya Leona.

"Mantan!" Irene menjawab dengan malas.

"Aku belum setuju untuk putus!" balas Kenneth.

"Aku tidak meminta persetujuan darimu!" sahut Irene menatap Kenneth datar.

Kenneth dan Irene pernah menjalin hubungan, tapi hubungan keduanya putus satu tahun lalu.

Suasana di sana seketika menjadi hening setelah mendengar pernyataan Irene, tiba-tiba mode ceplos Leona on.

"Oh, jadi ini mantan yang kau katakan brengsek itu karena dia suka selingkuh." ucap Leona dengan muka polosnya.

Kenneth menatap Leona datar, dan tajam. "Aku tidak pernah selingkuh! Sekali pun tidak!!" ucapnya tegas.

Irene tersenyum remeh. "Cih, mana ada maling mau ngaku. Tidak selingkuh tapi tidur bersama."

"Sudah kukatakan itu jebakan, babe." jawab Kenneth penuh penekanan.

"Whatever!" sahut Irene, tak ingin mendengar alasan apapun. Irene menyaksikan sendiri dengan mata kepalanya saat Kenneth tidur dengan seorang gadis di Hotel saat itu.

Kenneth menghela nafas kasar, sebenarnya dia ingin menjelaskan kejadian satu tahun lalu pada Irene. Sayangnya dia tidak memiliki bukti apapun, Kenneth sadar apa yang akan dia katakan hanya dianggap sebagai bualan oleh Irene.

Suasana menjadi tegang, Irene berdiri dan pindah ke meja yang ada di sebelahnya, diikuti oleh Grace, dan Leona.

Sheila menatap ke arah meja ketiga sahabatnya, dia penasaran apa yang meraka bicarakan. Saat Sheila ingin berdiri Arvelio menahan lengannya.

"Mau ke mana?" tanya Arvelio.

Sheila menunjuk meja sahabatnya. "Duduk di sini!" Arvelio menarik lengan gadis itu untuk duduk.

"...." Sheila menatap Arvelio dengan tatapan protes.

"Makanannya sudah datang, kau tidak ingin makan? Sejak tadi, aku mendengar suara konser dari cacing di perutmu." ujar Arvelio.

Wajah Sheila seketika memerah karena ucapan Arvelio. "Sial! Ini perut buat malu aja." batinnya.

Melihat Sheila menunduk. "Aku akan berpura-pura tidak dengar, dan melupakan soal kejadian beberapa saat lalu." ucap Arvelio. "Duduklah!" bujuknya.

Sheila akhirnya duduk, matanya seketika berbinar melihat berbagai macam makanan kesukaannya di atas meja.

Gadis itu meneguk ludah. "Apa aku boleh makan?" tanya Sheila, meminta ijin.

Arvelio tersenyum tipis, lalu mengusap kepala Shiela lembut. "Makanlah!" ucapnya.

Sheila cukup terkejut dengan sikap Arvelio, namun gadis itu berusaha bersikap biasa saja.

Sebenarnya, dirinya cukup bingung.

Kenapa Arvelio bersikap manis padanya?

Bukankah, mereka baru saja saling kenal?

Atau Arvelio sengaja bersikap manis pada dirinya karena memiliki maksud tersembunyi?

Mungkinkah? Makanan itu ada racunnya?

Arvelio ingin balas dendam karena dia menembak ban mobil lelaki itu, tadi.

Banyak pertanyaan muncul dibenak gadis itu.

Namun, Sheila dengan cepat menghilangkan pikiran itu dan memilih fokus pada makanan yang ada di hadapannya.

Sheila makan dengan lahap, Arvelio terus menatap Sheila.

Candu!

Sepertinya, wajah Sheila terlalu candu untuk ditatap oleh Arvelio.

Rasanya pandangan mata Arvelio hanya terfokus pada gadis itu.

Bahkan, makanan miliknya tak dia sentuh sama sekali.

Sheila masih makan dengan tenang, sebenarnya dia risih ditatap seperti itu oleh Arvelio.

Tapi, cacing di perutnya perlu diberikan makanan agar tak berontak, makanya dia berusaha untuk tetap fokus saja.

Setelah beberapa saat, Sheila mulai jengah dengan sikap Arvelio yang terus menatapnya.

Shela menghela nafas kasar. "Berhenti menatapku!" ucapnya.

Menggelang. "Tidak bisa, kau sudah membuatku candu. Menatapmu akan jadi hobi baru buatku, mulai sekarang!" sahut Arvelio, menatap lamat Sheila.

"Kau aneh!" Sheila menatap Arvelio heran.

"Kau yang membuatku seperti ini." balas Arvelio.

Alis Sheila mengernyit. "Sepertinya kau tidak waras! Aku tidak melakukan apapun padamu, bagaimana kau bisa mengatakan aku alasan sikapmu seperti itu." ujarnya.

Arvelio memajukan wajah mendekat ke arah Sheila, gadis itu bergerak mundur, tubuhnya merapat pada tembok.

Gadis itu menahan dada Arvelio agar tidak terlalu dekat dengan wajahnya, saat ini wajah mereka hanya berjarak beberapa centi saja.

Bahkan, Sheila bisa mencium aroma maskulin dan mint dari lelaki itu.

"M-mundur! Aku tidak nyaman." kata Sheila.

Lelaki itu tidak mendengar ucapan Sheila, justru...

Arvelio meletakkan ke dua tangannya di sisi kepala Sheila. "Sheila, sepertinya aku jatuh cinta." katanya.

"Kau mau jatuh cinta, silahkan. Itu urusanmu! Tidak ada hubungannya denganku. Jadi, tolong menjauh lah!" Sheila menatap Arvelio datar.

"Tentu saja kau terlibat." kata Arvelio.

"Maksudmu?" tanya Sheila.

Tersenyum tampan, hal itu mampu membuat Sheila terpesona.

"Aku jatuh cinta padamu, Sheila. Jadi, kau harus bertanggung jawab!" Arvelio berbisik tepat di telinga Sheila.

Mata Sheila membulat mendengar ungkapan Arvelio, dia mematung berusaha mencerna apa yang baru saja ia dengar, apa itu nyata atau tidak?

Arvelio masih tetap dengan posisinya, rasanya dia enggan untuk beranjak dari sana, aroma wangi tubuh Sheila membuatnya menjadi candu.

Di luar ruangan ada seorang gadis yang berdiri, dia mengepalkan tangannya erat melihat posisi Arvelio.

Ruangan Arvelio hanya tertutupi kaca, dan saat ini mereka tidak menurunkan penghalang kaca dalam ruangan tersebut.

Makanya, semua orang yang ada di luar bisa melihat aktivitas mereka.

"Apa dia gadis bersama Arvelio, tadi?" ucap Salsa _ anggota geng Glamour Girls.

"Sepertinya iya." jawab Gladis_anggota geng GG.

"Claudia kau tidak apa-apa, kan?" tanya Sonya, geng GG.

Gadis yang bernama Claudia langsung pergi dari sana tanpa mengatakan apapun, dia berjalan keluar kantin dalam keadaan marah.

Melihat ketua geng mereka pergi, Salsa, Sonya, dan Gladis segera mengikutinya.

Dalam ruangan. "Pasti setelah ini Geng cabe-cabean itu akan mencari masalah sama Sheila." ucap Leona.

"Sheila pasti akan mengatasinya." ujar Grace.

"Hm, dia bukan gadis yang lemah." tambah Irene.

"Tapi? Bagaimana jika dia muncul?" tanya Leona, menatap Grace, dan Irene bergantian.

Kedua gadis itu tersentak samar mendengar ucapan Leona, mereka terdiam.

Kenneth, Jayden, dan Reyhan saling pandang saat mendengar obrolan ketiga gadis itu. "Dia, siapa yang mereka maksud?" bisik Reyhan.

"Entahlah!" jawab Jayden.

