Sheila hanya bisa terdiam saat pria di hadapannya sekarang terus memagut bibirnya dengan lembut. Membuatnya dapat merasakan bibir Ghazam yang berkali-kali juga menyesap bibirnya dengan berhati-hati. Beberapa kali, Ghazam juga memberikan beberapa kecupan tepat pada bibir Sheila yang masih tertutup sebelum kembali melumatnya lagi.
Tidak seperti biasanya, Sheila juga merasa bingung kenapa Ghazam kali ini bersikap begitu lembut dalam pagutannya. Pria seperti begitu berhati-hati saat menikmati penyatuan bibirnya dengan Sheila. Membuat Sheila menjadi terbuai karenanya dan mulai memejamkan mata.
Bahkan, tanpa sadar dia membalas lumatan itu dengan tak kalah lembut. Membuat senyuman Ghazam lantas tersungging dengan samar di sela pagutan keduanya.
"Kau manis sekali, Sheila. Aku bisa gila hanya karena bibirmu ini," bisik Ghazam saat dia tiba-tiba melepaskan pagutannya dengan sengaja.
Sheila terlihat sedikit kecewa saat tautan itu dilepaskan begitu saja. Nafas keduanya juga terlihat memburu karena kekurangan oksigen saat berpagutan sebelumnya.
"Berhenti merayu," ucap Sheila dengan suara yang cukup lirih.
Membuat Ghazam mendaratkan kembali bibirnya pada bibir sang wanita, memberikan satu kecupan singkat yang lagi-lagi harus membuat Sheila mendesah kecewa dengan teramat pelan karena dia mengira Ghazam akan kembali memagutnya.
Ghazam terkekeh pelan kemudian, dengan tangan yang sudah bergerak untuk mengusap bibir Sheila dengan ibu jarinya. Dia memainkan bibir kenyal itu dengan menekannya berkali-kali. Sampai pada saatnya, Sheila menatap Ghazam dengan puppy eyes-nya.
"Shit! Apa kau yang sekarang sedang mencoba merayuku, hm?" seru Ghazam saat melihat raut wajah Sheila di sana.
Puppy eyes yang ditunjukan, bibir merah yang basah yang sudah sedikit terbuka, atau tangan lentik yang kini memegang lengan Ghazam, juga kepala yang mendongak untuk dapat bersitatap dengannya. Rasanya, Ghazam bisa benar-benar gila. Karena dengan begini saja, dia sudah merasa pening. Bukan hanya di kepalanya saja, tapi juga pada bagian lainnya yang terasa mulai sesak.
"Kau benar-benar sudah mulai nakal, Sheila. Kakak iparku yang perawan dan polos sepertinya memang sudah hilang dari dirimu, ya?" ujar Ghazam dengan senyuman miring yang sudah dia tunjukan.
Jujur saja, Sheila juga tak mengerti kenapa dirinya seperti ini. Seperti dia telah jatuh ke dalam buaian Ghazam. Hal yang tidak seharusnya dia lakukan sebab dia akan semakin tersesat di dalamnya.
"Kau yang membuatku menjadi seperti ini, Ghazam," ucap Sheila pada akhirnya.
Dia mengatakannya begitu saja, sebab memang hanya itu yang ada di dalam pikirannya.
Lagipula, bukankah memang benar kenyataannya seperti itu? Ghazam yang membuatnya juga merasakan apa yang orang-orang bilang sebagai surga dunia. Kenikmatan yang hanya bisa didapatkan dengan penyatuan yang penuh akan gairah.
Dan jawaban Sheila mampu membuat Ghazam tersenyum puas dan bangga. Seolah apa yang dia lakukan adalah hal yang pantas dibanggakan oleh dirinya sendiri.
"Mau merasakan hal yang lebih nakal lagi?" tanya Ghazam kemudian. Dengan kerlingan yang sudah dia tunjukan pada Sheila di hadapannya.
Sheila masih mendongak untuk menatap Ghazam yang kini sudah kembali berdiri tegak di hadapannya. Dia menatapnya seolah tengah melemparkan pertanyaan akan maksud Ghazam dengan sorot matanya. Karena Sheila kini hanya terdiam dan merapatkan bibirnya saat bersitatap dengan pria itu.
Sampai pada akhirnya, tiba-tiba Ghazam sudah menurunkan celananya hingga setengah paha. Membiarkan kejantanannya terlihat tegak sempurna di hadapan Sheila. Membuat wanita itu menelan ludahnya susah payah saat melihat itu.
Dia sudah pernah merasakan benda itu masuk ke dalam tubuhnya. Tapi, rasanya masih tak percaya saat dia melihatnya secara langsung seperti ini. Apalagi dengan posisi Ghazam yang berdiri membuat Sheila bisa mendapati kejantanan pria itu itu tepat di hadapannya.
