Devi tertawa ngakak melihat wajah Saga yang kusut datang ke cafe yang mereka sepakati.
“Jadi?” Devi bertanya singkat.
“Jadi apa, gak jadi apa-apa aku diusir tuh sama adiknya, udah kayak bodyguard nya aja tuh adiknya lebih galak dari abah kayaknya,” lontar Saga frustasi membuat Devi semakin tergelak.
“Lo sih gak tahu Al itu sangat sayang sama Vio, mana mungkin lo boleh jalan ma kakak nya kalau ia merasa lo hanya akan mempermainkan tuh sang kakak tercinta, lagian yang jadi masalah usia lo sangat masih seumuran sama dia, dan yang ia tahu kakaknya kan sudah punya pacar, gimana sih elo.” jelas Devi sembari menyeruput jus tomatnya. Saga hanya mendengus kasar menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.
“Jadi hari ini aku gak bisa ketemu sama Tante cantik, Tante bawal gak bisa bantu nyuruh ayang aku kesini,” tanya Saga memelas ia sudah seperti seorang kekasih yang tidak bertemu dengan kekasihnya selama setahun saja, Devi menggeleng.
“Kenapa?”
“Saga, Vio butuh istirahat, besok saja elo ketemu sama Viona kan besok ia kerja,”
“Tapi besok aku,..” ucapan Saga terhenti dan langsung meminum es jeruk dihadapannya.
“Besok apa?”
“Gak papa, minta no Tante cantik kalau gitu,” Devi mengangguk dan memberikannya tanpa bertanya lagi, tak lama mereka pun berpisah, Devi mengendarai mobilnya menuju rumah karena sang ayah ingin bertemu, pagar rumah mewah tersebut terbuka begitu klakson mobil Devi berbunyi, dengan terburu Devi masuk kedalam rumah dan sang papa sudah menunggunya diruang tamu.
“Duduk,” perintah sang papa dengan wajah serius.
“Ada apa sih pa, serius amat kayaknya?” pak Hakim ayah Devi menghela nafas panjang sebelum bicara.
“Ada anak temen rekan bisnis papa yang ingin melamar kamu,”
“Uhuk,” Devi tersedak saliva nya sendiri mendengar apa yang diucapkan sang papa.
“Serius, Devi gak mau ya, jodoh-jodohin, Devi bisa nyari sendiri kali pa, anak papa ini kan cantik gak mungkin gak laku,” kilah Devi.
“Justru itu, banyak anak rekan bisnis papa yang ingin melamar kamu, papa sudah pusing selalu menolak mereka kalau kamu menikah kan sudah tidak ada yang ganggu kamu lagi, sekarang kalau kamu gak mau papa jodohkan tunjukkan pacar kamu mana?, dan segeralah menikah, Devi semakin tersedak mendengarnya, ia menggaruk kepalanya frustasi.
“Iya, nanti Devi kenalin ke papa, tapi kalau sekarang belum ya,”
“Papa tunggu dua minggu lagi kalau kamu belum punya calon kamu harus mau nerima calon dari papa,”
“Buset pa, mau cari calon laki apa cari aksesoris tuh waktu cuma dua minggu, gak mau sebulan ya, karena idaman Devi masih dingin belum cair, kayak es dalam freezer.” Ucap Devi asal padahal ia belum punya sama sekali target yang ia suka, melas sekali hidupnya jadi jomblo, pak Hakim mengangguk dan mereka sepakat, sedangkan sang ibu yang mendengar dari balik pintu hanya tersenyum melihat aneh tingkah sang suami dan sang anak yang seperti mencari mainan saja dalam mencari mantu.
“Apakah sudah deal?” tanya wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu,” Pak hakim mengangguk.
“Kalian ini ada-ada aja kelakuan, ya udah mama setuju aja asal jangan memaksakan diri,” ucap mama Devi pasrah.
“Ma, papa itu memaksa, Devi kan mau dapat suami yang cinta dan mencintai Devi, pake acara perjodohan segala,” gerutu Devi.
“Kalau tidak begitu kau tidak berpikir untuk menikah, papa sama mama itu sudah tua, umur kamu juga sudah dua lima ya, beda sama Vio yang masih dua puluh dua.” tegas pak Hakim mengingatkan.
“Jaman segini umur segitu masih muda Pa, papa gak gaul ah, jadi hanya mau ngomongin itu aja,” merengut Devi, pak Hakim mengangguk.
“Papa ah ganggu libur Devi aja, kirain ada hal penting apa, dah aku balik lagi, mau ketemu temen lagi,”
“Kamu gak makan dulu, mama masakin makanan kesukaan kamu,” bujuk sang mama dengan wajah memelas, membuat Devi tak tega.
