Curhat

Viona masih menanti jawaban bocah dihadapan nya, ia masih tidak bisa beranjak karena pinggang nya yang direngkuh kuat oleh Saga, Saga menelusuri wajah indah dihadapannya dengan mata tajam nya, menyimpan setiap inci pahatan indah yang telah Tuhan ciptakan dalam otak dan hati nya.

"Tak semudah itu Tante, apa Tante akan berpikir aku akan pergi dan menjauh, dalam mimpi saja aku gak akan melakukan nya, sekali aku mencintai aku akan mempertahankan orang itu dan akan memastikan dia menjadi milikku, akan aku pastikan Tante menjadi milikku selamanya." Saga mengucapkan dengan nada serius begitu pun dengan wajah nya, namun Viona malah tertawa tertahan membuat Saga mengerutkan alis nya tidak mengerti.

"Kamu lucu sekali, sudah jangan ngaco, pulang sana, kamu bikin aku sakit perut, dasar bocil dibilangin serius malah menggombal tak jelas, wajah mu gak pantes serius seperti itu, bikin ketawa saja, sudah lepas aku mau masuk, ingat ya jangan datang-datang lagi, belajar yang bener, bocil seperti mu bukan tipeku, sudah pulang sana makasih sudah diantar." Viona melepaskan diri dari rengkuhan tangan Saga. Sedangkan Saga berdecak kesal ia hampir frustasi mendengar ucapan Viona, wajah tampannya tidak berfungsi, apa kata Tante cantik nya ia bukan tipenya, Saga masih terus memandangi punggung Viona yang berjalan menjauh menuju pintu rumah, hingga tubuh itu menghilang dari balik pintu, namun Saga masih belum beranjak dari sana masih terus memandangi pintu rumah Viona seakan gadis itu masih berada disana, tidak lama keluar desahan berat dari bibir Saga, ia mengacak rambutnya dan menaiki motor nya meninggalkan tempat tersebut.

               *

Saga memasuki rumah dengan wajah lesu, membuat sang ibu heran.

"Rey.." panggilan sang ibu membuat langkah nya terhenti, ia pun menunggu sang mami mendekat.

"Kenapa wajahmu ditekuk begitu?" tanya sang mami mengerutkan dahinya menatap sang putra heran, Saga tidak menjawab ia hanya menghela nafas kasar semangat nya hilang.

"Jangan bilang kau habis ditolak cewek?" ucap mami Saga tepat sasaran, membuat Saga semakin lesu, apa wajah nya begitu terlihat seperti itu hingga mami nya saja bisa menebak pikir nya, melihat anak nya tidak menjawab Bu Elisa seketika tertawa sembari memukul pundak sang putra karena gemas.

"Gak lucu mi.." ucap Saga berjalan menuju sofa ruang tengah dan duduk disana dengan wajah kesal karena sang mami tak henti menertawakan nya.

"Astaga putra mami yang ganteng seperti ini ditolak cewek?.." kembali Bu Elisa tergelak ia sungguh tidak bisa menahan tawa nya melihat kenyataan yang nyata dihadapan nya sang putra yang selalu dikejar gadis-gadis cantik diluar sana kini malah ditolak seorang gadis yang entah seperti apa rupanya, Bu Elisa seketika menghentikan tawanya dan duduk disamping sang putra tercinta.

"Katakan sama mami seperti apa rupa cewek yang berani menolak putra kesayangan mami ini," Bu Elisa bertanya penuh ingin tahu sembari memandang sang putra. Saga langsung terdiam bingung, antara jujur atau tidak kepada mami nya.

"Ayo katakan," bujuk Bu Elisa tidak sabar, Saga menghela nafas sejenak.

"Gak ah nanti mami menertawakan Saga dan juga gak setuju dengan pilihan Saga." seketika Bu Elisa menautkan alis nya.

"Mami janji gak akan melakukan itu," ucap Bu Elisa memasang wajah serius. Kini gantian Saga yang memasang wajah tidak percaya, karena ia tahu seperti apa sifat mami nya.

"Mami serius." ucap Bu Elisa sungguh-sungguh ia akan menerima siapa pun wanita yang dicintai sang putra, Saga terdiam.

"Em.. Nama nya Tante Viona." mendengar Saga memanggil wanita yang dicintai dengan sebutan Tante membuat otak Bu Elisa bekerja keras Tante-tante seperti apa yang dicintai sang putra apakah seumuran dengan dirinya membayangkan itu membuat Bu Elisa bergidik ngeri.

"Tante Viona?" tanya Bu Elisa akhirnya dengan wajah bingung.

"Eh, itu panggilan kesayangan aku pada Viona mi, ya walau umur kami memang berbeda dan karena perbedaan itu ia menolak ku." ucap Saga akhir nya.

"Tapi Saga benar-benar mencintai nya mi," Saga dengan cepat meraih telapak tangan maminya dan menempel kan ke dadanya. Bu Elisa merasakan denyutan jantung sang putra yang menggila, Bu Elisa menatap Saga penuh iba hanya menceritakan tentang wanita itu bisa membuat jantung sang putra berdentum keras, apa kabar bila berdekatan, Bu Elisa semakin penasaran dengan wanita yang bernama Viona itu.

"Cerita kan seperti apa wanita itu pada mami, hingga mampu membuat putra mami yang paling tampan ini tergila-gila." Saga tersenyum dan mulai menceritakan awal mula mereka bertemu dengan wajah berseri, bahkan Bu Elisa terbahak saat ada hal lucu yang Saga cerita kan tentang Viona, akhirnya Saga selesai menceritakan semuanya. Dan mengeluarkan ponselnya menunjukan foto Viona yang tersenyum sangat cantik dan begitu manis, Bu Elisa tersenyum menatap sang putra, ia berpikir pantas putra nya tergila-gila dengan Viona, dari pandangan Bu Elisa Viona memiliki aura yang sangat positif pantas untuk menjadi menantu nya.

"Bagaimana pendapat mami?" tanya Saga tidak sabar, Bu Elisa menatap putra nya sembari seperti berpikir keras menimbang keputusan nya. bu Elisa menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan membuat Saga semakin tidak sabar.

"Kejar, dan jangan menyerah jadikan gadis itu menantu mami." mendengar itu Saga langsung memeluk ibu nya erat,, hatinya sangat bahagia setidaknya dengan dukungan mami nya membuat Saga tidak khawatir dengan apa yang akan ia perjuangkan.

"Makasih mi.. dukungan mami sangat berarti buat Saga, akan aku buat Tante cantik jatuh cinta dan mau menerima Saga jadi suami nya." Bu Elisa yang mendengar ucapan Saga tertawa terbahak-bahak.

"Mami ngeledek terus katanya gak mau ngetawain, buktinya dari tadi ketawa Mulu, puas lihat anak nya menderita." dengus Saga mengurai pelukan nya.

"Eh, ngapain kamu peluk-peluk istri papi anak nakal." tegur pak Cakra yang sedari tadi sudah datang tanpa mereka sadari berdiri tidak jauh dari mereka, Saga hanya memutar bola matanya malas mendapat teguran dari papinya yang bucin akut kepada mami nya.

"Masalahnya dimana?" tanya Saga malas bukankah dia ini anak nya.

"Masalah nya, dia ini istri papi, gak boleh kamu peluk-peluk begitu." sanggah pak Cakra tidak mau kalah.

"Aku ini anak nya lo Pi.. Emang aku bukan anak papi?" jawab Saga jengkel.

"Hanya anak ya, yang berhak itu papi suami nya." Saga sudah hendak membalas namun sang mami sudah menjewer telinga suami nya.

"Astaga kalian ini seperti anak kecil, bikin pusing saja." ucap Bu Elisa jengkel sekali melihat mereka akhir-akhir ini selalu berdebat seperti anak kecil.

"Sayang telinga ku sakit." rintih pak Cakra dengan suara memelas untuk dilepaskan sembari memegangi tangan istrinya.

"Biar saja kebiasaan selalu gak mau ngalah sama anak bikin kesel saja, ayo masuk kamar." perintah Bu Elisa sembari menarik tangan suaminya dan belum melepaskan tangannya dari telinga sang suami, Saga terkekeh senang melihat penderitaan papinya.

"Jangan ketawa kamu bocah, nanti kamu juga akan merasakan hal yang sama kalau sudah jadi suami bucin." cibir pak Cakra sembari tersenyum miring mengejek sang anak. Saga langsung terdiam, dan tidak lama tersenyum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!