Obsesi Liar Sang Adik Ipar
"Sshh ... ahh ..."
"Ughh ... Lebih cepathh—"
Seorang pria yang tengah menggagahi wanita di bawah tubuhnya itu terus mendesah satu sama lain. Penyatuan keduanya di bawah sana terus menimbulkan bunyi kecipak yang semakin nyaring.
Apalagi, saat sang pria sudah semakin merasakan penisnya yang mulai berkedut. Siap mencapai puncaknya.
"Ahh— Fuck! Lebih dalam, Zam. Ahhh...."
"Enak, hm? Mau lebih dalam.lagi?"
"Yeahh .... please. Ghazam, Ahh—"
"Shhh— Aku akan keluar!"
"Keluarkan di dalam, Zamhhh—"
"Ahhh....."
Tubuh sang pria pemilik nama Ghazam Headar itu lantas melemah setelah kejantanannya berhasil menyemburkan cairan kental berwarna putih yang berantakan di atas pakaian wanita di bawah tubuhnya.
Ya, tidak mengindahkan permintaan sang wanita untuk mengeluarkannya di dalam kewanitaan itu, Ghazam lebih memilih untuk menarik miliknya dengan cepat sebelum klimaks itu tiba. Di mana pada akhirnya Ghazam memilih untuk menyemburkan cairannya di atas dress yang dikenakan oleh wanita tersebut.
"Uhm, Zam? Kau puas kan? Mau aku menginap di sini dan—"
"Tidak," jawab Ghazam cepat sembari bangkit dari posisinya.
Ghazam juga segera membersihkan kejantanannya dengan tisu, sebelum akhirnya kembali memakai celana yang sempat diturunkan hingga ke batas pahanya.
"Pergilah. Sudah cukup. Nanti uangnya aku transfer ke rekening yang sudah disepakati," ucap Ghazam kemudian.
Ya, nyatanya wanita yang baru saja dia nikmati liang kenikmatannya itu adalah wanita yang dia sewa dari temannya sendiri. Wanita malam yang dengan sengaja dia sewa untuk memuaskannya di acara pesta pernikahan kakaknya sendiri ini.
Sehingga tanpa rasa bersalah atau semacamnya, Ghazam mengusir wanita itu keluar setelah merapihkan diri.
"Brengsek, Ghazam!" Maki wanita itu sembari berjalan keluar dari kamar yang dimiliki Ghazam.
Sementara Ghazam sendiri hanya menyunggingkan senyum miringnya. Dia tidak masalah sama sekali dengan cacian itu. Lagipula, menurutnya dia tak salah. Wanita itu juga dibayar untuk dia nikmati, dan kesepakatan awalnya memang sudah seperti itu. Wanita yang disewa untuk memuaskan Ghazam saat acara pesta itu terasa membosankan.
"G–Ghazam?"
Suara kecil seorang gadis yang kini tengah berdiri di depan pintu kamar Ghazam membuat pria itu terdiam sejenak.
Pasalnya, raut wajah sang gadis yang ditunjukan saat itu membuat Ghazam menebak satu hal. Tentang kemungkinan jika gadis itu melihat apa yang dilakulan Ghazam dengan wanita sewanya beberapa saat yang lalu.
"Sheila? Ah, sejak kapan kau—"
"A–aku tidak melihat apapun!" Potong gadis bernama Sheila itu dengan cepat.
Sebuah jawaban yang membuat Ghazam menyunggingkan senyuman miringnya. "Yakin? Kalau melihat juga tidak apa-apa. Anggap saja sebagai pelajaran untuk malam pertamamu dengan kakakku malam ini," ucap Ghazam dengan kerlingan mata yang sudah dia tunjukan pada gadis di depannya.
Ya, sebenarnya Sheila adalah pengantin yang sudah sah menjadi istri dari kakak kandung Ghazam malam ini. Sheila sendiri masih berusia 22 tahun, tapi gadis itu menikah dengan kakak Ghazam yang merupakan duda berusia 45 tahun. Perbedaan usia yang cukup jauh, sampai Ghazam yakin sekali, tujuan Sheila menikahi kakaknya hanya untuk hartanya saja.
"Tidak perlu berlagak polos, tidak pantas untukmu," ujar Ghazam sekali lagi.
Sheila hanya bisa terdiam dan menarik nafasnya dalam. Gadis itu tengah berusaha menahan diri atas apa yang dikatakan Ghazam, sang adik ipar. Sebab, Sheila juga sudah tahu tentang sikap kurang ajar pria itu selama ini.
"Kak Ares memintaku untuk memanggilmu ke kamarnya," ucap Sheila mencoba mengalihkan pembicaraan.
Sementara Ghazam justru malah terlihat acuh. Seolah tak peduli sama sekali. Dia justru malah berjalan melewati Sheila untuk menuju dapur, bukan kamar Ares sang kakak.
"Ghazam," panggil Sheila yang mengekor di belakang Ghazam.
