Kehadiran Sheila dan Ghazam di perusahaan Ares lantas menjadi buah bibir. Tak sedikit jika Sheila mendengar bisikan-bisikan yang dengan samar dia dengarkan di telinganya saat dia berjalan berdampingan dengan Ghazam. Mulai dari pembicaraan positif hingga bahkan pembicaraan negatif tentang dirinya atau pun pria itu. Atau bahkan, Sheila juga dapat mendengar salah satu pembicaraan yang membahas dirinya dengan Ghazam bersamaan. Berbisik-bisik soal hubungannya dengan Ghazam.
"Abaikan saja. Orang-orang memang tidak bisa menjaga mulutnya. Pintar sekali membicarakan orang lain, padahal dalam dirinya sendiri juga memiliki banyak hal yang buruk," ucap Ghazam setengah berbisik pada Sheila.
Ya, nyatanya Ghazam sadar akan ketidaknyamanan Sheila saat mendengar pembicaraan orang-orang di sana. Ghazam paham karena Sheila mungkin memang tak terbiasa dengan hal seperti ini.
Berbeda dengan dirinya yang sudah cukup terbiasa mendengar pembicaraan buruk dari orang lain. Di mana Ghazam lebih memilih untuk menganggapnya angin lalu.
Sheila pun mengangguk pelan. "Ya, aku tahu. Hanya cukup mengesalkan saja mendengarnya," ucapnya tak kalah pelan dari Ghazam.
"Benar. Orang-orang memang mengesalkan," respon Ghazam di sana.
Sekali lagi, Sheila menganggukkan kepalanya merespon apa yang dikatakan oleh pria itu. "Sama mengesalkannya dengan dirimu," ucap Sheila tanpa merasa bersalah sama sekali.
Dia hanya mengatakan apa yang memang dia rasakan saat ini. Membuat Ghazam pada akhirnya terkekeh pelan sembari menyunggingkan senyuman miringnya. Dia tidak akan mencoba membantahnya karena dia juga menyadari hal itu.
"Lihat saja, saat aku benar-benar menjadi pemimpin mereka. Akan aku buat mereka menyesal membicarakan hal buruk padaku!" Seru Sheila pelan.
Hal itu membuat Ghazam terkekeh karenanya. Dia jelas tahu Sheila hanya sedang bergumam saja. Tidak mungkin wanita itu benar-benar melakukannya. Dia tahu sekali Sheila bukan wanita yang pendendam seperti itu. Di mana Sheila juga tidak mungkin tega melakukan semua itu pada para karyawan di sana.
Meski Ghazam tidak begitu tahu bagaimana Sheila yang sebenarnya. Tetap saja Ghazam bisa melihat Sheila cukup baik pada orang lain untuk beberapa hal.
"Sudahi gerutuanmu itu, kakak iparku yang cantik. Lebih baik, sekarang kita segera bergegas ke atas, mereka sudah menunggu kehadiran kita sejak tadi," ucap Ghazam kemudian.
Lantas Sheila sudah menekuk bibirnya. Dan juga dengan langkahnya bersama Ghazam yang sudah bergerak semakin cepat. Terburu-buru tapi tetap terlihat tenang.
Satu hal yang dapat terlihat adalah. Keduanya sama-sama bisa mengontrol sikap mereka dengan baik.
***
Seperti yang dikatakan oleh Ghazam sebelumnya. Nyatanya di sana mereka bertemu dengan beberapa investor penting perusahaan Tuan Ares sebelumnya. Juga beberapa orang yang juga memegang peran penting untuk perusahaan itu.
Sambutan mereka cukup baik akan kehadiran Ghazam dan Sheila. Apalagi, saat Ghazam juga sukses menunjukan hubungan baik antara dirinya dan juga Sheila. Hubungan adik dan kakak ipar yang harmonis. Di mana pada kenyataannya tentu tidak seperti itu.
Ghazam itu pandai membual dan berakting hingga semuanya hanya percaya dengan apa yang ditunjukannya di sana. Di mana Sheila berkali-kali merasa aneh saat Ghazam terus menyebutnya kakak.
"Kau bisa beristirahat selama beberapa puluh menit sampai pertemuan secara resmi akan dilakukan. Jangan khawatir, aku tetap akan menyerahkan posisi sementara itu untukmu. Kau bisa menjadi seorang CEO wanita yang seksi di perusahaan ini, Sheila," ucap Ghazam pada Sheila.
Mendengar hal itu Sheila memutar bola matanya malas.
Sekarang, mereka berdua tengah berada di dalam ruangan milik Ares. Di mana di ruangan itu masih terdapat ukiran nama Ares di atas meja, sebagai CEO di perusahaan.
Di mana sebentar lagi, ukiran kaca itu akan berganti dengan ukiran nama Sheila.
Terkadang, Sheila merasa tak percaya sendiri saat pada faktanya dia memang akan menjadi calon CEO tetap di perusahaan besar itu.
"Tidak hanya sementara, jangan lupakan keputusan Tuan Ares, Ghazam," ucap Sheila yang kini sudah terduduk sembari bersandar di kursi yang sebelumnya menjadi singgasana Tuan Ares.
Ghazam menatap Sheila dengan senyuman miringnya. Tak dapat dipercaya jika Sheila memiliki rasa percaya diri sebesar itu. Padahal, jelas Ghazam juga tidak akan menyerah begitu saja. Dia pasti akan merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya. Termasuk dengan seluruh harta milik Ares, kakak kandungnya sendiri.
"Nikmati saja waktumu saat ini, Sheila. Tapi, kalau kau memang bersikeras ingin menikmati semua kekayaan keluarga Headar, kau bisa tetap menjadi kakak iparku yang manis atau bahkan kau bisa berganti status sebagai istriku mungkin?" Goda Ghazam pada Sheila.
Tentu saja sebuah decihan lantas didengar oleh Ghazam. Decihan yang berasal dari mulut Sheila. Seilah wanita itu dengan jelas menolak apa yang dikatakan Ghazam di sana.
Untuk menikah dengan Tuan Ares saja rasanya dia cukup menyesal. Apalagi dengan menikahi Ghazam, adik dari Ares sendiri. Di mana keduanya sama-sama mirip dengan takaran kegilaan Ghazam yang pasti lebih besar. Ghazam itu jelas lebih gila daripada Tuan Ares.
"Jangan bermimpi! Tidak sudi aku menikah denganmu!" Tegas Sheila.
Lantas Ghazam terkekeh dibuatnya. Merasa lucu dengan respon yang telah diberikan oleh wanita itu di sana.
"Kau yakin? Jangan berkata seperti itu, kak. Kau tak pernah tahu apa yang akan kau alami nantinya. Sekarang kau masih kakak iparku, siapa tahu kalau tahun depan kau sudah menjadi ibu dari anak-anaku nantinya?" goda Ghazam sekali lagi.
Bukan hanya sekadar pembicaraan saja. Tapi, dengan Ghazam yang kini sudah mencondongkan tubuhnya pada Sheila. Di mana kedua tangannya bertumpu pada meja yang menjadi penghalang di antara mereka.
Sekali lagi Sheila mendecih dan menatap Ghazam dengan remeh. Jika saja tidak jorok, mungkin Sheila akan lebih memilih meludah ke sampingnya untuk merespon apa yang dikatakan adik ipar kurang ajarnya itu.
"Berhenti bertingkah menjijikan seperti itu, Ghazam. Itu sama sekali tidak akan membuatku menyerah padamu!" Seru Sheila dengan begitu yakin.
Bukannya benar-benar berhenti seperti permintaan Sheila. Kini Ghazam justru malah berjalan mendekat pada Sheila di sana. Di mana selanjutnya dia telah memutar kursi Sheila hingga memunggungi meja, dan menghadap pada Ghazam yang kini berdiri di hadapannya.
"Apa?!" Tanya Sheila seolah dia tak menakuti apapun. Bahkan, suaranya lebih terdengar seperti tengah menantang Ghazam di sana.
"Memangnya kau pikir aku bermain-main soal menjadikanmu ibu dari anak-anakku, Sheila?" tanya Ghazam yang sudah mendekatkan wajahnya pada Sheila di sana.
Tatapan matanya sudah menajam, dengan seringaian yang telah dia tunjukan pada wanita itu.
Sheila menelan ludahnya dengan susah payah. Tak dapat dipungkiri jika dia merasa gugup dan takut jika Ghazam berbuat nekat padanya. Namun, di sisi lain, Sheila berusaha menunjukan ketenangannya. Dia berusaha tenang agar tidak terlalu diremehkan oleh Ghazam.
"Memangnya kau pikir aku akan diam saja?!" Seru Sheila tak mau kalah atas apa yang dikatakan oleh Ghazam.
Mendengar hal itu, kini Ghazam malah tertawa. Tawa yang begitu ringan. Hingga selanjutnya, dia benar-benar sudah berada tepat di depan wajah Sheila hingga hidung mereka beradu satu sama lain. Bersamaan dengan hembusan nafas yang hangat yang bisa dirasakan oleh keduanya.
"Can you handle it? Aku ingin memiliki tujuh anak. Lucky seven," ucap Ghazam setengah berbisik. Masih dengan seringaian yang telah dia tunjukan oleh Ghazam pada Sheila di sana.
Membuat Sheila semakin bersusah payah untuk menelan ludahnya sendiri. Rasanya seperti dia mendapati tenggorokannya mengering begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
❦ℓυ𝘮ꪱׁηͦꫀׁׅܻ࿐
sabar y mbak shei 🤭
2024-11-03
0
❦ℓυ𝘮ꪱׁηͦꫀׁׅܻ࿐
eh buset bang nanggung gak 10 anak aja 🤣🤣😂😂
2024-11-03
0