Pesona Mantan Isteri
PMI 1. Hamil
“Hueeek ... hueeek ...”
Pagi-pagi sekali Renata terbangun dan merasakan mual yang sangat. Kepalanya bahkan terasa pusing. Bi Sum yang sedang memasak di dapur itu terkejut dan langsung menghampiri Renata yang membungkuk di wastafel cuci piring. Tangannya menepuk-nepuk pelan punggung wanita itu.
“Non Rena sakit?” tanya Bi Sum, kemudian memijat lembut tengkuk Renata. Wanita paruh baya yang sudah bertahun-tahun bekerja di rumah itu selalu khawatir dengan keadaan nyonya mudanya ini. Apalagi setelah Jayadi, ayah mertua Renata meninggal dunia. Nyonya mudanya itu semakin diperlakukan semena-mena oleh Mirza, suaminya.
“Entahlah, Bi. Mungkin cuma masuk angin.” Renata sendiri kurang yakin jika penyebab keadaannya ini hanya karena masuk angin saja. Sementara seingatnya, sudah dua bulan ini ia telat datang bulan.
“Non, apa boleh Bibi tanya sesuatu?”
“Boleh, Bi. Silahkan tanyakan saja apa yang ingin Bibi tanyakan.”
“Maaf, ya, Non, kalau Bibi lancang. Apa ... Non Rena hamil?” Menurut kaca mata pengamatannya, serta ditambah dengan pengalaman yang sudah memiliki dua orang anak, Bi Sum merasa yakin jika Renata sedang hamil.
“Hamil?” Renata sedikit terperanjat. Tangan kanannya otomatis memegangi perutnya yang masih rata itu. Jika benar ia hamil, seharusnya ini adalah kabar yang menggembirakan. Tetapi sayangnya, bagi dirinya kabar ini hanya kabar buruk belaka.
Renata Amalia, gadis berusia 21 tahun itu dinikahi putra seorang produser ternama melalui jalan perjodohan. Renata hanyalah seorang gadis biasa dan sederhana yang tumbuh besar di panti asuhan semenjak kedua orangtuanya meninggal dunia.
Awalnya Renata hampir tak percaya ketika sebuah lamaran pernikahan datang kepadanya begitu ia menyelesaikan kuliahnya. Apalagi lamaran itu datang dari Jaya Mahendra, pemilik MV Picture, sebuah rumah produksi yang sudah banyak memproduksi film dan serial TV yang paling banyak digandrungi anak muda. Tak hanya itu, tayangan-tayangan yang diproduksi oleh MV Picture ini juga bisa dinikmati melalui website khusus yang bisa diakses melalui ponsel.
Renata baru tahu kalau dahulu, mendiang ayahnya merupakan sahabat karib Jaya Mahendra. Dan perjodohan dirinya dengan Mirza itu sudah tercetus sejak lama, saat usia mereka masih kecil.
Namun sayang, sebelum rencana itu terealisasi, kejadian naas menimpa kedua orangtua Renata. Sebuah kecelakaan tunggal di jalan tol menyebabkan orangtua Renata meninggal dunia.
Renata kecil yang tidak memiliki sanak saudara saat itu, oleh tetangganya dititipkan ke panti asuhan. Dan kabar tentang kematian orangtua Renata baru diketahui Jaya setelah ia dan keluarga kecilnya baru kembali dari luar negeri.
Jaya dan istrinya kala itu sempat terbersit keinginan untuk mengadopsi Renata. Bahkan mereka sudah mendatangi panti asuhan di mana Renata diasuh. Akan tetapi Renata menolak. Renata kecil tidak ingin meninggalkan panti asuhan, tempat yang sudah membuatnya nyaman.
Jaya tidak memaksa. Ia biarkan Renata tumbuh dan besar di panti asuhan Kasih Bunda. Dan Jaya menjadi donatur tetap di panti asuhan itu. Biaya pendidikan Renata sampai ke perguruan tinggi ditanggung oleh Jaya. Dengan harapan, begitu Renata menyelesaikan pendidikannya, Renata akan langsung dinikahkan dengan putranya.
Renata berdiri dengan tangan gemetar memegang alat testpack yang baru saja dibelinya dari apotik terdekat dan sudah digunakannya untuk tes urine beberapa menit lalu.
Dua garis merah pada testpack itu membuat Renata kehabisan kata. Keberanian untuk memberitahu kabar ini kepada suaminya pun lenyap seketika. Sebab ia tahu suaminya tidak akan menyukai kabar ini.
“Aku hamil? Aku harus bagaimana Tuhan?” Renata hanya bisa meratap pilu dalam hatinya. Seharusnya kabar ini membuatnya bahagia. Namun yang terjadi justru sebaliknya.
Belum sempat Renata menghapus jejak-jejak air mata di pipi, ponselnya yang tergeletak di meja nakas tiba-tiba berdering. Renata yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi itu segera mendekat, menyambar cepat ponsel, kemudian menjawab panggilan yang masuk dari Mirza.
Sembari mengambil duduk di tepian tempat tidur, Renata menjawab telepon itu, “Halo.”
“Kamu tidak lupa kan, nanti siang sidang terakhir. Jangan sampai kamu tidak datang. Karena masa depanku ada di tanganmu.”
“Iya. Aku tidak mungkin lupa. Aku pasti datang, kok.” Renata menaruh kembali ponsel di meja nakas usai menutup panggilan dari Mirza. Yang mengingatkan soal sidang terakhir perceraian mereka yang akan berlangsung siang ini.
Mirza menjatuhkan talak pada Renata seminggu setelah Jaya meninggal dunia. Permohonan cerai diajukan Mirza ke pengadilan agama setempat. Sebuah perceraian yang sudah lama dinanti-nanti Mirza setelah hampir setahun lamanya bertahan dalam pernikahan tanpa cinta.
Selama pernikahan Mirza selalu saja menggaungkan bahwa lelaki itu sama sekali tidak mencintai Renata. Meskipun mereka telah dijodohkan sejak kecil, namun sedikitpun Mirza tidak menyukai Renata. Bagi Mirza, Renata seperti sebuah kutukan. Kutukan yang membawa kesengsaraan dalam hidupnya. Karena Renata, hubungan Mirza dengan kekasihnya kandas. Itulah sebabnya mengapa Mirza membenci Renata.
Masih melekat dalam ingatan Renata ketika malam itu Mirza pulang dalam keadaan mabuk berat. Renata yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut melihat suaminya pulang dalam keadaan kacau balau.
“Za? Kamu ... kamu mabuk?” Renata mundur selangkah demi selangkah saat Mirza datang mendekat dengan tatapan sayu sembari tangannya membuka jaket.
Renata yang masih berbalutkan handuk sebatas dada sampai paha itu meremang melihat tatapan Mirza yang tak seperti biasanya itu. Pandangan Mirza menyapu sepanjang tubuhnya dari kaki sampai kepala. Jakun pria itu naik turun menelan ludah.
“Za, ka-kamu mau apa? Tolong ja-jangan mendekat!” pinta Renata sembari mundur pelan-pelan. Kedua tangannya berusaha menutupi bagian dadanya yang terekspose dan sedang menjadi santapan mata jalang pria itu.
“Kamu sudah membuat hidupku hancur, Ren. Gara-gara kamu juga Vanessa mutusin aku. Dan sekarang, kamu harus membayar semua itu. Kamu harus menerima hukuman dariku.” Seringai menakutkan terbit di wajah tampan Mirza. Yang membuat Renata semakin ketakutan. Apalagi Mirza mendekati Renata sembari kedua tangannya aktif menanggalkan pakaian yang melekat di tubuhnya satu per satu.
“Za, tolong jangan dekati aku. Kamu mabuk, Za. Mari, sebaiknya kita bicarakan ini baik-baik.” Renata memohon, sampai punggungnya membentur tembok. Tapi Mirza sedikitpun tidak mengindahkan permohonan Renata. Kakinya enggan mundur.
“Sudah terlambat, Renata. Seharusnya sejak awal kamu tolak saja perjodohan kita. Kenapa kamu tidak melakukan itu dari dulu? Kenapa, Ren? Apa kamu menyukaiku?”
Renata menggeleng. Tangannya mendekap erat tubuhnya. Sekujur tubuhnya gemetaran. Ia tak tahu bagaimana harus menghadapi suaminya yang sedang mabuk ini. Dan yang terlintas di pikiran Renata saat ini hanyalah menghindar. Renata hendak melarikan diri sebelum Mirza semakin menghimpit tubuhnya.
Namun, tangan kekar Mirza lebih gesit menahan pergelangan tangannya. Lalu menyeretnya kasar menuju tempat tidur. Renata yang panik dan ketakutan hanya bisa merintih, meminta dilepaskan ketika tubuhnya dihempaskan dengan kasar ke atas tempat tidur itu. Tetapi Mirza sama sekali tidak mengindahkannya. Mirza sudah terlanjur terhipnotis oleh tubuh indah Renata tanpa busana yang berada di bawah kungkungannya itu.
“Kita ini suami istri, Ren. Aku suamimu. Bukankah selama kita menikah, kita belum pernah melakukannya? Sekarang, berikan hakku sebagai suamimu,” kata Mirza yang sudah diselimuti gairah.
Ya. Selama hampir setahun mereka menikah, Mirza belum pernah sekali pun menyentuh Renata. Alasannya hanya satu, karena ia tidak mencintai Renata. Renata bukan tipe wanita idamannya. Wanita yang mampu membuat Mirza bertekuk lutut hanya wanita seperti Vanessa. Yang cantik, seksi, smart, dan berkelas. Sementara Renata seperti hanya seperti upil di matanya.
“Akan aku berikan, tapi bu-bukan seperti ini caranya, Za. Kamu_” Kalimat Renata urung rampung karena Mirza sudah membekap mulutnya dengan beringas. Sedangkan tangan pria itu aktif di setiap lekuk tubuhnya.
Renata memberontak, hendak melepaskan diri. Namun tenaganya tak cukup kuat menyingkirkan tubuh kekar Mirza yang menindihnya. Alhasil kejadian naas pun tak bisa ia hindari. Sesuatu yang keras dan tumpul telah melesak masuk ke bagian inti tubuhnya. Begitu memaksa hingga terasa amat menyakitkan. Dan Renata tak bisa berbuat apa-apa.
Malam itu kesuciannya direnggut paksa darinya. Malangnya oleh suami yang tak pernah menganggapnya ada. Oleh suami yang sedikit pun tidak pernah mencintainya.
Renata hanya bisa menangis, duduk memeluk lutut di atas tempat tidur itu. Mirza yang sudah berhasil membuatnya hancur sama sekali tak peduli. Pria itu sudah terlelap ke alam mimpi usai melampiaskan hasratnya pada Renata.
Renata tidak tahu harus berbuat apa. Mirza sudah berkali-kali berkata padanya, jika waktunya sudah tiba, pria itu akan menceraikannya. Lalu bagaimana jika sesuatu terjadi padanya setelah kejadian malam ini?
To be continued...
Renata Amalia
Hai Hai Hai ... 🖐🏻 Ini adalah karyaku yang kesekian kalinya. Semoga kalian betah ya di sini 😊.
Btw, aku belum punya visual yang cocok. Untuk sementara ini dulu ya visualnya 😊. Authornya lagi suka artis Turki. Tinggal nyari visual cowoknya susah banget nemu yang cocok. Oh ya, bagi yang udah mampir aku ucapkan banyak terima kasih. Semoga dilancarkan rejekinya, sehat walafiat buat kalian di manapun berada. Dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya 😊😊.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
🌟~Emp🌾
Mampir ngintip karya mu thor 😍
2024-09-22
0
🌟~Emp🌾
UPIL ? Hanya Sebatas UPIL ? 🤧
2024-09-22
0
Oksigen TW
Kayaknya suami Renata nggak sayang, ya?
2024-09-14
1