PMI 12. Pertemuan Kembali
“Ton, aku sudah sampai di rumahmu.” Mirza memberitahu Tony melalui sambungan telepon begitu mobil yang menjemputnya dan Vanessa memasuki pekarangan luas sebuah rumah mewah.
Vanessa tercengang melihat megahnya rumah itu begitu turun dari mobil dan menapaki undakan tangga teras rumah. Rumah itu dinilai Vanessa lebih megah dari rumah Mirza. Pekarangan rumah itu sangat luas dan dihiasi taman bunga yang dihiasi lampu.
“Sorry, Za. Aku mungkin sedikit telat. Aku mau jemput seseorang dulu. Kamu masuk saja dulu. Ada Mami sama Papi di rumah.” Begitu suara Tony terdengar dari seberang.
Mirza kemudian mengakhiri panggilan, lalu mengantongi ponselnya. Baru saja hendak menekan bel pintu, pintu rumah itu sudah dibuka dari dalam oleh seorang ART berseragam hijau.
“Mari, Pak. Silahkan masuk. Tuan dan Nyonya sudah menunggu di dalam.” ART itu mempersilahkan Mirza dan Vanessa, mengantarkan tamu majikannya sampai ke ruang tengah dimana Hamdan dan Sofie, sedang duduk mengobrol.
Melihat kedatangan Mirza dan Vanessa, sepasang suami istri itu pun mengakhiri obrolannya, lalu berdiri menyambut kedatangan tamunya.
“Selamat malam, Om, Tante,” sapa Mirza melempar senyum hangatnya.
“Mirza kan? Tony sudah ngasih tau kalau kamu mau datang.” Sofie memastikan. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan awet muda itu datang mendekat. Lalu mengusap lembut lengan Mirza.
“Iya, Tante. Aku Mirza.”
“Ya ampun. Kamu sudah besar, ya. Genteng pula. Tante masih ingat dulu waktu kamu masih kecil dan sering main bareng Tony. Semasa SMA kalian sama-sama terus kan waktu itu?” Sofie masih mengingat masa-masa kecil Tony dan Mirza. Karena mereka dulu tetangga.
“Iya, Tante.”
“Oh ya, ini isteri kamu?” Sofie menggulir pandangan pada Vanessa yang malam itu mengenakan pakaian sedikit terbuka. Sampai Hamdan merasa risih untuk mendekat. Pria paruh baya itu cukup melempar senyum ramahnya sembari menyapa Mirza.
“Calon isteri, Tante.” Mirza mengoreksi.
“Oooh ... calon isteri. Cantik ya?” Sofie tersenyum memandangi Vanessa. Namun senyumannya sedikit memudar ketika pandangannya menyapu sepanjang tubuh Vanessa yang mengenakan pakaian minim sampai menyembulkan dua gunung kembarnya. Paha Vanessa yang mulus juga sedikit terekspose.
“Kenalkan, aku Vanessa, Tante. Vanessa Angela.” Vanessa mengulurkan tangannya pada Sofie sekaligus menyebut nama lengkapnya. Siapa tahu saja Sofie pernah mendengar namanya. Atau bahkan mungkin mengenal jika dirinya adalah seorang artis terkenal.
“Saya Sofie, Maminya Tony. Dan itu, suami saya. Papinya Tony.” Sofie menyambut tangan Vanessa tapi tidak lama.
“Oh ya, silahkan duduk dulu. Tony sedang pergi sebentar. Katanya mau jemput pacarnya.”
“Oh ya? Tony sudah punya pacar?” Mirza terlihat tak percaya jika temannya yang rada-rada tertutup itu bisa menjalin hubungan dengan lawan jenis. Setahu Mirza, Tony itu tipikal pria yang sulit jatuh cinta. Untuk itulah saat mendengar Tony punya pacar, ia sedikit ragu.
“Tante juga baru tau. Iya, kan, Pi?” Sembari duduk kembali di tempatnya semula.
“Padahal Tante mau menjodohkan Tony dengan anak dari teman arisan Tante. Tapi katanya dia sudah punya pacar,” ungkap Sofie mengingat baru-baru ini ia ingin mengenalkan Tony dengan putri dari teman arisannya. Namun Tony menolak keras dan berkata jika dia sudah punya kekasih hati. Sofie pun terpaksa membatalkan rencananya itu.
“Menjodohkan anak itu tidak baik, Tan. Sebaiknya jangan dilakukan. Aku khawatir Tony akan mengalami hal yang sama denganku.”
“Mengalami hal yang sama? Memangnya kamu pernah dijodohkan?”
Mirza hanya tersenyum. Sebetulnya ia tidak ingin mengingat kembali hal itu. Namun, tak sengaja terungkit, bayangan Renata malah muncul dan mengganggu pikirannya.
“Mirza, Om dan Tante turut berbelasungkawa atas kepergian orangtua kamu. Maaf kalau terlambat,” ujar Hamdan.
“Tidak apa-apa, Om.”
“Nah, itu dia Tony sudah datang.” Tiba-tiba Sofie berkata sembari menunjuk ke arah depan. Dimana Tony dan Renata datang sambil tangan Renata menggandeng lengan Tony.
Baru saja Mirza teringat Renata, sekarang wanita itu muncul di hadapannya dengan penampilan yang memukau pandangannya seketika.
Penampilan Renata yang anggun, dan cantik itu membuat Mirza tertegun memandanginya. Bohong jika ia tidak terpesona melihat Renata yang kini terlihat berbeda itu.
Begitu juga dengan Vanessa. Selain terkejut karena ia bisa mengenali Renata hanya dalam sekali pandangan saja. Vanessa juga terkejut lantaran tidak menyangka bertemu lagi dengan wanita itu setelah enam tahun lamanya. Vanessa pikir Renata sudah menghilang ditelan bumi dan mustahil mereka bisa bertemu kembali. Namun nyatanya, wanita itu sekarang sudah berdiri di hadapannya sambil menggandeng lengan seorang pria tampan.
“Kenapa perempuan kampung itu bisa ada di sini?” batin Vanessa tak percaya. Sekaligus kesal ketika ia menoleh Mirza, kekasihnya itu malah memandang Renata dengan tak berkedip. Penampilan berbeda Renata rupanya memukau pandangan Mirza.
Melihat Tony datang bersama seorang wanita yang dikenalinya sebagai sekertaris sang putra, Sofie berdiri dari duduknya.
“Loh, Ton. Kok kamu bisa sama sekertarismu? Kamu ngundang dia juga?” tanya Sofie penasaran.
“Mami, Papi ... kenalkan, ini Renata. Pacarku. Lebih tepatnya tunanganku.” Tony memperkenalkan dengan penuh percaya diri. Membuat semua yang ada terkejut.
“Selamat malam, Pak, Bu.” Renata menyunggingkan senyum manisnya, menyapa dengan sopan pada kedua orangtua atasannya itu. Ia tahu hal ini mengejutkan bagi orangtua Tony.
“Selamat malam, Renata. Kamu cantik sekali malam ini.” Sofie tersenyum, memuji penampilan Renata yang memang sangat cantik dan anggun malam ini. Lalu kemudian menggulir pandangan pada Tony.
Sofie meninggikan kedua alisnya, menuntut jawab dari putranya itu. Sejak kapan mereka tunangan? Sedangkan yang sofie tahu, Renata itu adalah sekertaris Tony baru setahun ini. Dari cerita karyawan-karyawan Tony, Sofie juga baru tahu kalau Renata itu adalah seorang janda beranak satu.
Tony menatap serius pada maminya. Ia berharap Sofie mengerti arti tatapannya yang memohon agar Sofie tidak bertanya apapun tentang hubungannya dengan Renata selain percaya saja dengan apa yang dikatakannya.
Beruntungnya, Sofie adalah seorang ibu yang bisa memahami putranya. Sehingga setiap ada hal yang mengganjal dihatinya, ia akan mempertanyakan itu nanti ketika waktu sudah lebih leluasa.
Sofie melempar senyumannya pada Renata. Kemudian menoleh pada suaminya. Dan suaminya memberinya kedipan mata, memberitahunya agar percaya saja pada putra mereka itu.
“Dan Ren ... ini Mami Papiku. Dan yang itu Mirza dan tunangannya. Kamu sudah tau dia temanku kan?” Tony beralih pada Renata, memperkenalkan tamunya malam ini.
Renata menoleh pada Mirza dan Vanessa yang tampak terkejut dengan kemunculannya. Renata melempar senyumnya pada sepasang sejoli itu. Yang entah mengapa belum juga menikah sampai sekarang.
Mengenali bayangan mereka dari kejauhan sebetulnya Renata terkejut. Perasaan gugup pun mulai menghinggapinya. Renata gugup bertemu kembali dengan mantan suami dan kekasihnya itu setelah enam tahun lamanya.
Jika ditanya, sebetulnya Renata enggan sekali bertemu dengan mantan suaminya itu. Akan tetapi, mengingat Tony meminta bantuan padanya untuk berpura-pura sebagai tunangannya, mau tak mau, suka tak suka, Renata harua bersikap profesional. Apalagi baru-baru ini Tony sudah memberinya bonus. Sebisa mungkin ia singkirkan dulu sejenak egonya.
“Za, sorry, sudah membuatmu menunggu. Oh ya, ini Renata. Kalian sudah berkenalan tadi, kan? Renata ini tunanganku,” ujar Tony sembari mengulum senyuman menoleh pada Renata.
Demi memaksimalkan aktingnya, Renata pun menyambut senyuman Tony. Ia membalas senyuman itu dengan lembut. Jika dilihat, mereka memang tampak serasi sebagai pasangan kekasih.
Pemandangan itu entah mengapa membuat Mirza salah tingkah sendiri, dan menghadirkan debaran aneh dalam dadanya. Kemudian ia membuang pandangan demi menghindari pemandangan dua sejoli yang saling menatap itu, yang entah mengapa diam-diam membuatnya iri.
“Oh ya, Ren. Kenalkan juga, ini Vanessa. Calon isterinya Mirza. Kamu sudah tau, Vanessa ini artis terkenal, loh. Dia sering main drama,” kata Tony kembali memperkenalkan tamunya.
Renata beralih menatap Vanessa yang memasang wajah angkuh padanya. Dan Renata justru membalas wajah angkuh itu dengan senyuman.
“Oh ya? Kok aku belum pernah melihat wajahnya di TV?” kata Renata. Yang membuat wajah angkuh Vanessa sekarang berganti dengan wajah kesal.
“Masa sih? Dia ini cukup terkenal loh.” Tony hampir tak percaya Renata tidak tahu kalau Vanessa ini adalah seorang artis. Padahal wajah Vanessa sering wara-wiri di TV juga sosial media.
“Mungkin karena aku kurang suka nonton drama. Makanya aku tidak tau kalau calon isteri Pak Mirza ini artis terkenal. Dibanding drama TV, aku lebih suka drama di dunia nyata,” sindir Renata. Membuat Vanessa semakin kesal dibuatnya.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
💞Eli P®!w@nti✍️⃞⃟𝑹𝑨🐼🦋
🌹🌹🌹meluncur
2024-09-15
1
💞Eli P®!w@nti✍️⃞⃟𝑹𝑨🐼🦋
panas panas 🥵🥵 kipas mana kipas 😱🤣
2024-09-15
1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
2024-09-15
1