Sheila kembali sadar dari lamunannya. "Apa kau ikut taruhan?" tanyanya.

Paham. "Apa kau menganggap aku menjadikanmu bahan taruhan?" Arvelio bertanya balik.

Sheila mengangguk.

"Tidak!" jawab Arvelio tegas.

"Benarkah?" tanya Sheila menatap mata Arvelio mencoba mencari kebohongan di sana.

"Aku tidak menjadikanmu sebagai bahan taruhan, atau apapun hal jelek yang ada di pikiranmu saat ini tentangku." ungkap Arvelio, dengan nada serius, dan tegas.

Sheila terdiam, dia bisa melihat tatapan keseriusan dari mata lelaki itu. "Kita baru saja kenal, bagaimana mungkin?"

Mengangkat bahu. "Entahlah! Ini hal yang pertama bagiku. Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya!" sahut Arvelio.

"K...." Arvelio tidak jadi melanjutkan ucapannya.

Sheila mendorong tubuh Arvelio menjauh, dan berdiri, gadis itu berjalan keluar ruangan.

"Cabut!" ajak Irene, mengikuti Sheila begitu juga dengan Grace, dan Leona.

Kenneth mendekat ke arah Arvelio. "Claudia melihat semuanya." ucapnya.

Arvelio menatap Kenneth. "Awasi jal*ng itu, jangan sampai dia menyentuh gadisku." titahnya.

Mereka bertiga menganggukkan kepala mengerti.

***

Sheila membasuh wajahnya beberapa kali.

"Ren, pukul aku!" titah Sheila.

Saat Irene ingin memukul Sheila, Leona lebih dulu bergerak.

Kapan lagi dia bisa memukul Sheila? Bukankah, ini adalah kesempatan emas untuknya. Pikirnya.

Sheila menatap Leona, gadis itu seketika meneguk ludah. "K-kau sendiri yang memintanya." ucapnya, gugup.

"Lagi!" ujar Sheila.

"Kau serius?" tanya Leona, yang diangguki oleh Sheila.

Saat Leona ingin memukul Sheila, Grace lebih dulu menahan tangan gadis itu.

Grace menatap Sheila. "Apa yang kau dengar tadi semuanya nyata, Arvelio memang confess, jika dia jatuh cinta padamu." ujarnya.

"Jadi itu bukan mimpi?" Sheila menatap ke tiga sahabatnya.

"Bukan!" jawab mereka dengan kompak.

"Aku harus bagaimana?" Sheila bertanya lagi.

"Ikuti kata hatimu." sahut Irene.

"Apa yang kau rasakan saat bersama Arvelio?" tanya Grace.

Sheila menggeleng, dia bingung mengekspresikan perasaannya. Dia dan Arvelio baru saja saling kenal beberapa jam yang lalu karena ketidaksengajaan.

Tapi, lelaki itu sudah menyatakan cinta padanya.

Wah, sungguh! Sheila dibuat speechless dengan tindakan Arvelio.

Selama ini memang banyak yang menyatakan cinta padanya, tapi baru kali ini Sheila merasa ada yang berbeda.

"Pikirkan saja dulu. Tapi, menurutku Arvelio cocok jadi pasanganmu." kata Leona. "Iya, kan?" menatap Grace, dan Irene. Keduanya mengangguk tanda setuju.

Sheila menghela nafas. "Ini hari pertamaku, kenapa seperti ini." lirihnya. "Aku ingin pulang!"

Setalah mengatakan hal itu, Sheila berjalan keluar tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya.

Sheila berjalan dengan tatapan lurus ke depan, dia melihat banyak orang yang memperhatikannya saat melewati koridor.

Namun, Sheila tak peduli tatapan mereka, dan tetap berjalan.

Tiba-tiba...

Byur!

Terpopuler

Comments

전정국😕😐💜

전정국😕😐💜

Lanjut Thor 👍🙂✨
Semangat 💪🙂✨
Semoga Harimu Selalu Bahagia 🙂✨🙏

2024-09-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!