Kecemburuan

"Lakukan pencegahan kehamilan. Kau bisa melakukan suntik atau meminum pil. Pokoknya, pastikan kau tidak hamil. Aku tidak mau semuanya kacau kalau sampai kau hamil kalau hubungan kita masih seperti ini. Kecuali, kalau kau mau menjadi istriku nanti."

Ghazam kemudian membenarkan pakaiannya. Dia juga sudah membersihkan sisa cairan di kejantanannya dengan menggunakan tisu. Begitu pula dengan Sheila yang sudah rapi terlebih dahulu. Di mana dia juga sudah kembali duduk dan mengistirahatkan tubuhnya karena merasa lelah setelah penyatuannya dengan Ghazam.

Sheila sendiri hanya merespon apa yang dikatakan Ghazam dengan sebuah anggukan. Dia juga mengerti tanpa harus diberitahu pria itu. Sebab, akan terlalu kacau kalau sampai dia hamil sekarang ini sekalipun Ghazam pasti bersedia menikahinya.

Karena yang menjadi masalah adalah, ini belum lama semenjak mendiang Ares meninggal. Jadi, akan terasa janggal kalau sampai dia hamil dan menikah dengan adik dari mendiang suaminya sendiri.

"Soalnya aku tidak mau memakai pengaman. Rasanya akan berbeda," tambah Ghazam kemudian.

sheila menoleh pada pria itu sesaat, sebelum akhirnya memutar bola matanya malas. Ghazam memang egois dan mementingkan dirinya sendiri. Yang dia inginkan hanyalah kepuasan, itu saja. Tanpa dia ingin membuat Sheila nyaman atau tidak.

Jujur saja Sheila memang merasa seperti pemuas nafsu pria itu. Meski pada kenyataannya memang sudah seperti itu.

Hal buruknya, dia sendiri yang sudah menyetujuinya. Penawaran pria itu yang pada akhirnya dia setuju.

"Tolong selesaikan pekerjaanku, aku lelah," perintah Sheila pada Ghazam.

Kini dia lebih memilih untuk bersandar pada kursi kerjanya, dengan mata yang terpejam. Dia sendiri sengara mengabaikan apa yang dikatakan oleh Ghazam sebelumnya. Lebih baik mengalihkan pembicaraan pada pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini juga. Mengingat sejak awal itulah tujuan Sheila hingga nekat memanggil pria itu kemari.

Menatap Sheila yang terpejam dan terlihat begitu lelah, Ghazam hanya tersenyum tipis saat melihatnya. Satu kecupan juga dia daratkan pada bibir Sheila dengan singkat.

"Tentu, akan aku selesaikan dengan cepat. Beristirahatlah, kau pasti lelah," ucap pria itu dengan cukup lembut.

Sheila membuka matanya kembali. Dan dia sudah mendapati Ghazam meraih kursi di seberang meja untuk ditempatkan di samping Sheila. Hingga dia meraih beberapa berkas yang ada di atas meja. Dengan raut wajah serius yang sudah dia perlihatkan saat menatap beberapa berkas tersebut.

Sheila memperhatikannya. Meski menyebalkan, tapi Ghazam dapat diandalkan. Pria itu juga terlihat tak main-main saat mengerjakannya. Jujur saja, dia sedikit kagum saat melihat pria itu di sana.

"Aku kira, kau tidak akan pernah bisa serius seperti itu," ucap Sheila pelan sembari terus menatap Ghazam yang berada di sampingnya itu.

Ghazam sedikit menyunggingkan senyumnya. "Demi kau," ucapnya sembari terkekeh pelan.

Lantas Sheila pun mendecih. Ya, satu omong kosong lain yang dia dengar dari pria di sampingnya.

"Tidurlah. Aku akan membangunkanmu kalau semua ini sudah selesai," ucapnya sekali lagi dengan cukup lembut.

Sekali lagi Sheila kembali cukup terkejut dengan sikap pria itu di sana. Rasanya jarang sekali dia bersikap lembut seperti itu. Karena yang dia tahu, selain kelicikan yang ditunjukan Ghazam, pria itu hanya menunjukan sikap kasarnya. Sikap pemaksanya, dan sikap egoisnya. Semuanya tentang sikap yang negatif.

"Hm, kalau begitu aku akan tidur," ucap Sheila kemudian.

Ya, dia lebih baik tidur sejenak karena dia benar-benar merasa lelah sekarang. Biarkan Ghazam yang menyelesaikan semua pekerjaannya.

***

Jam sudah menunjukan pukul lima sore. Sheila baru saja terbangun dari tidurnya.

Tidak lagi berada di kursi kerjanya, Sheila justru malah mendapati dirinya terbangun di atas sofa yang ada di ruangannya. Tidak hanya itu, begitu Sheila mengedarkan pandangannya. Dia sama sekali tak dapat menemukan Ghazam di sana. Membuatnya lantas terduduk di sofa tersebut untuk mengumpulkan kesadarannya.

"Permisi, Nona Sheila. Aku ingin mengantarkan berkas ini," ujar seorang wanita yang baru saja mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan tersebut. "Tadi Tuan Ghazam menyuruhku menyimpannya di meja saja."

