Bodyguard kecil

Devi menatap Viona kesal karena tidurnya terganggu, sedangkan yang ditatap gantian menatap Devi penuh penasaran.

“Eh curut, lo beneran gak ingat? Atau pura-pura gak ingat?” tanya Devi jauh lebih penasaran melihat tingkah Viona.

“Ingat apa? yang aku ingat aku makan bareng Rendi terus kepala ku pusing dan Rendi mau mengantar ku pulang, trus..” Viona mencoba mengingat nya ia ingat Rendi membawanya ke kamar ini.

“Rendi membawaku kesini, aku tidak diapa-apain kan?” Viona dengan gusar bertanya dan memeriksa seluruh tubuhnya.Devi membulatkan kedua matanya geram mendengar penjelasan dari Viona bahwa apa yang dikatakan Saga benar.

“Kan gue dah bilang ma elo curut, jangan lagi sama Rendi, bebal sih, lo tau gak lo tadi malam itu mau dilecehkan sama buaya darat itu, lo gak ingat, untung aja ada Saga kalau gak, habis lo udah bunting anak tuh buaya.” cerocos Devi tanpa filter membuat Viona membulatkan kedua matanya tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Devi.

“Serius, gak bohong, kok aku gak ingat,” kaget Viona masih dengan wajah serius.

“Gimana lo mau ingat, orang lo dikasih obat jahanam ma tuh buaya darat.”

“Astaga, terus aku gak diapa-apain kan ma dia,”

“Lo merasa diapa-apain gak, ada yang aneh gak?” Viona mulai mengerakkan tubuhnya, gak ada yang berbeda, namun ia merasa bibirnya sedikit tidak nyaman.

“Gak ada sih, Cuma bibirku terasa lain,” sembari mengusap bibirnya yang sedikit bengkak akibat ia berciuman dengan Saga.

“Bibirku kok sedikit bengkak,” Viona meraba bibirnya lagi bahkan ia turun dari ranjang menuju cermin tempat berhias yang ada dalam kamar hotel, melihat bibirnya yang memang benar sedikit bengkak.

“Beneran sedikit bengkak Dev, kenapa ya, apa mungkin efek obat itu,” tanya Viona yang tak paham, Devi sudah mau tertawa melihat tingkah sahabatnya yang polos, ia jadi ingat apa yang dikatakan oleh Saga, Devi jadi membayangkan bagaimana ganasnya mereka tadi malam berciuman.

“Iya mungkin saja, aku juga tidak tahu,” bohong Devi karena Saga menyuruh menyembunyikan faktanya andai Viona tidak mengingatnya, karena Viona memang benar-benar tidak mengingatnya jadi Devi juga setuju dengan saran Saga agar Viona tidak malu kalau ketemu dengan Saga nantinya, dalam hati Devi meminta maaf pada sahabatnya itu karena telah berbohong.

“Aku gak pamit sama Abah pasti abah marah sama aku Dev, aduh gimana ini.” Viona panik bukan main, Devi yang melihat itu hanya tertawa.

“Kok kamu malah tertawa sih Dev seneng kamu kalau abah marah sama aku, bisa dicoret aku dari daftar keluarga,” gerutu gadis itu panik sembari mondar mandir.

“Vio, udah gak usah panik gitu, gak ada yang akan dicoret dari kartu keluarga, gue udah izinin lo sama abah, jadi tenang ya,” ucap Devi menenangkan sahabatnya yang sedang panik.

“Beneran?, gak bohong kan?.” Devi mengangguk membuat Vio tertawa senang dan kembali meloncat keatas ranjang memeluk Devi.

“Kamu memang sahabat terbaik,” Devi terkekeh mendengarnya, akhirnya mereka bergantian mandi untuk segera meninggalkan tempat itu.

...****************...

Didalam ruangan yang megah terdengar obrolan yang hangat diantara sepasang suami istri yang membahas sang anak yang bersikap aneh akhir-akhir ini.

“Pi, Rey kenapa sih akhir-akhir ini suka sekali bawa motor?” tanya perempuan setengah baya yang masih terlihat cantik diusianya.

“Lagi seneng aja kali Mi, emang kenapa ada yang salah gitu.” tanya pria itu sembari melirik sang istri sekilas dan kembali melihat Laptopnya.

“Ya gak ada sih, cuma heran aja, sejak pulang dari luar negeri kan papi tahu Rey tak suka naik motor yang katanya panas.

“Ya sudah biarkan saja Mi yang penting dia suka dan tidak menganggu sekolahnya.”

“Bagaimana kalau kita jodohkan Rey dengan anak temen papi anak pak dimas si Tasya, ia cantik sudah gitu pinter,” Pak Cakra menghentikan aktifitasnya memandang istrinya serius.

“Mi, Rey itu masih sekolah, jangan sampai ia kabur lagi hanya gara-gara obsesi mami yang gak jelas itu.” Pak Cakra memperingati.

“Pi, Rey itu udah besar, udah waktunya nikah, mami juga sudah pengen punya cucu.” rengek bu Elisa kepada suaminya.

“Rey itu masih sekolah Mi, sudah ya papi gak mau dengar acara jodoh-jodo han, anak mami itu tampan bisa cari sendiri pacar.” tolak pak Cakra tegas, orang tua Saga memang memanggil Saga dengan panggilan Rey karena itu panggilan dari Saga kecil.

“Bisa cari pacar, buktinya sampai sekarang gak pernah tuh bawa cewek, mami kan takut anak kita belok Pi.” gerutu bu Elisa yang mendapatkan decakan dari pak Cakra karena tak habis pikir istrinya berpikir seperti itu, namun ia tak menanggapi karena ia yakin anaknya pria tulen. Sedangkan orang yang dibahas muncul dengan senyum riangnya.

“Pagi, Mi, Pi” sapanya Full senyum membuat kedua orang tuanya saling pandang kesambet setan mana anaknya terlihat begitu senang, biasanya juga selalu berwajah dingin dan datar, mereka saling sikut.

“Pagi anak mami, tumben udah ganteng, mau kemana?” tanya Bu Elisa menyelidik.

“Mau ketemu temen.” jawab Saga masih dengan senyum mengembang di bibir, apa lagi mengingat sebentar lagi akan bertemu sang pujaan hati.

“Tapi kelihatannya kok bahagia banget, temen apa temen nih,” bu Elisa masih tidak mau menyerah mengintrogasi anak semata wayangnya, Saga hanya kembali tersenyum.

“Pamit Mi, Pi..” kali ini Saga mencium kedua telapak tangan papi, maminya membuat kedua orang tua itu melongo tak percaya karena Saga tak pernah melakukannya.

“Anak mu benar-benar kesambet Pi,”

“Hust, sembarangan kalau ngomong.” mereka berdua memandang Saga penuh tanya sementara Saga hanya cuek saja menuju motor kesayangannya karena motor itu menjadi sejarah ia berkenalan dengan tante pujaan hatinya, Saga kembali tersenyum mengingat gadis yang ia cintai, apa lagi mengingat kejadian tadi malam membuat senyumnya tak pudar dari wajahnya. Sebelum ia naik motor ponselnya berbunyi, tertera disana nama asistennya.

“Ya halo,”

“Tuan muda apa yang tadi malam kita bahas jadi direalisasikan?” tanya suara pria dari ponsel itu menanyakan.

“Iya, kerjakan sesuai yang kita rencanakan tadi malam.” jawab Saga datar.

“Baik tuan muda.” sambungan terputus. Saga kembali naik keatas motornya tujuannya satu ingin ketemu dengan Viona, ia tadi sudah menelpon Devi dan Devi sudah menjelaskan semuanya kalau Viona juga sudah ia antar pulang kerumahnya, motor itu melaju dengan kecepatan kencang menuju rumah sederhana milik keluarga Viona tak lama Saga sudah sampai dihalaman rumah yang tertata rapi dan kelihatan sangat asri, Saga turun dari motor dengan percaya diri mengetuk pintu, dan tak lama dibuka dari dalam keluar seorang pemuda yang tak alain adalah Alvaro melihat tajam kearah Saga dengan tatapan menyelidik, Saga tersenyum menampilkan gigi putih dan rapinya kearah Alvaro.

“Ta.. Eh Vio nya ada?” tanya Saga hampir kelepasan memanggil Vio dengan panggilan Tante.

“Mau apa lo nyari kakak gue?” jawab Alvaro sedikit tegas, sebagai seorang adik laki-laki ia wajib menjaga kakaknya agar tidak salah bergaul terlebih dengan pria dihadapannya yang nota bene seusianya ia tak mau sang kakak hanya dipermainkan saja.

“Mau ngajak jalan,” jawab Saga enteng.

“Jalan?, kagak sudah pulang sana, gue gak mau ya kakak gue deket-deket ma bocah kemaren sore, nanti cuma lo manfaatin doang kakak gue,” sinis jawaban Alvaro membuat Saga menatap tajam kearah Alvaro.

“Lo pikir gue bercanda, kita kan temenan jadi gak masalah kan kalau gue ajak jalan kakak lo,” Saga memberi pembelaan atas tuduhan tak berdasar Alvaro.

“Kagak, gue tahu nih modelan cowok kayak lo, hanya mau tebar pesona doang, gak ada temen-temenan ma kakak gue, sekarang lo cabut deh angkat kaki dari sini, modelan mau temenan ma kakak gue gak selevel usia, mau mainin kakak gue doang.” oceh Alvaro sebal, Saga yang tadi sudah semangat empat lima jadi mendengus kesal karena keinginannya ngajak jalan tante cantik yang menghiasi ruang hatinya tidak tercapai gara-gara bodyguard bocil milik sang tante, ia harus memutar otak agar Alvaro mau menerimanya, dan mengizinkannya bertemu Viona.

“Aku gak bercanda lo, ya sudah kalau gak boleh setidaknya kita bisa berteman, kita kan satu angkatan mungkin lo kelas berapa?” tanya Rega mengalihkan pembicaraan.

“Dua belas.” jawab Alvaro singkat.

“Wiih... sama kita, biasa nongkrong dimana bisa dong kita sekali-kali bareng atau kita tukeran motor biar asik,” Alvaro malah menatap Saga curiga.

“Lo mau nyogok gue,” Alvaro langsung kepada intinya, membuat Saga tak bisa berkutik, andai bukan adik Viona udah ditendangnya dari tadi pemuda dihadapannya ini dari tadi karena menguras energi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!