"Suck me," pinta Ghazam yang kini sudah mengambil tempat untuk duduk di meja kerja Sheila.
Sheila lantas membulatkan matanya menatap pada Ghazam. Benda sebesar itu? Masuk ke dalam mulutnya? Tidak mungkin!
"Tidak! Kau gila? Lagipula itu menjijikan!" Tolak Sheila terang-terangan.
Bagaimana pun itu terlihat menjijikan baginya jika sampai masuk ke dalam mulutnya. Dia sedikitnya tahu tentang blowjob meski tak pernah secara langsung melakukannya. Tapi, tetap saja dia tidak tertarik untuk melakukannya.
Namun, mendengar penolakan Sheila membuat Ghazam lantas menarik kursi wanita itu untuk mendekat ke arahnya.
Lagi-lagi hal itu membuat Sheila mendapati benda tegak itu tepat di hadapan wajahnya.
"Suck me, baby. Kau hanya perlu menghisapnya. Bayangkan saja kalau kau sedang mengemut es krim, permen, atau semacamnya. Please, I want you so bad," pinta Ghazam sekali lagi.
Sorot matanya seolah tengah memohon pada Sheila. Menunjukan bagaimana dia begitu menginginkan Sheila saat ini. Dan itu membuat Sheila terasa seperti benar-benar dibutuhkan. Dan dia suka perasaan ini. Perasaan dimana dia dibutuhkan oleh orang lain, perasaan dimana dia begitu diinginkan orang lain hingga putus asa.
Dan cara yang Ghazam lakukan untuk membujuk dan merayu Sheila di sana berhasil! Dia dengan perlahan mengulurkan tangannya untuk memegang milik Ghazam. Dia menggenggam pangkal kejantanan itu dengan ragu sembari menatap sang pemilik.
"Lakukanlah. Jangan ragu. Puaskan aku dan aku akan memuaskanmu setelah ini. Aku menginginkanmu, Sheila. Sangat!" ucap Ghazam lembut dengan sorot mata yang sudah terlihat sendu. Memperlihatkan bagaimana dia benar-benar tenggelam dalam hasrat dan gairahnya.
"Tapi, ini kantor," ucap Sheila lirih.
Ghazam tersenyum dengan tangan yang mengusap rambut Sheila dengan lembut. "Kedap suara. Lagipula, memang di situ letak keseruannya. Kita bisa melakukannya sembari memacu adrenalin. Ini akan lebih luar biasa daripada saat kita bercinta di dalam kamarmu," ucap Ghazam.
Seperti sihir, apa yang dikatakan Ghazam mampu membuat Sheila kehilangan akalnya. Dia menjadi penasaran tentang perasaan yang dijelaskan oleh Ghazam.
Membuat Sheila dengan perlahan mendekatkan wajahnya pada milik Ghazam yang sedikit kemerahan di sana. Dia juga menggenggam pangkalnya dengan lebih yakin sekarang. Hingga pada akhirnya, bibirnya telah bersentuhan dengan milik pria itu, satu sentuhan yang mampu membuat Ghazam menggeram dengan senyuman penuh kepuasan.
Ghazam suka saat Sheila telah menjadi wanita yang menurut padanya. Seperti dia baru saja menjinakan kucing liar. Ghazam suka sekali saat dia yang mendominasinya yang terus menolak dirinya sebelumnya.
"Ahh— Iya, seperti itu. Jangan sampai terkena gigimu," racau Ghazam saat dia melihat Sheila mendongak ke arahnya seolah tengah bertanya.
Tidak bertanya secara langsung sebab mulut wanita itu sudah dipenuhi miliknya. Hanya sebagian saja sebab tak mungkin semua itu masuk ke dalam mulut Sheila yang kecil.
Mendengar Ghazam yang menggeram karena kenikmatan yang dia berikan lewat mulutnya, entah kenapa itu membuat Sheila jadi semakin terpancing. Hingga perlahan, dia mulai menggerakkan kepalanya untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Ghazam.
Ya, seperti mengemut permen. Itu yang dikatakan oleh Ghazam. Sampai pada akhirnya, Sheila pun menganggap jika dia tengah mengemut permen Lollipop saat dia mulai merasa mual dengan apa yang dia lakukan.
Ghazam gila. Dan yang lebih gilanya, Sheila juga telah terseret ke dalam kegilaan pria yang dipenuhi gairah tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
❦ℓυ𝘮ꪱׁηͦꫀׁׅܻ࿐
udah gila 22nya /Facepalm/
2024-12-12
0