PMI 20. Jadi Ayah Sambung
Dito menggeleng. “Aku tidak mau. Aku maunya ayah. Om Tony mau tidak jadi ayahku?”
Semua terdiam mendengar permintaan Dito. Sedangkan anak kecil itu menatap penuh harap pada Tony.
Renata tak menyangka Dito sempat punya pikiran meminta Tony menjadi ayahnya. Renata merasa malu pada atasannya itu. Padahal selama ini ia tidak pernah menyinggung soal ayah pada Dito. Meskipun Renata tahu suatu hari nanti hal ini akan terjadi
Untuk mengalihkan pikiran Dito tentang sosok seorang ayah, Renata sudah berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik untuk Dito. Menjadi ibu sekaligus seorang ayah itu memang tidak mudah. Namun demi kebahagiaan putra sematawayangnya itu Renata sudah melakukan semua daya upayanya. Sayangnya, kenyataan menghancurkan harapannya.
“Aku sering diledekin teman, Om. Kata mereka aku ini anak yatim, aku tidak punya ayah. Makanya aku sedih, Om. Kalau aku punya ayah, nanti aku juga bisa pamer sama teman-teman. Biar mereka tidak meledek aku lagi, Om.” Dito mengadu, memasang wajah sedihnya di depan Tony.
Melihat hal itu, Renata kemudian menitipkan es krim pada Bu Ningsih untuk di simpan ke dalam kulkas. Bu Ningsih mengerti, kemudian bergegas ke belakang memberi ruang pada Renata dan Tony.
Tony menghela napas panjang mendengar aduan Dito. Dalam hatinya ia juga merasa sedih dengan nasib Dito yang tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah. Untuk itulah ia berusaha mengisi kekosongan itu. Dengan harapan Renata bisa memahami perasaannya.
Tony kemudian menegakkan tubuh. Renata langsung mengambil alih kantong plastik dari tangan Tony.
“Dit, kita makan dulu, yuk,” ajak Renata untuk mengalihkan topik. Ia ingin menyudahi Dito yang terus mengadu soal ayah.
“Tidak mau,” tolak Dito sembari menggeleng.
“Dit, kita makan sambil ngobrol, ya. Om akan jawab pertanyaan Dito setelah Dito makan.” Tony menawarkan. Dan Dito pun langsung menyetujui.
“Oke, Om. Tapi Om janji, ya, Om?”
Tony mengangguk. Kemudian menarik pergelangan Dito, mengajaknya duduk pada sofa. Disusul oleh Renata, kemudian menaruh sekotak pizza yang sudah ia keluarkan dari kantong plastik.
“Bunda ambil air minum dulu, ya.” Bergegas Renata ke belakang. Tak lama kemudian ia sudah kembali membawa baki berisi tiga gelas air minum. Kemudian ia mengambil duduk pada sofa tunggal di sebelah Dito.
“Dito makan yang banyak, ya?” kata Tony sembari memberikan sepotong pizza pada Dito.
Dito menurut. Diambilnya pizza itu, lalu menghabiskannya hanya dalam beberapa suapan saja. Kemudian anak itu mengambil sepotong lagi dan memakannya dengan lahap.
Tony tersenyum memperhatikan anak itu yang sedang lahap menikmati pizza yang dibelinya. Tadinya ia bermaksud ingin mengajak Dito dan Renata makan siang di luar. Tapi kemudian ia memutuskan untuk membeli pizza agar bisa menikmatinya di rumah saja sambil mengobrol bebas.
“Ren, kamu mau?” Tony menawarkan sepotong pizza pada Renata.
“Saya masih kenyang, Pak,” tolak Renata secara halus.
Tony mengangguk paham. Sepotong pizza itu ia letakkan kembali ke tempatnya semula. Karena Renata menolak, ia pun urung ikut makan.
“Aku sudah kenyang, Om,” ujar Dito usai meneguk segelas air minum.
“Om tadi bilang, akan menjawab pertanyaan aku setelah aku makan,” tambahnya mengingatkan. Wajahnya serius menunggu jawaban Tony.
Sedangkan Tony mengulum senyuman sejenak sembari mengelus kepala Dito. Ia kemudian menghela napas sebentar sebelum memberikan jawabannya.
“Sebelumnya, Om tanya dulu sama Dito. Kenapa Dito mau Om Tony jadi ayah Dito?” tanya Tony.
“Karena aku suka dengan Om. Aku juga sayang sama Om Tony.”
“Memangnya Dito mau Om jadi ayah Dito?”
Dito mengangguk cepat. Raut wajahnya terlihat antusias. Sementara Renata menyimak dengan perasaan was-was.
“Mau banget, Om. Aku juga mau punya ayah seperti teman-temanku.”
“Ya sudah, kalau begitu mulai sekarang anggap saja Om Tony ayah Dito.”
“Yeee ... benar, Om? Om Tony mau jadi ayah Dito?”
Tony mengangguk disertai senyuman. Kemudian dielusnya kepala Dito dengan penuh kasih sayang.
“Jadi aku juga boleh bilang ke teman-temanku kalau Om Tony sekarang sudah jadi ayahku?”
“Boleh, dong. Dito boleh kasih tau siapapun kalau Om Tony ayah Dito.”
“Horeeee ... makasih, Om. Aku sayang Om Tony.” Saking bahagianya, Dito langsung memeluk Tony.
Renata sebetulnya malu dan merasa tidak enak hati terus-terusan merepotkan Tony. Pria itu sudah terlalu baik padanya dan Dito. Tak terhitung jumlahnya kebaikan Tony kepadanya selama ini. Sampai-sampai Renata tidak tahu bagaimana lagi harus membalas kebaikan Tony selain dengan ucapan terima kasih.
“Kalau begitu, sekarang apa aku juga boleh manggil ayah seperti teman-temanku?” tanya Dito lagi.
Sekali lagi Tony mengangguk. “Boleh. Terserah Dito mau manggil ayah, papa, atau papi, juga boleh. Pokoknya terserah. Yang penting Dito senang.”
“Makasih banyak, ya, Om. Eh, ayah.”
Tony tersenyum senang melihat kebahagiaan Dito. Permintaan yang sangat sederhana, namun tidak semua pria mampu memberikannya.
“Aku boleh, ya, beritahu nenek kalau Om Tony sekarang sudah jadi ayahku,” kata Dito.
“Boleh.”
“Horeee ...” Berdiri dari duduknya, Dito kemudian berlari ke belakang hendak menemui Bu Ningsih.
“Maafkan Dito, Pak. Dito sudah terlalu banyak merepotkan Bapak.” Renata berkata setelah beberapa saat hanya bisa menyimak. Ingin menyela setiap permintaan Dito, ia tak ingin mengecewakan anak itu. Sehingga ia hanya bisa diam dan mendengarkan. Walaupun sebenarnya ingin sekali menginterupsi.
Tony menoleh. Kemudian bergeser sampai ke ujung sofa agar lebih dekat dengan Renata. Ia sudah menduga Renata pasti akan berkata seperti ini. Kata 'maaf' dan 'terima kasih' sudah terlalu sering didengarnya dari Renata. Untung saja ia sudah terbiasa.
“Saya tidak pernah merasa direpotkan. Saya justru senang bisa membantu kamu dan Dito.”
“Tapi Bapak tidak seharusnya menuruti permintaan Dito. Saya jadi tidak enak hati pada Bapak. Saya sudah terlalu banyak berhutang budi sama Bapak.”
“Kamu tidak berhutang apapun sama saya, Ren. Kamu tidak perlu merasa tidak enak hati sama saya.”
“Tapi, Pak. Permintaan Dito itu sudah di luar batas. Bapak tidak seharusnya menyanggupi permintaannya. Saya tidak mau kehidupan pribadi Bapak jadi terganggu gara-gara saya dan Dito. Gimana kalau nanti orangtua Bapak tau. Saya tidak mau, Bapak nanti bermasalah dengan orangtua Bapak gara-gara saya.”
Renata berpikir, Tony memiliki kehidupan pribadinya sendiri yang tidak seharusnya terusik karena permasalahannya. Menyanggupi permintaan Dito dengan menjadi ayahnya. Sebab status Tony yang menjadi taruhannya. Sedangkan Tony adalah pria singgel yang dikagumi banyak wanita.
“Kamu tidak usah memikirkan orangtua saya. Biar mereka menjadi urusan saya. Saya cukup kenal bagaimana orangtua saya. Mereka itu orangtua yang cukup bijak.”
“Tapi, Pak. Tetap saja saya tidak enak hati. Lalu apa kata orang-orang nanti. Mereka pasti akan berpikir kalau saya hanya memanfaatkan Bapak. Saya juga tidak mau orang-orang akan berpendapat yang buruk tentang Bapak.
“Dito itu masih kecil, Pak. Kalau diberi pengertian, pelan-pelan saya yakin suatu hari nanti dia bakal ngerti. Saya hanya tidak mau Bapak jadi korban keegoisan Dito. Saya__”
“Renata.” Tony menyela Renata yang hendak mengungkap semua keresahannya. Ia bisa melihat dengan jelas kekhawatiran Renata melalui raut wajahnya yang kini terlihat cemas.
Renata diam sembari menatap mata Tony. Perasaannya mendadak jadi tak karuan saat menangkap sorot mata yang berbeda dari mata itu. Mata Tony menatapnya serius dan dalam. Membuat jantungnya mendadak berdegup kencang dan darahnya berdesir. Sebab belum pernah Tony menatapnya sedalam ini. Lalu perasaan itu jadi bertambah tak karuan lagi saat tiba-tiba Tony meraih jemarinya ke dalam genggaman tangannya.
Renata menahan napasnya. Sepasang mata Tony terpaku menatapnya begitu dalam.
“Ren, tolong singkirkan semua perasaan tidak enak hati kamu terhadap saya. Saya melakukan ini karena saya sayang sama Dito,” kata Tony dengan nada pelan dan halus.
Renata menunduk, menghindari tatapan itu. Sebab ia tak sanggup menerima tatapan itu.
“Terima kasih Bapak sudah sayang sama Dito. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan Bapak,”kata Renata.
“Saya belum selesai, Ren. Saya mau melakukan ini karena saya sayang sama Dito dan kamu. Daripada Dito hanya menganggap saya seperti ayahnya, kenapa saya tidak jadi ayahnya saja? Saya mau, kok, jadi ayah sambung Dito.”
To be continued...
Maafkan kalau Author hanya bisa up sebab sehari ✌🏻. Semoga terhibur dengan cerita receh author abal-abal ini. Salam sayang dan sehat selalu buat teman² di manapun berada 😊❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
💞Eli P®!w@nti✍️⃞⃟𝑹𝑨🐼🦋
🌹🌹🌹 meluncur
2024-09-29
1
💞Eli P®!w@nti✍️⃞⃟𝑹𝑨🐼🦋
kode tuh Ren, ayo di segerakan ya, aku dukung 😁
2024-09-29
1
💞Eli P®!w@nti✍️⃞⃟𝑹𝑨🐼🦋
cie ayah 🤭
2024-09-29
1