Sheila lantas menganggukkan kepalanya. Dimana kepalanya juga sudah menunjuk pada meja kerjanya. Mempersilahkan wanita itu untuk menyimpan berkas tersebut di atas meja.

"Sekarang, dimana Ghazam?" tanya Lyra kemudian.

Suaranya terdengar cukup serak. Suara khas bangun tidurnya.

"Ah, itu. Beberapa menit yang lalu Tuan Ghazam pergi dengan sekretaris mendiang Tuan Ares sebelumnya. Nona Bianca," ujar wanita itu menjelaskan.

Sheila lantas mengernyitkan dahinya. Ya, dia tahu sedikitnya tentang Bianca. Wanita cantik yang sempat menjadi sekretaris Ares sebelum akhirnya berhenti sehari sebelum Ares meninggal. Tapi, bagaimana bisa wanita itu ada di kantor ini lagi? Dan lagi, dia dikatakan telah pergi bersama dengan Ghazam?

"Baiklah, terima kasih," ucap Sheila pada wanita itu dan kembali mempersilahkannya untuk keluar dari sana.

Sheila pun berusaha mengenyahkan rasa penasarannya soal Bianca dan Ghazam serta hubungan apa yang keduanya miliki. Dia lebih memilih bangkit dari sofa tersebut untuk bersiap pulang. Bagaimana pun jam kerja sekarang sudah habis.

Melihat mejanya sudah rapi Sheila pun berasumsi jika Ghazam sudah benar-benar menyelesaikan pekerjaannya. Apalagi, saat dia juga sudah pergi bersama Bianca tanpa membangunkan Sheila.

"Tidak, Sheila. Itu bukan urusanmu!" Gumam Sheila pada dirinya sendiri.

Dia berusaha mengingatkan dirinya sendiri agar tidak terllau penasaran akan apa yang dilakukan Ghazam sekarang dengan sorang wanita seperti Bianca.

Sheila kini telah meraih tas miliknya setelah memastikan penampilannya tidak terlalu berantakan. Dia juga bersiap berjalan keluar dari ruangannya. Sebelum akhirnya, pintu itu terbuka sendirinya dengan seorang pria yang kini menatapnya terkejut.

Itu Ghazam.

"Oh, kau sudah bangun?" tanya Ghazam dengan satu alis yang sudah terangkat.

"Ya, baru saja," jawab Sheila singkat. Dia masih sedikit merasakan kantuknya sekarang.

"Mau pulang sekarang?" tanya Ghazam pada Sheila di sana. Dia melihat sang wanita sudah membawa tasnya.

Sheila kemudian menganggukkan kepalanya. Dia mengiyakan pertanyaan Ghazam di sana. "Iya, sudah selesai juga bukan? Sudah sore juga, waktunya pulang," ucap Sheila padanya.

Kali ini giliran Ghazam yang menganggukkan kepalanya. "Ayo, pulang bersamaku."

"Bukankah kau sedang bersama seseorang sebelumnya?"

Sekali lagi Ghazam menganggukkan kepalanya. "Ya, tapi dia sudah pulang."

"Baiklah."

Ada beberapa pertanyaan yang hendak Sheila lontarkan padanya di sana. Akan tetapi, dia lebih memilih untuk memendamnya. Dia juga tidak mau kalau Ghazam malah salah tangkap jika dia menanyakan hal itu. Yang ada, nantinya pria itu malah besar kepala.

"Bianca, mantan sekretaris kakakku akan bekerja lagi di sini. Dia akan menjadi sekretarismu," ucap Ghazam sembari berjalan berdampingan dengan Sheila keluar dari ruangannya.

Sheila lantas menghentikan langkahnya kemudian. Dia menatap Ghazam terkejut dengan kedua alis yang sudah terangkat dan menatapnya penuh tanya.

"Bukannya dia sendiri yang mengundurkan diri? Kenapa malah mau bekerja lagi di sini?" tanyanya.

Bukan tanpa alasan, sebab sebelumnya dia juga mendengar dari Ares kalau Bianca tiba-tiba berhenti bekerja hingga membuat Ares marah-marah sebelum pernikahan mereka karena hal itu. Sheila sendiri juga sempat terkena kemarahan Ares saat itu.

"Ya, tapi dia belum menemukan pekerjaan baru. Dia harus kembali bekerja di sini. Kasihan dia, aku juga tidak tega kalau menolaknya," ucap Ghazam kemudian.

Hal itu lantas membuat Sheila semakin bertanya-tanya dengan apa sebenarnya hubungan Ghazam dan Bianca. Rasanya, seperti mereka berdua memiliki hubungan yang cukup akrab satu sama lainnya.

"Apa hubunganmu dengannya?" tanya Sheila pada akhirnya pada Ghazam. Dengan tatapan menyelidik yang sudah dia tunjukan pada pria di hadapannya.

Alih-alih menjawab pertanyaan Sheila, Ghazam malah menyunggingkan senyuman miringnya pada wanita utu. Kemudian kembali melanjutkan langkahnya dengan perlahan.

"Kau tak perlu tahu. Kecuali kalau kau memang cemburu padanya," ucap Ghazam sedikit meremehkan Sheila di sana.

Membuat wanita itu menghela nafasnya dalam dengan tangan yang sudah mengepal di samping tubuhnya sendiri.

Cemburu? Tidak mungkin!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!