“Iya deh, ayo makan, tapi mama juga makan ya,” Devi mengandeng tangan sang mama menuju ruang makan, sedang pak Hakim mengikuti dari belakang, sembari makan mereka sesekali bercanda dan membahas soal bisnis.
“Kamu tahu Dev, perusahaan Biantara group, sekarang semakin maju pesat tak terkendali semua perusahaan ingin menjadi rekan bisnisnya, namun sangat susah untuk bekerjasama dengan mereka karena anak mereka sangat pemilih dalam hal bekerjasama, bahkan kami tidak tahu siapa dan bagaimana raut wajah anak sang pemilik perusahaan Biantara group karena tidak mau terekspos, karena hanya wakilnya saja biasanya yang datang, papa jadi sangat penasaran.
“Trus hubungannya apa dengan Devi?”
“Ya gak ada, siapa tahu aja bisa jadi jodohmu,” Devi tergelak mendengar ucapan sang ayah yang mulai ngelantur bagaimana bisa mereka berjodoh sedangkan orangnya aja tak berwujud.
“Sudah deh Pa, gak usah aneh-aneh, wujudnya aja gak keliatan bagaimana ceritanya bisa berjodoh, dah, aku sudah selesai mau balik lagi kumpul teman-teman,” Devi berdiri dari duduknya dan mengecup pipi kedua orang tuanya dan kembali kabur menyisakan kedua orang tuanya yang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah sang putri.
Sementara Saga duduk termangu menatap ponselnya, tak ada pemberitahuan sama sekali, ia berharap tante cantiknya mengiriminya pesan.
“Kenapa lo Ga?” tanya seorang pemuda berwajah blesteran indonesia Jerman itu menatap Saga bingung, karena biasanya tu bocah banyak omong, yang ditanya hanya menggelengkan kepala.
“Sawan lo, kalau kesini hanya mau bermuram durja mending cabut deh lo sepet gue lihat muka lo yang ditekuk gitu.”
“Berisik, ganggu orang aja, gak tahu orang lagi galau.” Sungut Saga sembari cemberut.
“Udah kayak orang jatuh cinta aja lo, gaya lo bilang galau.”
“Kalau iya emang kenapa masalah buat kau.”
“Ha!” pemuda itu langsung menegakkan tubuhnya yang tadi berbaring, mengorek telinganya menatap Saga tak percaya.
“Serius lo?”
“Menurut lo.”
“Gila, seorang Saga jatuh cinta, anak sekolah mana, cantik dong pastinya?” tanya pemuda itu ingin tahu.
“Kalau aku bilang ia sudah gak sekolah gimana menurut mu Vid,” pemuda yang bernama David itu hanya menganga mendengar ucapan sahabatnya.
“Lo serius, gak sedang kesambet kan?,” Saga menggeleng.
“Vic, pasti tuh cewek cantik banget, sampe lo kepincut,” tebak David percaya diri.
“Iya, cantik, Ngee gemesin kalau lagi ngomong, udah gitu ia sangat bawel suka merajuk, kau tahu ia juga sangat cerdas, diusia 22 tahun ia sudah sarjana.
“What!, gila lo, mau jadi brondong, Lo mau jadikan tuh cewek pacarmu, wanita yang lebih dewasa,” sela David tak percaya.
“Gak usah banyak gacor ya, gue sumpahi lo dapat yang lebih tua dari aku, lagian tante cantik umurnya baru segitu cuma beda empat tahun belum tua, lagi manis-manisnya, jodoh itu bukan kamu yang ngatur tapi tuhan mau seperti apa jodoh kita, itu sudah ada garis penentu, kamu tahu, aku gak akan melepaskan tante cantik sampai kapan pun.”
“Asu lo ya nyumpahi temen sendiri, dasar temen laknat sedunia lo itu emang, lagian gue kan emang lebih tua dari lo, jadi gue bukan brondong ya, umur gue udah dua tiga, ma gebetan lo aja masih tua gue, jadi kayaknya lebih pantes ma gue dari pada ma lo.”
“Awas aja sampai lo tikung gue, gue hajar lo sampai lo gak bisa ngapa-ngapain lagi,” geram Saga yang menanggapi candaan David serius, membuat David tertawa terbahak.
“Slow bos, gak usah pake marah, sesama jomblo harus berbagi,” ledek David kembali membuat Saga membulatkan kedua matanya tak terima, dan langsung menyerang David, ia pura-pura mencekik sahabatnya itu, membuat David berteriak histeris.
“Ampun Ga, gue bercanda!” teriaknya mereka mulai gelut, dan saling bercanda, hingga deheman terdengar.
“Ehem!” mereka berdua menghentikan aksinya yang masih dengan posisi saling menindih, berbarengan mengarahkan kepala mereka mencari asal suara.
"Shiit.." gumam Saga dan David berbarengan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments