Aku menerimanya

Ghazam tidak akan membantah apa yang dikatakan oleh Sheila di sana. Sebab apa yang wanita itu katakan memang benar adanya. Itu yang Ghazam inginkan dari wanita itu. Menikmati tubuhnya kapanpun dia ingin. Menjadikan Sheila sebagai kakak ipar yang masih bisa dia nikmati diam-diam. Bersembunyi di balik hubungan kakak dan adik ipar yang mereka sandang.

"Kau tinggal memilih saja, Sheila. Mau hidup menderita lagi, atau kau memang mau hidup dengan semua harta ini? Kau bahkan bisa makan enak, hidup enak, bisa mendapatkan apa pun yang kau inginkan nantinya," jelas Ghazam mencoba untuk terus merayu Sheila.

Ghazam seperti tidak akan pernah berhenti untuk merayu sang kakak ipar. Sebab, dia juga sudah benar-benar memantapkan diri untuk mendapatkan Sheila demi apa yang dia inginkan. Sheila sudah menjadi candu untuknya, dia begitu menginginkan Sheila untuk dia miliki dan nikmati di atas ranjangnya.

"Kau benar-benar gila," ujar Sheila dengan tegas pada Ghazam.

Membuat Ghazam menyunggingkan senyumnya dan mengangkat satu alisnya saat menatap Sheila di sana. "Untuk itu, aku sedang mencari seseorang yang bisa aku ajak untuk menggila bersama. Dan kau adalah orang yang telah aku pilih di sini."

Ghazam gila. Sheila akui itu. Tapi, bohong kalau Sheila mengatakan dia tidak tergiur dengan apa yang ditawarkan Ghazam padanya. Tawaran yang begitu menggiurkan sebab semua itu memanglah tujuan utamanya saat rela menikah dengan Ares.

Dia melakukan semua ini demi uang yang akan menjadi bagian dari hidupnya. Dia lelah menjalani hidup yang serba kekurangan hingga harus membuatnya bekerja lebih keras.

"Pikirkan lagi nanti. Aku tahu kau mungkin sedang mempertimbangkannya," ujar Ghazam yang menyadari kekalutan yang tengah dirasakan oleh Sheila saat ini.

Dimana Ghazam kini juga telah memilih untuk meninggalkan Sheila seorang diri di sana. Dengan senyuman miring yang telah dia tunjukan karena merasa puas dengan apa yang telah dia lakukan hari ini. Membuat Sheila berperang dengan pikirannya sendiri soal tawaran yang diberikan oleh Ghazam.

"Sialan!" Maki Sheila kesal.

***

Beberapa hari telah berlalu, tapi Sheila kini belum juga beranjak pindah dari rumah Ares. Bukan karena dia tidak ingin, tapi juga karena memang dia belum bisa pergi dari sana.

Selagi dia masih menyandang status sebagai Istri mendiang Ares, dia masih harus mengurus beberapa hal yang bersangkutan dengan mendiang suaminya tersebut. Dan selain itu, juga karena Sheila belum memiliki tujuan dengan tidak adanya uang besar yang dia miliki. Ditambah dengan statusnya yang sudah menjadi pengganti sementara Ares.

"Sudah punya jawaban atas tawaranku, Mrs. Sheila?"

Pertanyaan itu tiba-tiba saja harus Sheila dengar ketika dia harus kembali berhadapan dengan Ghazam.

Saat ini Sheila sendiri tengah duduk di balik meja kerjanya. Dengan kepala pening karena dia harus mengerjakan sesuatu yang benar-benar tak mudah. Meski dia cukup mengerti urusan bisnis, tetap saja masih sulit untuknya mengurus perusahaan besar seperti ini. Untuk itu dia terpaksa memanggil Ghazam untuk datang ke sana.

"Jangan bertanya hal lain. Aku menyuruhmu datang hanya untuk membantuku mengurus beberapa hal tentang pekerjaan!" Tegas Sheila cepat pada Ghazam yang sudah duduk di hadapannya.

"Kenapa membutuhkan bantuanku? Bukankah kau memang ingin menjadi pemimpin di sini? Kau bisa kerjakan itu sendiri dan tunjukan kemampuanmu," ucap Ghazam dengan sedikit meremehkan.

Ya, Sheila bisa. Meski tak pernah terjun langsung ke dunia bisnis, tapi Sheila juga belajar soal bisnis. Tapi, untuk perusahaan besar seperti yang dimiliki Ares, rasanya masih terlalu berat baginya.

"Ghazam, memangnya kau mau aku menghancurkan perusahaan ini?!"

Ghazam malah duduk bersandar dan mengangkat kedua bahunya. "Kalau kau hancurkan, berarti kau yang harus bertanggung jawab," ucapnya dengan begitu tenang.

Seolah dia sama sekali tidak masalah dengan apapun yang mungkin terjadi dan disebabkan oleh Sheila di sana.

"Terima tawaranku dan aku akan membantumu terus," tambah Ghazam kemudian.

Kali ini, Ghazam berbicara dengan cukup tegas dan terlihat serius. Sorot matanya terlihat cukup tajam saat bersitatap dengan Sheila.

Sheila diam. Dia tak kalah tajam menatap Ghazam karena sadar betapa liciknya pria itu memanfaatkan keadaan ini.

"Kenapa harus aku? Kenapa aku yang kau pilih untuk memuaskan dirimu itu?!" tanya Sheila penasaran.

"Karena kau yang ternikmat!" Jawab Ghazam asal.

Jawaban gila yang membuat Sheila mengepalkan tangannya sendiri dengan rasa marah yang semakin dia rasakan. Dia benar-benar tak mengerti kenapa pria itu bersikap seperti ini padanya. Padahal, dengan kekayaan yang dia miliki, wajah tampan, dan tubuh atletisnya itu, Sheila bisa mendapatkan wanita mana pun yang dia inginkan.

"Tidak bisakah kau biarkan aku bebas darimu? Tuan Ares juga sudah meninggal dan aku bukanlah bagian dari keluarganya lagi. Setidaknya biarkan aku hidup tenang meski tak mendapatkan apapun."

Tanpa diduga, Sheila saat ini mengatakannya dengan cukup lirih. Dia seperti sudah benar-benar leleh dengan kehidupannya sekarang. Kehidupan yang nyatanya tidak lebih baik dari saat dia belum menikah dengan Tuan Ares.

Sorot matanya juga terlihat cukup sendu saat Ghazam menatapnya. Sorot mata yang sudah tak lagi mengarah pada pria itu, melainkan pada meja yang ada di depannya.

"Sejak awal aku hanya ingin kehidupan yang tenang," tambah Sheila semakin lirih.

Sheila sendiri sadar jika tidak seharusnya dia menunjukan sisi lemah seperti ini pada Ghazam. Karena dengan begitu pasti pria itu akan memanfaatkan kelemahannya sebagai ancaman. Akan tetapi, Sheilq sendiri sudah tidak bisa lagi menahannya terus menerus seorang diri. Dia juga, lelah.

"Untuk itu, terima tawaranku dan akan aku berikan kehidupan yang tenang. Kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan, Sheila. Apa pun!"

Bukan hanya ucapan yang diberikan Ghazam sekarang. Melainkan juga dengan satu pelukan yang membawa Sheila ke dalam dekapannya. Saat Ghazam sendiri kini sudah berdiri di samping Sheila.

Masih terduduk di kursinya, Sheila hanya diam saat Ghazam memeluk kepalanya. Tidak ada yang bisa dia lakukan lagi sekarang.

"Apa itu termasuk dengan mencari orangtua kandungku?" tanya Sheila kemudian.

Jujur saja Ghazam cukup terkejut dengan hal itu. Dia kira Sheila memang sudah ditinggal meninggal oleh kedua orangtuanya.

"Apa kau ingin mencarinya?" tanya Ghazam kemudian.

Sheila mengangguk, dengan tangan yang lantas mendorong tubuh Ghazam untuk menjauh darinya dan melepaskan pelukan tersebut.

"Katakan kau bisa menemukan mereka dan aku akan menyetujui apa yang kau inginkan," ucap Sheila tanpa di duga.

Jelas Ghazam senang dengan hal itu. Dia  menyunggingkan senyuman penuh kemenangan karena apa yang dia inginkan sudah di depan mata. Menganggukkan kepala dan mengiyakan bukan hal yang sulit untuknya. Untuk menemukan atau tidaknya orangtua Sheila nanti, biarlah menjadi urusan nanti.

Yang pasti, Ghazam hanya ingin Sheilq untuk tetap berada di sekitarnya hingga dia bisa menginginkan wanita itu kapan pun. Menyentuhnya kapanpun jika dia ingin.

Membelai rambut Sheila dengan salah satu tangannya, Ghazam menatap Sheila dengan lembut. "Jangan khawatir, aku akan membantumu."

Sheila menatap mata Ghazam. Ya, dia sadar jika Ghazam tidak tulus mengatakan hal itu. Dia sadar kalau Ghazam tidak benar-benar tulus saat ini. Tapi entah kenapa, Sheila malah membiarkannya.

Terlebih, saat Ghazam juga sudah mendekatkan wajahnya pada wajah Sheila.

"Katakan kau menerima tawaranku," bisik Ghazam dengan mata yang terpejam tepat di hadapan wajah Sheila.

Membuat Sheila menarik nafasnya dalam dan berusaha meyakinkan dirinya.

Mungkin ini salah, tapi tidak ada hal lain yang bisa dia lakukan selain dengan melakukan ini. Lagipula, sejak awal memang apa yang dia lakukan adalah sebuah kesalahan. Menikah dengan Ares saja sudah benar-benar salah karena niatnya hanya ingin mendapatkan uang pria tua itu.

"Aku menerima tawaranmu, Ghazam," ucap Sheila pada akhirnya.

Dengan berat hati dia mengatakannya. Bahkan, saat salah satu tangannya juga sudah terkepal dengan cukup kuat.

Sekali lagi hal itu membuat senyuman Ghazam tersungging. Dia merasa menang, pria tinggi itu telah mendapatkan kemenangannya.

"Good. Akan aku tunjukan indahnya dunia!" Seru Ghazam dengan menatap Sheila. Sebelum akhirnya dia telah menyatukan bibirnya pada bibir wanita itu. Memberikan lumatan lembut dengan mata yang terpejam menikmatinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!