"Apa? Pesta pernikahannya sudah selesai bukan? Ya sudah, apa lagi? Jalani saja malam pertama kalian, kasihan si Ares, pasti sudah tidak sabar mencicipi tubuh seksi mu itu," ucap Ghazam dengan santainya.
"Jaga bicaramu, Ghazam Headar! Aku kakak iparmu sekarang!" Tegas Sheila yang mulai kehilangan kesabarannya.
Sungguh, rasanya dia sudah mulai muak dengan ketidaksopanan Ghazam di sana.
Mendengar ucapan Sheila, Ghazam kini malah berbalik dan menghadap ke arah gadis itu. Dia menatap dari ujung kepala hingga ujung kaki gadis yang berusia tiga tahun di bawahnya itu dengan seksama. Sebelum akhirnya Ghazam menyunggingkan senyuman miringnya.
"Aku tidak heran kalau kakakku si tukang kawin itu memilihmu karena kau memang memiliki tubuh yang bagus. Tapi yang aku heran, kenapa gadis muda sepertimu mau dengan kakakku yang tua itu? Apa kau begitu membutuhkan uang sampai—"
Plak!
Satu tamparan mendarat tepat pada pipi Ghazam.
"Sudah aku bilang jaga bicaramu, Ghazam Headar!" Peringat Sheila kemudian.
Sayangnya, apa yang dilakukannya merupakan langkah yang salah. Sebab yang terjadi selanjutnya adalah Ghazam yang sudah menarik tangan Sheila dengan kasar. Di mana Ghazam juga mendorong dan menghimpit tubuh Sheila pada tembok yang ada di dekatnya. "Brengsek, berani-beraninya kau menamparku, hah?!" Bentak Ghazam kemudian.
Sheila meremat pakaian yang dia kenakan sekarang. Sebab sorot mata pria di depannya benar-benar tajam, membuat Sheila cukup ketakutan dengan tubuh yang benar-benar tidak bisa lagi bergerak apalagi meloloskan diri.
"L–lepaskan aku," ucap Sheila lirih.
Bukannya melepaskan gadis itu, Ghazam justru malah terkekeh. Menertawakan dengan remeh.
"Kalau begini saja, baru menunjukan kelemahan. Dasar jalang," ujar Ghazam tepat di depan wajah Sheila.
Sheila kali ini terdiam. Dia tidak mampu lagi berkata-kata. Setidaknya sampai Ghazam kembali membuka mulut dan berkata, "Biar aku coba dulu bagaimana rasanya sebelum bibir lancang ini dinikmati kakakku."
Ghazam tiba-tiba saja mencium bibir Sheila. Memberikan lumatan-lumatan yang cukup kasar. Kedua tangannya juga berusaha menahan tangan Sheila yang berusaha memberontak dan mencoba melepaskan diri dari ciuman Ghazam.
Sayangnya, kekuatan Ghazam jelas jauh lebih unggul. Sehingga pria itu masih tetap bisa mempertahankan posisinya untuk melumat dan menyesap bibir bawah dan atas Sheila secara bergantian.
"Eumhh— kau manis. Kakakku pasti suka," ucap Ghazam di sela ciumannya.
Sebelum akhirnya pria itu kembali melumat bibir Sheila, dan menggigit bibir bawah gadis itu hingga mulutnya terbuka. Memudahkan Ghazam untuk memasukan lidahnya ke dalam mulut Sheila.
Ghazam juga tersenyum dalam ciuman paksa yang dia lakukan. Dia menyukai momen ini. Belum lagi, rasa manis yang terasa dari bibir gadis itu membuat Ghazam terus menerus melakukan ciumannya. Tak perduli saat gadis itu terus memberontak dan memukul dadanya berkali-kali. Justru yang dilakukan Ghazam saat ini adalah menelusupkan tangannya ke balik dress yang dikenakan Sheila. Membiarkan jemarinya mengusap paha bagian dalam milik gadis itu hingga melenguh tertahan di tengah pemberontakannya.
"Umhh—"
"Sheila? Kau di mana?"
Ghazam sontak menghentikan aksinya saat mendengar suara Ares. Pria itu juga segera menjauhkan diri dan mengusap bibirnya sendiri yang sudah basah akibat ciuman yang dia lakukan. Sebelum akhirnya Ghazam kembali menatap Sheila setelah memastikan Ares masih belum sampai menuju ruangan di mana mereka berada sekarang.
Setidaknya, kali ini aman. Apa yang sudah dia lakukan, tidak ketahuan Ares.
"Mau melapor pada Ares? Silahkan, tapi kau tahu aku bisa memutar balikkan faktanya," ancam Ghazam pada Sheila.
Sementara Sheila hanya bisa terdiam sembari mengatur nafasnya. Dia juga masih mencoba menenangkan dirinya atas apa yang sudah terjadi.
"Jangan macam-macam, Sheila. Tapi lain kali, aku pastikan aku bisa mencicipi bagian tubuhmu yang lain. Bersiaplah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments