PMI 18. Kesedihan Dito
Dito diijinkan pulang lebih awal. Dalam perjalanan Dito diam membisu dengan wajah ditekuk.
“Aku juga punya ayah, kan, Bunda?”
Pertanyaan Dito beberapa menit lalu itu tidak mendapatkan jawaban seperti yang ia harapkan. Sehingga membuat ia kecewa.
“Dito punya Bunda, punya nenek yang sangat sayang sama Dito. Bunda dan nenek akan selalu berusaha membuat Dito senang.” Hanya jawaban itu yang Dito dapat dari ibunya. Padahal jawaban yang ia inginkan sangat simpel. Jawabannya hanya 'iya' atau 'tidak' saja. Cukup seperti itu sudah membuat hatinya senang.
“Dito mau es krim?” Renata mencoba menawarkan demi menghibur hati Dito.
Namun sayangnya Dito tidak menanggapi tawaran ibunya. Anak kecil itu masih membisu sembari memeluk dada. Wajahnya ditekuk, kesal lantaran ibunya tidak mau memberitahunya apakah ia punya ayah atau tidak.
Di sekolah, semua teman-temannya punya ayah. Mereka sering berbagi cerita tentang ayah mereka. Sedangkan Dito sendiri hanya bisa diam menyimak. Ia tidak punya cerita tentang ayah. Yang ia punya hanya cerita tentang Om Tony.
Pernah sekali ketika teman-temannya berbagi cerita tentang diajak ayah mereka liburan. Sedangkan Dito hanya bisa berbagi tentang Om Tony yang sering mengajaknya jalan-jalan. Alhasil Dito malah diejek teman-temannya bahwa Dito tidak punya ayah.
“Ayah. Harusnya kamu memanggil dia ayah. Bukan Om. Atau jangan-jangan kamu tidak punya ayah, ya?” Masih terngiang di telinga Dito ejekan temannya itu yang membuat ia kesal. Sehingga terbersit dalam benaknya untuk bertanya kepada ibunya tentang ayahnya.
“Kebetulan, nih, Bunda lagi pengen es krim. Dito juga mau?” tanya Renata menawarkan sekali lagi.
Namun lagi-lagi Dito masih diam membisu. Sekarang anak kecil itu malah membuang muka ke arah jendela mobil. Matanya memandangi setiap objek yang mereka lewati.
Renata menghela napas panjang. Sebetulnya ia merasa sedih. Tapi ia tidak menampakkan itu di wajahnya. Ia tahu ada Dito yang tidak seharusnya melihatnya dalam keadaan bersedih. Demi anak itu ia rela memendam semua perasaan sedihnya selama ini.
Jika ditanya, sebetulnya Renata juga ingin Dito punya keluarga yang lengkap seperti anak-anak yang lain. Tapi keadaan membuat mereka harus hidup seperti ini, tanpa sosok seorang pria yang bisa menjadi pemimpin, juga menjaga dan melindungi mereka. Sosok yang ia sebut suami dan juga dipanggil ayah oleh Dito.
Renata pernah mengkhawatirkan hal ini akan terjadi di kemudian hari nanti. Seiring usia Dito bertambah, anak itu semakin mengerti. Dan hari yang dikhawatirkan Renata itu pun telah tiba.
“Bunda beli es krim dulu, Dito tunggu di mobil sebentar, ya? Jangan ke mana-mana,” pesan Renata begitu menepikan mobilnya di depan Betamart. Ia kemudian turun usai mengambil dompet dalam tasnya.
“Ingat, jangan ke mana-mana. Bunda cuma sebentar, tidak akan lama,” pesan Renata lagi. Meskipun tidak ada tanggapan dari Dito, ia tetap ingin membelikan anak itu es krim sekedar untuk menghibur hatinya. Biasanya Dito senang sekali jika dibelikan es krim dan mainan. Tapi kali ini, ia memilih es krim. Sebab Tony sudah terlalu sering membelikan Dito mainan.
Dito tidak menjawab. Ia diam saja sembari berpaling muka menghindari bertemu pandangan dengan Renata. Tetapi, begitu Renata menjauh, ia langsung menoleh. Matanya lantas mencari-cari sesuatu, dan terhenti pada tas Renata yang ditinggalkan di atas kursi kemudi.
Seperti seorang pencuri, sembari memantau Renata yang sedang berada di minimarket itu, Dito diam-diam merogoh tas ibunya. Lalu mengambil ponsel ibunya dari dalam tas itu. Dengan masih mengawasi ibunya, Dito membuka ponsel itu, lalu mulai menghubungi seseorang.
“Halo? Om ...” sapa Dito begitu teleponnya tersambung.
****
Tony baru saja kembali dari pertemuannya dengan klien. Kembali ke resort, ia menemui Mirza. Ia tengah mengobrol dengan temannya itu saat tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Renata tertera jelas pada layar ponsel, membuat senyumnya terkembang seketika.
“Iya, Ren?” sapanya senang. Namun dahinya kemudian berkerut saat yang terdengar bukan suara Renata, melainkan suara Dito.
“Halo? Om Tony? Om Tony di mana?” Dito bertanya dari seberang.
“Emm ...” Tony melirik Mirza sejenak. Pria itu memandanginya dengan raut bertanya-tanya.
“Siapa, Ton? Pacar kamu? Renata?” tanya Mirza penasaran. Sebab tak sengaja ia mendengar Tony menyebut nama wanita itu.
Tony menjauhkan sebentar ponsel dari telinganya. Kemudian ia berdiri dari duduknya sembari berkata, “Sebentar, ya, Za. Kayaknya penting ini,” ujarnya menunjuk ponsel. Lantas bergegas menjauh. Sebab ia tak ingin Mirza mendengarkan obrolannya dengan Dito. Karena Mirza tidak tahu jika Renata sebenarnya sudah punya anak.
“Iya, Dit? Om masih di tempat kerja. Ada apa?” tanya Tony begitu ia mengambil jarak dari Mirza.
“Aku boleh ketemu Om tidak?” Suara Dito terdengar agak berbeda di ujung telepon.
“Tentu saja boleh, dong, sayang. Trus Dito sekarang ada di mana?”
“Di mobil. Lagi nungguin Bunda. Bunda sedang beli es krim.”
“Memangnya Dito sudah pulang sekolah? Kok suaranya kedengarannya agak lain ini? Dito sedang ngambek, ya? Kenapa?”
“Aku lagi sedih, Om. Tadi di sekolah aku diledekin teman.”
“Diledekin kenapa?”
“Om, udah dulu, ya? Itu Bunda udah datang.”
“Eh, Dit ...”
“Aku tutup dulu, ya, Om. Nanti ketauan Bunda.”
“Ya sudah, nanti Om samperin Dito di rumah, ya? Dito mau Om bawain apa? Mainan mau? Atau__”
Tuuut ...
Sambungan telepon sudah diputus. Tony membuang napasnya resah. Tiba-tiba saja ia jadi mencemaskan Dito. Baru kali ini Dito menghubunginya hanya untuk menyampaikan jika anak itu sedang sedih. Apakah yang terjadi dengan anak itu?
“Siapa, Ton?” tanya Mirza begitu Tony kembali mendudukkan diri di tempat semula. Saat ini mereka sedang duduk di kafe tepi pantai yang tersedia di dalam resort itu.
“Bukan siapa-siapa. Hanya seseorang yang aku kenal,” jawab Tony.
“Oh ya ...” Mirza menoleh sebentar pada Vanessa yang sedang berfoto selfie di tepian pantai yang tak jauh dari tempat mereka duduk.
“Hubungan kamu dengan Renata, gimana? Emang kamu serius mau melamar dia?” tanyanya kemudian dengan memelankan nada suaranya. Padahal suara deburan ombak di pantai itu mampu meredam suaranya agar tidak sampai terdengar oleh Vanessa. Tapi ia memilih memelankan suaranya. Sejak pertemuan malam itu, ia diserbu rasa penasaran akan kehidupan mantan isterinya itu. Ia juga teramat ingin tahu apa yang membuat Tony tertarik pada Renata. Tidak tahukah Tony jika Renata itu adalah bekas isterinya?
Tony hanya tersenyum. Membuat Mirza jadi tambah penasaran.
“Kamu sudah kenal Renata dengan baik? Apa kamu yakin mau menikahi dia?” tanya Mirza lagi. Entah mengapa di salah satu sudut hatinya yang terdalam terselip rasa tak reka jika Renata menjalani kehidupan baru dengan pria lain.
“Apa perasaanku terlihat jelas di wajahku ini?” Bukannya menjawab cecaran pertanyaan Mirza, Tony malah balik bertanya. Membahas tentang Renata, perasaan Tony mendadak berdebar-debar.
Mirza yang sempat mencondongkan tubuh lantaran penasaran itu pun kemudian menyandarkan punggung. Ditelitinya wajah Tony yang tampak tersipu mali itu.
“Apa kamu benar-benar suka sama Renata?” tanya Mirza lagi sembari melipat tangan di depan dada.
“Menurut kamu?” Tony mengulum senyuman. Tanpa perlu dijelaskan lebih rinci pun, perasaan Tony pada Renata sudah tergambar jelas di wajahnya.
Senyuman Tony itu membuat perasaan Mirza jadi tak karuan. Rasanya seperti ada sesuatu yang mengganjal dalam dadanya ketika tahu ada pria lain yang menyukai Renata. Entah perasaan apakah itu, Mirza tidak tahu.
“Apa sih yang kamu suka dari Renata? Di luar sana masih banyak yang jauh lebih cantik. Kamu tampan, Ton. Mapan lagi. Kamu bisa dapat yang lebih dari dia.” Entahlah, rasanya Mirza ingin saja mengompori Tony. Agar temannya itu memikirkan kembali hubungannya dengan Renata.
“Andai kamu tau siapa dia, statusnya, aku yakin kamu bakalan mundur.” Tanpa sengaja kalimat itu dilontarkan Mirza. Seolah ia tidak suka jika Tony dekat dengan Renata.
“Maksud kamu, Za? Memangnya kamu kenal Renata?” tanya Tony.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
maaf baru sempat mampir di karya keren ini
2025-04-05
1
💞Eli P®!w@nti✍️⃞⃟𝑹𝑨🐼🦋
🌹🌹🌹meluncur
2024-09-26
1
💞Eli P®!w@nti✍️⃞⃟𝑹𝑨🐼🦋
gak mempan, Lo mau ngomong apa kek, si Tony itu sudah cinta mati sama Renata, faham sampai sini? 😄
2024-09-26
0