Rendi semakin terbakar emosi karena dapat teguran dari pak Hamka karena ia dengan terang-terangan menganggu Viona di jam kerja, terlebih sekarang ia melihat Viona yang sudah dijemput sama bocah tengil yang berani melawannya, sementara Saga tersenyum tengil melihat Viona yang berjalan kearahnya bersama sahabatnya.
“Ngapain kesini?” tanya Viona ketus.
“Jemput tante lah,” Saga menjawab dengan enteng membuat Devi tertawa ngakak mendengar panggilan Saga kepada sahabatnya.
“Apa tadi, lo panggil apa sama sahabat gue?” sengaja Devi bertanya lagi, membuat Viona langsung menyikut lengan Devi dengan sengaja, karena pertanyaan sahabatnya yang tak bermutu.
“Tante lah, itu panggilan sayang aku,” Saga nyengir, membuat Devi semakin terbahak mendengar jawaban Saga yang absurd.
“Sumpah, lo keren sekali, ni temen emang wajib diingatkan umur agar bersikap dewasa, supaya tidak terus ditipu ma buaya buntung yang ada disana tuh,” Devi mengarahkan tatapannya kearah Rendi yang berdiri mematung disamping mobilnya.
“Bangke lo Dev, gue udah sadar kali, gak usah bawa-bawa umur,” merengut Viona.
“Ya udah tante, aku antar pulang sekarang,” bujuk Saga.
“Aku bareng Devi aja, lagian kamu belum pulang kerumah jam segini masih pake seragam, bandel kamu ya, keluyuran gak pulang, sekolah yang bener jangan bikin malu orang tua.” balas Viona telak, membuat Saga hanya menggaruk pelipis nya yang tidak gatal.
“Tuh, dengar bocah, lagian elo itu siapa sok mau nganter Vio pulang, dimakan abahnya baru tahu rasa.” seloroh devi mengejek.
“Abah Tante baik kok, aku sudah ketemu tadi pagi week..” ledek Saga kepada Devi, membuat Devi melongo tak percaya dengan kelakuan bocah berseragam abu-abu itu kepadanya, apalagi ejekan pemuda itu kepadanya sungguh diluar nalarnya, ia berpikir dimana sahabatnya itu nemu bocah tengil seperti yang ada dihadapannya, Devi menatap tajam penuh tanya kearah Viona yang hanya tersenyum canggung, tak tahu harus ngomong apa karena ia sendiri juga bingung mo ngejelasinnya gimana.
“Udah gak usah ribut, yok kita pulang Dev,” ajak Viona menarik tangan Devi, tapi Devi tak bergerak sama sekali.
“No, kamu pulang sama bocah tengil ini lebih aman, lo gak lihat tu buaya darat dari tadi ngelihatin lo, udah sana pulang, eh lo bocah, nama lo siapa, awas aja ya lo nyulik sahabat gue, antar sampai rumah dengan selamat.” oceh devi.
“Iya, tante bawel, gak usah khawatir tadi juga aku antar sampai sini dengan selamat, iya kan tante cantik,” goda Saga kepada Viona yang dari tadi hanya diam lihat dua orang dihadapannya berdebat, sontak wajah Viona memerah mendapat pujian dari Saga membuat Saga tersenyum melihat wajah Viona yang mengemaskan menurutnya.
“Dasar, tukang rayu, jangan-jangan lo juga buaya rawa lagi.” pedas sindiran Devi kepada Saga.
“Tante bawal, eh salah tante bawel, gini-gini aku memang buaya, tapi buaya kandang ya, gak suka obral sembarangan, enak saja, yuk tante cantik, kita pulang,” Saga langsung memasangkan helm ke kepala Viona dengan telaten, dan mengangkat tubuh Viona yang ramping namun berisi dengan enteng naik boncengannya membuat Viona memekik kaget dengan ulah Saga yang memang dengan sengaja, agar pria buaya darat yang melihat kebakaran jenggotnya, kalau jenggot atas gak punya setidaknya jenggot bawah yang merasa terbakar, Saga tersenyum smrik.
“Ish, ngagetin aja, aku bisa naik sendiri kali, gak usah angkat-angkat,” ucap Viona sewot.
“Tante, kalau mau bikin orang patah hati, atau pergi sekalian gak usah nanggung, iya kan tante bawal?” ucap Saga lancar kayak rel kereta api yang mau dibangun yang super cepat itu.
“Nih bocah, mulutnya ya, tapi bener juga kata lo, sekalian aja, lo Pacar in nih anak beneran biar mampus tuh buaya darat, enak aja udah khianati temen gue lama banget, trus yang dikhianati manut aja, kayak anjing dikasih makan, nurut aja,”
“Mulut kalian tu satu frekuensi, emang semudah itu apa, udah-udah, nih jadi pulang gak, capek aku sudah pengen istirahat dan bobok manis dirumah.” sela Viona yang sudah males banget bahas tu orang yang namanya Rendi, kesel, namun juga masih ada rasa yang tersisa, gak mungkin kan hilang gitu aja , tiga tahun, kalau nyicil kendaraan udah lunas tuh, sayangnya yang lunas hati yang ditinggali, Viona menghela nafas panjang.
“Iya, kita pulang,” Saga mulai menghidupkan motornya.
“Vio, hati-hati, bocah awas lo kalau sampai jatuhi tuh temen baik gue,” teriak Devi, yang hanya di balas acungan jempol oleh Saga, sementara Viona melambaikan tangannya dengan semangat.
“Hah, serasi sekali, mimpi apa Viona bisa kecantol tuh brondong, cakep lagi, tapi gue lebih suka Vio sama tuh brondong dari pada sama buaya darat tak tahu diri itu,” gumam Devi.
“Siapa yang kau bilang tidak tahu diri.” suara yang tegas itu mengagetkan Devi, ia sampai terlonjak kaget memegangi dadanya.
“Buset buaya darat muncul beneran,” reflek Devi berucap, membuat Rendi memasang wajah jengkel karena temen mantan pacarnya ini selalu tidak suka dengannya, bahkan sering membuat ulah dengannya.
“Apa kamu bilang!” sentak Rendi tidak terima, Devi yang dibentak hanya memutar bola matanya dengan malas dan langsung pergi begitu saja menuju mobilnya tanpa menjawab pertanyaan dari Rendi membuat Rendi semakin meradang karena diabaikan, Devi sebenarnya anak orang yang terpandang, ayah nya punya perusahaan sendiri walau tidak sebesar tempat perusahaan ia kerja, ia tidak mau kerja ditempat perusahaan ayahnya karena menganggap itu tidak asik dan tidak menantang, karena orang akan segan kepadanya, ia lebih suka tantangan, dan pengalaman kerja yang alami jadi ia akan mendapatkan pengalaman yang berharga saat dirinya nanti menjadi pemimpin perusahaan sang ayah, yang memang akan diberikan padanya karena ia adalah anak satu-satunya di keluarganya. Mari kita tinggalkan Devi si anak orang kaya dan beralih ke Saga yang sedang berdebat dengan Viona tentang keinginan nya mampir untuk makan.
“Aku gak lapar Saga,” sanggah Vio ngotot tidak mau makan, Saga menghentikan motornya dipinggir jalan, menoleh kearah Viona yang sudah cemberut, seperti sedang ngambek kesang kekasih.
“Makan tante, aku lapar dari siang belum makan, masa nemenin juga gak mau,” bujuk Saga dengan tampang memelas sembari mengelus perutnya yang rata.
“Bagaimana aku mau nemenin kamu makan, kamu masih pake seragam sekolah, gak benget tahu gak, nanti aku dikira tante-tante yang suka sama berondong.” tolak Viona yang membuat Saga tertawa lepas, Saga sangat suka dengan kejujuran gadis dihadapannya.
“Kenapa ngurusi orang, ya memang tante, tante-tante, ya mau gimana.”
“plak!’ Viona menabok lengan Saga jengkel.
“Mulutmu ya, aku belum pantes disebut tante-tante, usiaku masih 22 tahun ya, tante-tante itu kalau sudah 30 tahun keatas, masa aku masih imut begini dipanggil tante-tante, sawan matamu.” Viona mendelik kan matanya tak suka.
“Iyalah, iyalah, aku panggil sayang kalau begitu,” kembali Saga meringis karena mendapat geplak kan di lengannya.
“Gak usah ngawur ya, panggil Vio saja, ribet banget jadi orang,” sungut Viona kesal dengan ulah Saga, ia bisa darah tinggi lama-lama kalau bersama dengan cowok tampan dan ngeselin yang berada dihadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments