"Aku tidak akan membiarkan semua ini! Aku akan membuat semua harta kakakku jatuh padaku. Begitu juga dengan dirimu yang akan menjadi milikku, kakak iparku!"
Seperti Sheila merasakan isi perutnya diputar hingga membuat mual dan ingin memuntahkan seluruh isinya saat Ghazam berucap demikian. Demi apapun, itu terdengar aneh sekali untuknya. Padahal, sebelumnya Ghazam sama sekali tidak ingin menganggapnya sebagai kakak iparnya.
"Lebih baik kau terima saja nasib burukmu itu, Ghazam. Tuan Ares sendiri yang sudah membuat keputusan ini," ucap Sheila bangga.
Ghazam menaikan satu alisnya menatap Sheila. Sebelum akhirnya menusukan lidahnya pada pipi bagian dalamnya sendiri.
"Kau begitu senang sekarang, Sheila? Sudah merasa menang, ya?" tanya Ghazam masih dengan raut wajah yang sama.
Tidak hanya itu, Sheila dapat melihat Ghazam juga menajamkan tatapannya saat menatap ke arahnya. Di mana jelas membuat Sheila menelan ludahnya sendiri dengan susah payah dan mengepalkan tangannya. Berusaha menunjukan raut wajah yang tak kenal takut.
"Kenapa? Kau mengkhawatirkan sesuatu, kakak iparku yang nikmat?" ucap Ghazam dengan senyuman miringnya yang dia tunjukkan.
Diam. Hanya itu yang dilakukan Sheila sekarang. Apalagi, saat Ghazam malah bergerak maju ke arahnya dan terus menghimpit Sheila hingga wanita itu telah setengah berbaring begitu saja di atas sofa yang sekarang dia tempati, menatap Ghazam dengan awas.
Kembali mencengkeram rahang Sheila dengan satu tangannya, Ghazam lantas mendekatkan wajahnya pada wajah Sheila hingga nafas mereka bisa dirasakan satu sama lain.
"Jangan merasa senang dulu, sayang. Kau mungkin memang bisa mendapatkan kehidupan mewah, tapi tidak dengan memilikinya," ucap Ghazam penuh penekanan.
Tidak hanya dalam ucapannya, tapi juga dengan ibu jarinya yang sudah bergerak di atas bibir Sheila dan menekan tepat pada bibir bagian bawah wanita itu.
Hingga akhirnya, Sheila telah mendapatkan sapuan lidah Ghazam di atas bibirnya.
"Menjauhlah, mereka akan melihat!" Seru Sheila dengan kesadaran yang berusaha dia kumpulkan.
Dia juga berusaha mendorong tubuh Ghazam untuk menjauh darinya. Meski nihil, karena kekuatan pria itu tak sebanding dengan kekuatannya.
"Ghazam, please. Menjauh!" Seru Sheila sekali lagi.
Kepalanya telah ditolehkan pada sisi lain saat Ghazam sudah kembali berniat menyapukan lidahnya pada bibir Sheila di sana.
Ghazam mendecih, sembari tersenyum dengan miring. "Kenapa? Takut? Memangnya kenapa kalau mereka melihat? Mau membuat pertunjukan saja sekalian, kakak iparku?" sekali lagi Ghazam berbicara dengan penuh penekanan.
Kali ini Sheila memberanikan diri untuk menatap Ghazam. Tatapan mata yang menunjukan perlawanannya pada pria itu. "Brengsek."
"Katakan lebih keras, sayang. Kau seksi saat berkata kasar seperti itu," ucap Ghazam dengan sarkasnya.
Sheila telah menggertakkan giginya, dia kesal, dia juga ingin terus memaki pria itu. Tapi, hal itu hanya akan membuat Ghazam semakin senang lagi saat Sheila seolah menuruti perkataannya.
"Apa maumu sekarang, hah? Mau memaksaku lagi untuk memuaskan nafsumu itu?" tanya Sheila dengan berani.
Bukan tanpa alasan, sebab Sheila dapat melihat bagaimana tatapan Ghazam yang sayu. Belum lagi dengan nafasnya yang terdengar memburu. Dan jangan lupakan soal tangan pria itu yang bergerak mengusap leher Sheila.
"Kau paham dengan apa yang aku inginkan? Oh, good. Menjadi kakak ipar yang baik? Mau memenuhi segala permintaan dan keinginan adiknya, ya?" bisik Ghazam tepat di telinga Sheila.
Sheila kini telah berusaha menahan dirinya sendiri. Hembusan nafas Ghazam di telinganya, usapan lembut tangan kekar itu di lehernya, semua itu membuat Sheila meremang. Membuat nafasnya secara tak sadar ikut memburu seperti Ghazam.
Apalagi, saat Sheila kembali mengingat penyatuan mereka sebelumnya. Di mana meski terasa sakit, tetap ada kenikmatan tersendiri saat kejantanan Ghazam sudah menusuk dan memenuhi miliknya di bawah sana.
"Ghazam, please. Menyingkir dariku!" ucap Sheila.
Dia tidak ingin pada akhirnya dia kembali terjatuh ke dalam buaian dan rayuan pria itu.
"Kau yakin? Mau aku menyingkir atau mau aku memenuhi dirimu lagi?" tanya Ghazam yang kembali berbisik di telinga Sheila.
Membuat Sheila lagi-lagi meremang. Dia juga nyaris menggelinjang saat Ghazam sudah menyentuhkan lidahnya pada telinga Sheila. Memberikan jilatan yang seduktif.
"Gha—zam."
Kembali berusaha mendorong tubuh Ghazam, bukannya terbebas dari pria itu, sekarang Sheila malah dibuat berbaring sepenuhnya oleh pria itu. Dengan Ghazam yang sudah berada di atas tubuhnya.
"Kau gila? Apa yang akan kau lak— Ahh—"
Sheila melenguh. Saat Ghazam malah memberikan hisapan tepat di belakang telinga Sheila. Meninggalkan jejak kemerahan di sana.
"Sstt, katanya tidak ingin siapa pun melihat apa yang kita lakukan," bisik Ghazam teramat pelan di telinga Sheila.
Sheila menggeleng. "Jangan gila, Ghazam."
"Kau yang membuatku gila, Sheila."
"Kau tidak seharusnya melakukan ini padaku!"
"Lalu apa yang seharusnya aku lakukan? Aku bahkan sudah berusaha selembut mungkin saat memperlakukanmu seperti ini," ucap Ghazam tak mau kalah.
Sheila lantas menatap pria itu dengan nyalang. Cengkeraman tangannya pada lengan Ghazam seperti sama sekali tak digubris oleh pria itu.
"Atau, kau mau melakukannya dengan kasar?"
Sheila sudah mengangkat tangannya, berniat menampar wajah pria yang telah mendominasi tubuhnya. Namun, sayangnya Ghazam lebih cepat mengunci tangan Sheila di atas kepalanya. Ya, kedua tangan Sheila hanya dengan satu tangan kekar miliknya.
"Brengsek! Ghazam, kau brengsek!" Maki Sheila berkali-kali saat dia benar-benar tak bisa memberontak lagi.
"Katakan lagi, maki aku sepuasmu. Makianmu membuatku lebih bersemangat lagi," ucap Ghazam dengan seringaian yang telah dia tunjukan.
"Ghazam, kau— Ahh ...," Lenguh Sheila.
Dia hendak mencaci maki Ghazam. Tapi, pria itu malah menekankan jempolnya pada miliknya di bawah sana. Membuat Sheila melenguh cukup keras dengan mata yang sempat terpejam dan punggung yang melengkung.
"Jangan berisik, Sheila," ucap Ghazam yang langsung membungkam bibir Sheila dengan ciumannya.
Bagaimana pun sebenarnya Ghazam juga tidak ingin hubungan seperti ini dengan kakak iparnya itu diketahui banyak orang. Jika satu atau dua pelayan tak masalah, dia bisa mengatasinya dengan memberikan ancaman. Tapi, akan sulit kalau banyak yang mengetahui.
Untuk itu Ghazam kini telah membungkam Sheila dengan ciumannya. Membuat lenguhan wanita itu tertahan dan tak lagi terlalu berisik.
"Kita lanjutkan di kamar saja. Sepertinya kau suka sekali bercinta dengan berisik," ucap Ghazam sembari menggendong Sheila.
Sheila hanya bisa terdiam di dalam gendongan Ghazam. Bukan tidak ingin melawan lagi, tapi karena tubuhnya cukup lemas karena permainan jemari Ghazam di bawah sana. Dia juga tak mungkin berteriak dan berharap pertolongan.
Dimana di sisi lain, Sheila juga menikmati sentuhan itu. Sentuhan yang terasa membawanya melayang tinggi hingga lupa rasanya menapak di bumi. Dan saat Sheila sudah kembali ke dalam kamar yang sudah Ghazam kunci, Sheila sadar.
Tidak ada lagi kebebasan yang akan dia dapatkan. Sekali lagi, dia akan terjatuh dalam buaian Ghazam. Buaian dan rayuan yang entah kapan akan berakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments