Jelas tidak mungkin kalau seorang Sheila cemburu. Apalagi yang dia cemburui adalah Ghazam. Adik ipar brengseknya itu. Adik ipar kurang ajar yang sudah membuat hidupnya cukup kacau dengan kebrengsekan yang dia lakukan.
Lagipula, Sheila juga sama sekali tidak menaruh rasa pada Ghazam. Meski dia mulai menikmati bagaimana pria itu menyentuhnya, itu sama sekali tak berarti dia menaruh rasa padanya.
Menurut Sheila, itu hanyalah respon dari hormonnya saja. Reaksi alami dari tubuhnya terhadap rangsangan yang diberikan Ghazam. Dan perlu ditekankan, mereka berdua melakukan seks, bukan bercinta. Dimana konotasi keduanya jelas berbeda sekali.
"Mau tetap berdiri di sana? Memangnya kau tidak ingin pulang?"
Pertanyaan yang dilemparkan Ghazam membuat Sheila kembali tersadar dari lamunannya. Sehingga Sheila dengan cepat kembali melangkahkan kakinya untuk menyusul Ghazam di sana.
Dia tak mau jika harus ditinggalkan pria itu dan membuatnya harus naik taksi atau semacamnya. Ya, seandainya saja dia juga bisa menyetir. Dia pasti tak akan segan meminta mobil dari Ghazam sebagai kompensasi perjanjiannya. Tapi, mau bagaimana lagi? Sheila saja tak bisa menyetir sendiri dan tidak terlalu suka memiliki supir pribadi.
"Apa masih terasa lelah?" tanya Ghazam pada Sheila yang sudah berada di sampingnya. Dia sendiri bertanya tanpa menoleh sama sekali pada wanitanya di sana.
"Hm," respon Sheila singkat.
Mendengar respon singkat seperti itu dari Sheila, lantas Ghazam menoleh ke arahnya. Bersamaan dengan mereka berdua yang sudah memasuki lift untuk turun. Membuat Ghazam menunggu pintu lift tertutup sebelum akhirnya berbicara pada wanita yang kini berada di sampingnya.
"Mau aku—"
"Cctv. Jangan lupakan ada cctv di dalam sini," peringat Sheila saat Ghazam hendak mendekatkan wajahnya padanya.
Sheila sendiri berbicara dengan cukup tenang. Dia tidak ingin terlihat aneh saat cctv merekam mereka di atas sana. Karena dia yakin, setidaknya pasti ada satu orang yang sedang memperhatikan layar cctv di kantor ini. Dan dia tak mau jika hubungannya dengan Ghazam ketahuan. Hubungan yang lebih dari sekadar ipar.
Mendengar penuturan Sheila pun Ghazam lantas kembali mundur dan memberi jarak. Dia juga tak mau mengambil resiko dan membuat semuanya kacau. Karena jika sampai rumornya dengan Sheila beredar sekarang-sekarang ini, bisa-bisa Ghazam akan kehilangan warisannya.
Lebih buruknya lagi, dia akan membuat perusahaan ini juga hancur.
"Apa kau penasaran dengan siapa Bianca sebenarnya?" Pertanyaan itu begitu saja dilemparkan Ghazam kemudian.
Seolah saling acuh satu sama lain, keduanya benar-benar tidak saling menoleh dan bersikap seolah tidak sedang mengobrol atau semacamnya. Mereka berbicara dengan tak ketara di sana meski sebenarnya tak perlu seperti itu.
"Tidak," jawab Sheila singkat.
Rasa penasarannya memang ada soal wanita bernama Bianca itu. Tapi, dia sudah terlanjur kesal pada Ghazam sebelumnya hingga memberikan jawaban tegas dan singkat seperti itu. Bersikap seolah dia tak merasa penasaran, padahal nyatanya jelas tidak seperti itu juga.
"Kau yakin?" tanya Ghazam mencoba memastikan.
Namun, belum sempat Sheila menjawab pertanyaan Ghazam, pintu lift sudah terbuka. Membuta Sheila lebih memilih mengabaikan pertanyaan pria itu di sana dan melangkahkan kakinya untuk keluar dari sana terlebih dahulu. Mendahului Ghazam yang kini tersenyum miring karena apa yang dilakukan Sheila dan bagaimana wanita itu mengabaikan pertanyaannya.
"Tenang saja, aku dan Bianca tidak berada dalam hubungan yang seperti itu saat ini," ucap Ghazam memberi penjelasan tanpa Sheila bertanya.
Ghazam sendiri kini sudah kembali mensejajarkan langkahnya dengan Sheila.
Sheila hanya memutar bola matanya malas. "Ya, lagipula itu bukan urusanku. Siapa pun wanita bernama Bianca itu dan apa pun hubungan kalian berdua, aku tak perduli," ucapnya terdengar penuh dengan keyakinan.
Sekali lagi Ghazam nampak menunjukan smirk-nya. Kepalanya mengangguk-angguk mengerti dengan perlahan. Jawaban Sheila membuatnya semakin yakin kalau wanita itu memang berbohong atas apa yang dikatakannya. Dia tahu jika Sheila berbohong soal ketidakperduliannya pada dirinya dan Bianca. Karena jelas, Sheila masih menaruh rasa penasaran.
"Are you sure?" tanya Ghazam kembali mencoba menggoda Sheila di sana.
Dan anggukan pasti terlihat ditunjukan oleh wanita itu. Seolah dia teramat yakin dengan jawaban atas pertanyaan Ghazam, walaupun mulutnya tak menjawab apapun selain anggukan tersebut.
"Sekalipun aku juga bercinta dengan Bianca?" tanya Ghazam sekali lagi. Dia masih tidak mau berhenti untuk membuat Sheila terusik soal pembahasannya.
Dan Ghazam memang berhasil membuat Sheila semakin kesal. Wanita itu terlihat memejamkan matanya untuk beberapa detik dan menarik nafasnya dalam. Belum lagi dengan kepalan tangan di samping tubuhnya dan gigi yang dirapatkan. Menunjukan sekali kalau Sheila memang tengah benar-benar kesal sekarang.
"Aku tak perduli, Ghazam! Sangat tidak perduli! Untuk apa aku aku juga memikirkan apakah kau tidur dengan Bianca atau tidak. Lagipula hubungan kita hanya sebatas di atas ranjang, itu pun karena kebrengsekanmu yang lebih dulu merampas pertamaku.
Kita itu hanya melakukan seks, bukan bercinta. Apa yang kita lakukan tak akan merubah apa pun dalam status kita. Mengerti?!"
Jujur saja Ghazam cukup terkejut saat Sheila berkata demikian. Dimana beruntungnya mereka sudah berada di parkiran dengan wanita itu yang mengucapkannya dengan cukup pelan meski masih terdengar begitu tegas di setiap kalimatnya.
Setidaknya, Sheila masih mencoba berhati-hati dan memastikan hanya Ghazam yang mendengar apa yang baru saja dia jelaskan. Dia nampak berhati-hati saat mengatakannya agar tidak ada orang lain yang ikut mendengarkan ocehannya tersebut.
"Wow, santai, kak!" Seru Ghazam yang kemudian terkekeh dibuatnya.
Meksi sempat terkejut, tetap saja dia merasa ini cukup lucu. Apalagi melihat kekesalan Sheila di sana. Dia suka menggoda Sheila sampai membuatnya kesal seperti itu. Menurutnya, wanita itu terlihat menggemaskan saat sedang kesal apalagi kalau sampai menggerutu.
"Aku juga tahu kalau kita hanya melakukan seks, bukan cinta. Karena jelas tak ada cinta di antara kita," tambah Ghazam dengan satu alis yang sudah terangkat saat menatap Sheila.
Sheila tahu itu. Dia sendiri yang juga menegaskannya terlebih dahulu. Akan tetapi, kenapa saat dia mendengar Ghazam berkata demikian, dia malah merasa kesal? Dia merasa seperti tak suka saat Ghazam berkata demikian. Apa karena dia merasa direndahkan dan secara terang-terangan di anggap sebagai pemuas nafsu pria itu saja?
Entahlah! Sheila lebih memilih untuk mengabaikan perasaan itu. Kini, dia lebih memilih untuk mendahului Ghazam dan membuka pintu mobil milik pria itu. Berjalan masuk ke dalamnya setelah Ghazam membuka kunci itu untuknya. Dia sudah terlebih dulu duduk di dalam mobil sampai pada akhirnya pria itu menyusul dengan gelengan di kepalanya akan tingkah Sheila tersebut.
"Pastikan kau memakai pengaman saat tidur dengan Bianca Bianca itu. Aku tidak mau kalau sampai kau memiliki penyakit kelamin dan menularkannya padaku!" Seru Sheila tiba-tiba saja saat Ghazam sudah duduk di balik kemudinya.
Membuat Ghazam cukup terkejut dan menolehkan kepalanya pada Sheila di sampingnya dengan tatapan penuh tanya.
"Apa?!" Celetuk Sheila saat dia juga sudah menatap Ghazam yang terus menatapnya dengan mata yang mulai memicing. "Aku hanya memperingatkanmu karena aku tak mau ikut tertular penyakit kelamin!" tambahnya mencoba memberikan penjelasan.
Masih terdiam dengan mata yang memicing menatap pada Sheila, lantas Ghazam membentuk satu garis lurus pada bibirnya saat menatap wanita itu.
"Kau, tidak benar-benar merasa cemburu 'kan? Jangan bilang, kau hanya ingin jika aku tidur dengan dirimu saja? Kau bertingkah seakan kau ingin menjadi satu-satunya, ya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments