3. Kemarahan Ibu Mertua

PMI 3. Kemarahan Ibu Mertua

Sore hari menjelang malam, Venny baru kembali dari luar kota sehabis meninjau keadaan salah satu cabang klinik kecantikannya. Sore itu ia langsung pergi ke kamar Renata, mencari menantunya itu.

Beberapa hari lalu sebelum Venny ke luar kota, ia sudah berjanji pada Renata akan membawa menantunya itu melakukan perawatan di klinik kecantikannya. Agar penampilan menantunya itu berubah. Ia ingin melakukan itu agar putranya bisa jatuh hati pada Renata.

Namun, begitu ia tiba di rumah, keadaan rumah justru sepi. Venny tidak menemukan Renata di kamarnya. Bahkan Renata tidak ada di setiap bagian rumah itu.

“Bi Sum, Renata ke mana?” Karena tidak menemukan Renata, Venny kemudian bertanya pada Bi Sum yang tengah menata meja makan untuk makan malam tuan rumah.

Bi Sum tersentak. Sempat salah tingkah, namun kemudian mulai menguasai diri ketika ia teringat pesan Renata beberapa saat lalu padanya.

“Saya tidak tau, Nyonya. Tadi siang ada ijin keluar. Katanya cuma mau ke minimarket sebentar,” jawab Bi Sum.

“Cuma ke minimarket tapi kenapa belum pulang juga?”

“Saya juga tidak tau, Nyonya.”

“Ya sudah. Mirza di mana?”

“Di halaman belakang, Nya. Lagi olahraga.”

Venny bergegas ke halaman belakang. Langkahnya tergesa-gesa menghampiri putranya yang sedang berlari di atas treadmill.

“Za, Renata ke mana? Kok jam segini belum pulang?” tanya Venny.

“Tidak tau, Ma.” Mirza berlagak tak acuh sembari memelankan laju treadmill.

“Kamu telepon dong. Minta dia cepat pulang. Dari tadi Mama teleponin tapi tidak tersambung.”

“Biarkan saja, Ma. Nanti juga dia pulang sendiri.” Mirza mengakhiri kegiatannya. Ia turun dari treadmill sambil mengelap keringat di pelipis dan lehernya. Kemudian mengambil air minum yang tersedia di atas meja yang tak jauh dari tempat Venny berdiri.

“Kamu itu, ya. Istri malah dibiarkan keluar rumah sendiri. Harusnya kamu temani dia. Mama takutnya dia kesasar. Kamu itu seharusnya lebih perhatian sama istrimu. Jangan dicuekin, dong.”

“Lagian, Ma. Perempuan itu sudah dewasa. Mana mungkin dia kesasar. Mama ada-ada saja, deh.”

“Dia istri kamu, Za. Mama tidak suka, ya, melihat kamu bersikap seperti ini sama mantu Mama.”

“Istri? Mama lupa kami menikah karena apa?”

“Tapi, walaupun begitu, Rena sekarang sudah jadi istri kamu, Za. Kamu harus lebih perhatian lagi sama dia. Peduli sama dia. Jangan kamu kira Mama tidak tahu apa-apa tentang hubungan kamu dengan perempuan jalang itu. Dengar, ya, Za. Kalau sampai kamu menyakiti Rena gara-gara perempuan itu, maka Mama tidak ak__”

“Stop ngancam-ngancam aku, Ma. Mama dan Papa yang selalu memaksaku menikahi perempuan itu walaupun Mama da Papa tau aku tidak mencintainya. Jangan paksa aku untuk ngasih dia perhatian. Jangan paksa aku untuk peduli sama dia. Kalau Mama peduli sama dia, ya, Mama saja yang pergi cari dia.” Mirza tersulut emosi. Sejak awal hubungannya dengan Vanessa memang ditentang keras oleh kedua orangtuanya. Sehingga ia memilih berhubungan diam-diam dengan perempuan itu. Bahkan sampai ia menikah. Ia bermain di belakang istrinya.

“Keterlaluan kamu, ya, Za. Mama tidak menyangka perempuan itu sudah mengubah kamu jadi seperti ini. Sekarang juga Mama minta kamu pergi, cari di mana istri kamu.” Venny naik pitam. Emosinya memuncak, naik sampai ke ubun-ubun.

Bi Sum yang tanpa sengaja mendengar perdebatan dua majikannya itu pun bergegas menghampiri lantaran mengkhawatirkan tekanan darah tinggi Venny. Bi Sum merasa cemas dengan nyonya rumah itu, apalagi saat melihat Venny sedang mengusap-usap tengkuknya.

“Mama saja yang cari. Aku tidak peduli. Lagian, dia tidak akan mungkin kembali lagi ke rumah ini.” Mirza memilih meninggalkan Venny yang sedang dikuasai amarah.

Venny menyusul langkah Mirza. Kemudian mencekal lengan putranya itu untuk menghentikannya.

“Apa maksud kamu bilang seperti itu? Kamu pikir Mama tidak tau kamu selalu memperlakukan Renata dengan buruk?” cecar Venny dengan mata nyalang. Bagaimana ia tidak naik pitam, Renata adalah amanah yang dititipkan suaminya. Yang harus ia jaga dan perlakukan dengan baik. Bagi mereka, Renata sudah seperti anak sendiri.

“Mulai sekarang, tolong berhentilah membahas perempuan itu. Sedikit pun aku tidak pernah mencintainya. Dan Mama tau itu. Tapi Mama menutup mata. Mama lebih peduli dan lebih sayang sama perempuan itu daripada aku, anak Mama sendiri. Jadi jangan pernah menyalahkan aku kalau aku berbuat seperti itu padanya.

“Dan tolong, berhenti mencari perempuan itu. Aku sudah menceraikan dia. Dan aku juga sudah mengusir dia dari rumah ini!” beber Mirza berterus terang. Yang membuat Venny syok seketika.

“Ka-kamu keterlaluan, Za. Kamu ... aduh, kepalaku ...” Venny memegangi kepalanya yang mendadak berdenyut nyeri. Ditambah lagi tiba-tiba saja kepalanya pusing sekali.

“Ma ... Mama ...” Mirza mengerutkan dahi melihat reaksi Venny. Ia sebetulnya juga cemas dengan penyakit ibunya itu. Tapi ia juga terlanjur jengkel jika ibunya membahas tentang Renata. Wanita yang tidak dicintainya sama sekali  namun nekat menerima pinangan orangtuanya.

“Pergi. Pergi kamu dari hadapan Mama!” Dengan murkanya Renata mengusir Mirza. Saat ini ia merasa tak bisa lagi menguasai dirinya. Kepalanya terasa pening berputar-putar.

Bi Sum yang sedari tadi mengawasi majikannya itu pun dengan cepat datang menghampiri. Lalu membantu sang majikan mengantarkannya sampai ke kamar.

Sementara Mirza, setengah berlari menaiki tangga menuju kamar pribadinya. Tangannya menyambar handuk dari gantungan. Saat hendak ke kamar mandi, langkahnya terhenti sejenak. Pandangannya tertumbuk pada sepotong selimut tebal yang terlipat rapi di atas tempat tidur, tersusun dengan sebuah bantal. Selimut dan bantal itu yang selama ini digunakan Renata sebagai alas tidurnya di atas lantai kamar itu.

Sekelebat bayangan Renata tiba-tiba saja melintas di ingatan Mirza. Saat pertama kali mereka tidur dalam satu kamar tapi di tempat tidur yang berbeda. Saat itu Renata tidak menolak atau protes ketika ia menyuruh wanita itu tidur di lantai dengan beralaskan selimut. Kemudian sekelebat bayangan lain pun tiba-tiba mengganggunya. Disertai suara rintihan kesakitan Renata ketika suatu malam ia menodai wanita itu. Samar juga masih terngiang suara tangis Renata.

Tiba-tiba saja ada rasa yang mengganjal di dada Mirza saat teringat kejadian malam itu. Ia mulai memikirkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada Renata. Bagaimana jika suatu hari nanti setelah kejadian itu Renata ha__

Tidak!

Semoga tidak akan terjadi!

Mirza menggeleng, mengusir pikiran-pikiran aneh yang mulai mengganggunya. Tak ingin beranggapan yang aneh-aneh lagi, ia pun bergegas mengayunkan langkahnya memasuki kamar mandi.

****

Tidak ada tempat lain yang bisa dituju. Hanya panti asuhan tempat dimana ia dibesarkan dahulu yang menjadi tempatnya pulang saat ini. Renata tengah berbaring di pangkuan Bu Narti, kepala panti yang sudah merawatnya sejak kecil. Wanita itu sudah seperti orangtua bagi Renata.

“Kamu yang sabar ya, Nak. Ikhlaskan saja semua yang sudah terjadi. Kalau kamu ikhlas, mudah-mudahan hatimu akan semakin tenang,” ujar Bu Narti sembari mengusap lembut kepala Renata yang berada di pangkuannya. Ia cukup terkejut mengetahui Renata diceraikan oleh suaminya dalam keadaan hamil. Dan yang membuatnya lebih terkejut lagi, Renata malah meminta untuk merahasiakan kehamilannya ini.

“Bu, aku ingin pergi jauh dari kota ini. Aku tidak mau mereka tahu tentang anakku. Aku takut, gimana kalau suatu hari nanti mereka akan merebut anak ini dariku.” Satu tangan Renata mengusap perutnya. Kemungkinan itu tiba-tiba saja mengganggu pikirannya.

Mirza mungkin memang tidak akan menginginkan anak dalam kandungannya ini. Namun bagaimana jika suatu hari nanti pria itu berubah pikiran?

“Lalu kamu mau pergi ke mana, Nak? Kamu tidak punya sanak saudara. Ibu cuma takut terjadi apa-apa sama kamu nanti.”

“Ke mana saja, Bu. Asalkan aku bisa menjauh dari kota ini.”

“Terus gimana nanti caramu menghidupi dirimu sendiri, Ren? Kamu mau kerja apa dalam keadaan hamil seperti ini? Lama kelamaan perut kamu itu akan membesar. Kamu nanti akan kesulitan.”

“Tapi tekadku sudah bulat, Bu. Ibu bantu doa saja, semoga aku baik-baik saja.”

“Ren, mungkin Ibu bisa bantu kamu. Ibu punya seorang teman di kota lain. Mungkin kamu bisa tinggal di tempatnya untuk sementara waktu.”

To be continued...

Terpopuler

Comments

FT. Zira

FT. Zira

Renata jadi dapet cap jelek dong kalo gini🤧🤧

2025-03-22

0

FT. Zira

FT. Zira

ternyata renata di sayang mertua🥹

2025-03-22

0

💫0m@~ga0eL🔱

💫0m@~ga0eL🔱

like, komen, subscribe just for u thor 🥰

2024-09-22

0

lihat semua
Episodes
1 1. Hamil
2 2. Resmi Bercerai
3 3. Kemarahan Ibu Mertua
4 4. Kelakuan Mirza
5 5. Permintaan Aneh
6 6. Tunangan Pura-Pura
7 7. Alasan Memberi Mobil
8 8. Tamu Tak Terduga
9 9. Diam-diam Terpesona
10 10. Vanessa Yang Sebenarnya
11 11. Tamu Yang Diundang
12 12. Pertemuan Kembali
13 13. Obrolan Di Meja Makan
14 14. Tanda Merah Di Dada
15 15. Pernah Ada Rasa
16 16. Pil KB
17 17. Pertengkaran Kecil
18 18. Kesedihan Dito
19 19. Jadi Ayahku
20 20. Jadi Ayah Sambung
21 21. Butuh Waktu
22 22. Imajinasi Mirza
23 23. Salah Paham
24 24. Pertanyaan Aneh Dito
25 25. Lamaran Dadakan
26 26. Jawaban Renata
27 27. Diam-Diam Ada Cemburu
28 28. Antara Lelah Dan Muak
29 29. Siapa Anak Itu?
30 30. Janda Mati Atau Janda Cerai
31 31. Masa Lalu Yang Sama
32 32. Hati Yang Kacau
33 33. Anak Adopsi
34 34. Dia Calon Isteriku
35 35. Obrolan Dua Pria
36 36. Menggali Kenangan
37 37. Amarah Yang Membara
38 38. Diusir
39 39. Andai Waktu Bisa Diputar Kembali
40 40. Cincin Pernikahan
41 41. Namaku Dito
42 42. Dito Hilang
43 43. Jauhi Anak dan Calon Istriku
44 44. Langkahi Dulu Mayatku
45 45. Rencana
46 46. Anak Siapa?
47 47. Ayah Kandung
48 48. Siap Jadi Istrimu
49 49. Menjelang Pernikahan
50 50. Kegelisahan Tony
51 51. Melihat Bidadari
52 52. Sah
53 53. Panggilan Khusus
54 54. Pengen Unboxing
55 55. Aku Milikmu
56 56. Sifat Asli Tony
57 57. Kembalikan Anakku
58 58. Sampai Jumpa Di Pengadilan
59 59. Kita Hadapi Bersama
60 60. Harapan Mirza
61 61. Mantan Terindah
62 62. Cemburunya Renata
63 63. Di PHK
64 64. I Miss You
65 65. Menyinggung Masa Lalu
66 66. Aku Yang Akan Mundur
67 67. Aku Minta Cerai
68 68. Batal Kerjasama
69 69. Sakit Hati Yang Belum Terlampiaskan
70 70. Pertemukan Aku Dengannya
71 71. Kasihani Aku Sedikit Saja
72 72. Perempuan Bekas
73 73. Bukan Perempuan Bekas
74 74. Hukuman
75 75. Nekat
76 76. Om Jahat
77 77. Maafkan Papa
78 78. Jangan Ganggu
79 79. Ijinkan Aku
80 80. Aku Sudah Ikhlas
81 81. Aku Habisi Kamu
82 82. Insiden
83 83. Dukungan
84 84. Janji
85 85. Cita-Cita Dito
86 86. Salah Sangka
87 87. Tamu Di Pagi Hari
88 88. Masih Sama
89 89. Demi Dito
90 PEMBERITAHUAN
Episodes

Updated 90 Episodes

1
1. Hamil
2
2. Resmi Bercerai
3
3. Kemarahan Ibu Mertua
4
4. Kelakuan Mirza
5
5. Permintaan Aneh
6
6. Tunangan Pura-Pura
7
7. Alasan Memberi Mobil
8
8. Tamu Tak Terduga
9
9. Diam-diam Terpesona
10
10. Vanessa Yang Sebenarnya
11
11. Tamu Yang Diundang
12
12. Pertemuan Kembali
13
13. Obrolan Di Meja Makan
14
14. Tanda Merah Di Dada
15
15. Pernah Ada Rasa
16
16. Pil KB
17
17. Pertengkaran Kecil
18
18. Kesedihan Dito
19
19. Jadi Ayahku
20
20. Jadi Ayah Sambung
21
21. Butuh Waktu
22
22. Imajinasi Mirza
23
23. Salah Paham
24
24. Pertanyaan Aneh Dito
25
25. Lamaran Dadakan
26
26. Jawaban Renata
27
27. Diam-Diam Ada Cemburu
28
28. Antara Lelah Dan Muak
29
29. Siapa Anak Itu?
30
30. Janda Mati Atau Janda Cerai
31
31. Masa Lalu Yang Sama
32
32. Hati Yang Kacau
33
33. Anak Adopsi
34
34. Dia Calon Isteriku
35
35. Obrolan Dua Pria
36
36. Menggali Kenangan
37
37. Amarah Yang Membara
38
38. Diusir
39
39. Andai Waktu Bisa Diputar Kembali
40
40. Cincin Pernikahan
41
41. Namaku Dito
42
42. Dito Hilang
43
43. Jauhi Anak dan Calon Istriku
44
44. Langkahi Dulu Mayatku
45
45. Rencana
46
46. Anak Siapa?
47
47. Ayah Kandung
48
48. Siap Jadi Istrimu
49
49. Menjelang Pernikahan
50
50. Kegelisahan Tony
51
51. Melihat Bidadari
52
52. Sah
53
53. Panggilan Khusus
54
54. Pengen Unboxing
55
55. Aku Milikmu
56
56. Sifat Asli Tony
57
57. Kembalikan Anakku
58
58. Sampai Jumpa Di Pengadilan
59
59. Kita Hadapi Bersama
60
60. Harapan Mirza
61
61. Mantan Terindah
62
62. Cemburunya Renata
63
63. Di PHK
64
64. I Miss You
65
65. Menyinggung Masa Lalu
66
66. Aku Yang Akan Mundur
67
67. Aku Minta Cerai
68
68. Batal Kerjasama
69
69. Sakit Hati Yang Belum Terlampiaskan
70
70. Pertemukan Aku Dengannya
71
71. Kasihani Aku Sedikit Saja
72
72. Perempuan Bekas
73
73. Bukan Perempuan Bekas
74
74. Hukuman
75
75. Nekat
76
76. Om Jahat
77
77. Maafkan Papa
78
78. Jangan Ganggu
79
79. Ijinkan Aku
80
80. Aku Sudah Ikhlas
81
81. Aku Habisi Kamu
82
82. Insiden
83
83. Dukungan
84
84. Janji
85
85. Cita-Cita Dito
86
86. Salah Sangka
87
87. Tamu Di Pagi Hari
88
88. Masih Sama
89
89. Demi Dito
90
PEMBERITAHUAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!