Motor yang dinaiki kedua nya tiba-tiba melambat membuat Viona melepaskan pelukan di pinggang sang adik.
"Kenapa Al?," tanya Viona heran.
"Itu sepertinya teman kakak," jawab Alvaro yakin, Viona memiringkan tubuhnya agar bisa melihat orang yang ada sedikit jauh didepan nya, dan benar ia melihat Devi sedang berkacak pinggang disamping mobil nya.
"Ia Al, itu Devi minggir gih." pinta Viona menepuk pundak sang adik pelan, Alvaro pun mengikuti kemauan kakak tercinta, ia tidak begitu akrab dengan sahabat kakak nya, hanya sering melihat Devi datang kerumahnya jadi dia hapal dengan gadis berwajah cantik dan juga bar-bar itu, melihat ada sepeda motor mendekat Devi memasang wajah waspada, namun ia langsung tersenyum melihat siapa yang turun dari motor tersebut.
"Aaaa.. Besti gue, kirain siapa, udah waspada aja aku, habis yang di depan gak keliatan wajah nya,". sambut Devi heboh seperti biasanya, Viona langsung menonyor kepala Devi gemas.
"Bilang aja Lo takut, ngapain lo berdiri dipinggir jalan udah kayak orang cari mangsa aja," ledek Viona yang langsung membuat Devi cemberut.
"Sekate - kate lo jadi teman, mobil gue mogok anjir, tadi nelpon sopir bokap tapi gak diangkat -angkat.
"Trus lo pulang sama apa,?”
“Belum tahu lagi,” jawab Devi, Viona melirik ke sang adik yang dari tadi diam.
“Al..”panggil Vio menepuk pundak sang adik, Alvaro menoleh, menatap sang kakak tak mengerti.
“Antar Devi ya, rumah kita sudah dekat aku naik ojek aja, kasian Devi rumahnya masih jauh.” pinta Viona kepada sang adik yang mengernyitkan alisnya.
“Gak usah Vio, aku pulang sendiri aja, aku pesan taksi aja,” sela Devi tidak enak karena merepotkan temannya, apa lagi adiknya yang selama ini walau sering kerumah sang teman mereka jarang sapa.
“Gak ini sudah malam, lo harus nurut, nih gue sudah panggil mang mamat langganan ku sebentar lagi datang.” Vio tak mau kalah dan Devi hanya bisa pasrah melirik kearah Alvaro yang berdiri tegap tak jauh darinya. Tak lama mang Mamat datang dengan senyum khasnya.
“Gue pulang dulu, Al, antar sampai rumah awas kalau sampai gak,’’ ancam Viona kepada adiknya, Alvaro hanya memutar bola matanya malas.
“Vio makasih..” ucap Devi sungguh-sungguh, Vio hanya mengangguk memeluk sahabatnya sejenak dan pergi naik ke boncengan mang Mamat, setelah kepergian Vio Devi jadi kikuk sendiri berhadapan dengan Alvaro, sampai Alvaro memakaikan helm dikepala Devi, jantung Devi berdetak kencang dengan tiba-tiba ia mendongak menatap wajah tampan Alvaro yang begitu dekat bau parfum maskulin Alvaro serasa menyihirnya, ia mengerjab tak tahu harus apa, gaya bar-barnya serasa mati kutu dihadapan bocah belia yang sok cool dihadapannya.
“Ayo..” ajak Alvaro singkat membuat Devi gelagapan mengikuti langkah Alvaro ke motor nya, untung saja ia memakai celana malam ini kalau gak, bisa dipastikan ia akan mati gaya naik motor Alvaro yang tinggi pikirnya, diperjalanan Devi semakin canggung karena Alvaro hanya diam saja, ia sendiri juga bingung mau ngomong apa, sampai ia terkejut saat sebuah tangan menarik pergelangan tangannya.
“Pegangan, aku mau ngebut,” ucap Alvaro singkat dan setelah itu ia menggeber motornya membuat Devi seketika melingkarkan kedua tangannya, jantungnya semakin berdebar menggila.
“Sial, emang anak SMA jaman sekarang semuanya bertubuh tegap seperti ini, nyaman lagi,” gumam Devi lirih dan ia merutuki ucapannya karena sudah mengagumi adik sahabatnya, bisa kena tabok dia sama Vio sampai ia tahu memuji adiknya. Devi sendiri bingung bagaimana adik sahabatnya ini tahu alamat rumahnya padahal ia ingat betul tadi belum memberi alamat rumah kepada Alvaro motor itu berhenti tepat didepan rumah orang tua Devi, orang tua Devi yang belum tidur mendengar suara motor yang sedikit nyaring itu berhenti tepat didepan rumah mereka langsung bergegas keluar, dari depan pintu mereka bisa melihat anaknya diantar oleh seorang pemuda, ayah Devi langsung tersenyum senang.
“Dev, ajak masuk pacarnya.” teriak papa Devi bersemangat.
“Mati aku, pasti papa mengira Alvaro pacar ku, aduh gimana ini,” ucap Devi lirih yang masih didengar oleh Alvaro, pak Hakim kembali berteriak menyuruh mereka untuk segera masuk.
“Al, cepat pulang, aku gak mau ya kamu dapat masalah,” ucap Devi panik, Alvaro hanya memicingkan mata, menatap kearah pak Hakim yang melambai kearahnya menyuruh mereka masuk, tanpa Devi kira bukannya Alvaro pergi cowok itu malah melangkah masuk ke halaman rumah mewah itu.
“Al!” teriak Devi semakin panik menyusul langkah Alvaro.
“Al, balik, bisa gawat,” peringat Devi menarik lengan Alvaro.
“Gak sopan orang tua manggil diacuhkan, ayo..” Alvaro kembali melangkah, Devi hanya bisa menepuk jidatnya, kepalanya mendadak pusing tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi.
“Malam om..” sapa Alvaro yang langsung menyalami pak Hakim dengan sopan bergantian dengan mama Devi pak Hakim tersenyum senang dengan kesopanan pemuda dihadapannya.
“Ayo masuk.. kita ngobrol sebentar.” Alvaro hanya mengangguk mengikuti pak Hakim yang melangkah masuk keruang utama rumah itu, duduk di sofa panjang itu, disusul Devi dengan muka nelangsa menatap Alvaro, Alvaro yang melihat itu jadi bertanya-tanya kenapa wajah sahabat kakaknya itu jadi penuh beban.
“Jadi kamu pacar anak saya?” todong pak Hakim langsung membuat Devi dan Alvaro langsung saling tatap dengan penuh keterkejutan Devi terkejut karena papanya yang langsung bertanya seperti itu, sedangkan Alvaro shock karena mendapat pertanyaan yang tak pernah terlintas dibenaknya.
“Pa..”
“Diam kamu, aku bertanya sama dia, keliatannya masih sangat muda, tapi ya gak papa lah kalau jadi calon suami kamu, papa setuju aja, dari pada kamu gak nikah-nikah.”
“Pa!..” protes Devi frustasi mendengar ucapan papanya yang sangat tidak masuk akal, seperti dirinya tidak laku saja. Alvaro yang mendengar ucapan itu semakin heran, namun otaknya mencerna apa yang diinginkan orang tua dari teman kakak nya itu, apa lagi melihat wajah cantik teman kakaknya yang terlihat frustasi dan tertekan membuatnya ingin tertawa.
“Ayo jawab anak muda apa kamu pacar anak saya?” tanya pak Hakim kembali karena belum mendapat jawaban.
“Iya, saya pacar anak om.” jawab Alvaro tegas, membuat Devi yang mendengarnya melongo otaknya seketika berhenti berfungsi, apa lagi melihat wajah Alvaro yang terlihat serius menjawabnya.
“Astaga adik dan kakak sama gilanya,” batin Devi rasanya ia ingin sekali menyeret adik sahabatnya itu untuk keluar karena bukan menghilangkan masalah jawaban Alvaro semakin menambah masalah baginya.
"Akhirnya kita akan mempunyai mantu pa, mana cakep lagi,” seloroh mama Devi penuh bahagia, pak Hakim mengangguk memandang Alvaro yang ada dihadapannya, ia akui pemuda yang ada dihadapannya sangat tampan, mata tajam alis tebal dan rahang yang tegas, serta rambut yang lurus serta bibir tipis yang berwarna pink menandakan kalau pemuda dihadapannya tidak merokok.
“Jadi kamu sekarang kerja apa nak, oh iya nama mu siapa, om sampai lupa menanyakan nama mu saking bahagianya,”
“Nama saya Alvaro, dan saya masih sekolah,” jawab Alvaro singkat, membuat kedua orang tua itu terkejut bukan main.
“Maksudnya masih sekolah..” tanya pak Hakim terbata, Devi mengurut pelipisnya, ia sudah menebak apa yang akan terjadi selanjutnya papanya pasti akan langsung mengusir Alvaro.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments