19. Jadi Ayahku

PMI 19. Jadi Ayahku

“Maksud kamu, Za? Memangnya kamu kenal Renata?”tanya Tony.

Mirza tersentak kaget. Ia baru tersadar dengan apa yang ia ucapkan barusan. Entah mengapa pula hatinya seolah kepanasan, lalu malah ingin mengompori Tony. Hatinya seakan tak rela jika Renata diambil orang lain.

“Oh ... bukan maksudku seperti itu. Aku ... aku hanya mengatakan kemungkinannya saja. Maksud aku, tuh, begini, Ton.” Mirza terbata-bata. Ia sendiri bingung entah bagaimana menjelaskannya pada Tony. Ia tidak bermaksud membeberkan tentang siapa Renata yang sebenarnya. Karena mungkin belum saatnya Tony tahu tentang hubungannya dengan Renata dahulu. Ia juga tak ingin terkesan menjelek-jelekkan Renata di depan temannya itu.

Tony mengerutkan dahinya heran melihat tingkah Mirza. Pria itu mendadak terlihat gugup, sampai salah tingkah dan gelagapan menjawab.

“Ehem ...” Mirza berdehem sebentar sembari memperbaiki duduknya.

“Begini, Ton. Maksud aku ... apa kamu sudah memastikan kalau Renata itu wanita singgel atau mungkin sudah pernah menikah sebelumnya. Atau bisa saja dia punya kekasih lain di belakang kamu mungkin?” ujarnya mengada-ada.

Tony mengangguk pelan. “Aku sudah pernah bilang sebelumnya, aku tidak ada masalah dengan statusnya.”

“Maaf, Ton. Aku tidak bermaksud menjelekkan dia. Tapi dari pengamatanku, sepertinya dia__”

“Sudah pernah menikah. Ya, kamu benar. Dia seorang janda.” Tony langsung menyela, membenarkan asumsi Mirza sebelumnya.

Mirza pun hanya bisa termangu. Ia sempat mengira kalau Renata mungkin menyembunyikan statusnya sampai-sampai pria seperti Tony jatuh hati padanya.

“Aku masih ingat saat pertamakali dia bekerja di sini. Dia wanita sederhana. Dia pekerja keras. Dia tidak pernah pilih-pilih, apapun dia kerjakan. Jarang sekali aku mendengar dia mengeluh. Itu yang bikin aku suka sama dia.” Tony tersenyum mengingat Renata. Bayang-bayang wajah Renata pun seketika menari-nari di pelupuk matanya.

Mirza menelan ludah mendengar ucapan Tony. Dalam kepalanya memutar kenangan Renata saat bersamanya. Mirza masih ingat betul saat Renata sakit dulu. Ia sampai tak bisa tidur karena sangat mengkhawatirkan kondisi Renata saat itu.

Saat itu, bertahun-tahun lalu, Renata terkena demam. Mungkin lantaran setiap malam tidur di atas lantai hanya dengan beralaskan selimut, sampai-sampai Renata jatuh sakit. Ia yang tidur sekamar dengan Renata dibuat cemas luar biasa. Semalaman ia tidak bisa memejamkan matanya dan malah terus memperhatikan Renata.

Saat itu Mirza tidak berani memberitahu kondisi Renata pada orangtuanya karena takut diomeli. Sehingga ia mengambil inisiatif merawat Renata sendiri dan memindahkan wanita itu ke atas tempat tidurnya. Tak ingin kondisi Renata semakin memburuk, ia memilih mengompres dahi Renata dan menjaganya hingga pagi menjelang. Alhasil, karena matanya terasa berat sekali saat itu, ia pun tertidur dengan kepala bersandar di tepian tempat tidur.

Ketika ia terbangun, ia terkejut menyadari ternyata ia sudah berbaring di atas tempat tidur. Begitu ia menoleh, beberapa makanan sudah tersaji di atas meja. Pagi itu ia juga disambut dengan senyuman manis Renata yang datang membawakan segelas susu hangat untuknya. Renata ternyata sudah hapal dengan kebiasaannya saat bangun tidur.

Sepotong kenangan itu membuat dada Mirza tiba-tiba saja terasa sesak. Seolah ia merasa seperti telah kehilangan satu bagian dari hidupnya.

“Jadi, itu juga alasannya kamu memilih dia jadi sekertarismu? Karena kamu suka sama dia?” selidik Mirza. Entah mengapa hatinya tergelitik ingin mendengar lebih banyak tentang mantan isterinya itu.

“Oh, tentu saja tidak. Latar belakang pendidikannya juga yang menjadi salah satu pertimbanganku.”

Mirza hanya bisa menghela napas panjang demi meluruhkan rasa sesak di dada.

“Ton, aku boleh tau, apa kamu mencintai Renata? Atau kamu hanya penasaran saja padanya?” Besar keingintahuan Mirza tentang perasaan Tony yang sebenarnya. Apakah pria itu benar-benar mencintai Renata atau hanya main-main saja dengannya.

“Menurut kamu?” Alih-alih menjawab rasa penasaran Mirza, Tony malah membuat temannya itu semakin penasaran saja.

Alhasil Mirza berhenti bertanya. Raut wajah pria itu tampak seperti sedang berpikir keras.

“Aku dan Renata sudah sama-sama dewasa. Saling mengungkapkan rasa cinta tidak perlu dengan kata-kata. Apa yang aku lakukan selama ini padanya itu sudah cukup membuktikan keseriusanku,” pungkas Tony disertai senyuman tipis. Yang membuat Mirza hanya bisa menelan ludahnya kelat.

****

“Dit ... Dito. Ini es krimnya, sayang. Nanti mencair, loh.” Renata menyusul langkah Dito yang berlari menuju kamarnya. Anak itu tidak memedulikan panggilannya.

Selama dalam perjalanan dari sekolah menuju rumah, Dito terus membisu. Dito bahkan tak mengindahkan Renata yang berusaha mengajaknya bercanda. Begitu turun dari mobil, ia langsung berlari meninggalkan ibunya. Ia tak menghiraukan ibunya yang memanggil, menawarkannya es krim yang dibeli beberapa saat lalu di minimarket.

“Dito ... buka pintunya, sayang. Ini es krimnya nanti mencair.” Renata masih berusaha membujuk, sembari mengetuk pintu kamar Dito yang dikunci dari dalam.

Dito tidak menyahut. Renata masih berusaha membujuk. Sembari kepalanya berpikir bagaimana caranya mengembalikan mood anak itu yang tiba-tiba saja memburuk tanpa harus menyinggung kembali soal pertanyaannya di sekolah tadi.

“Ya sudah kalau Dito tidak mau. Kalau gitu es krimnya Bunda taruh di kulkas, ya? Kalau Dito pengen, nanti Dito ambil saja di kulkas. Bunda masih harus kembali ke tempat kerja,” ujar Renata.

“Loh, sudah pulang, Ren? Dito mana?” Bu Ningsih datang dari arah dapur, terkejut melihat Renata sudah pulang tak bersama Dito.

“Di kamar, Bu. Lagi ngambek.”

“Ngambek kenapa?”

Renata menghela napas panjang. Sesak dadanya mengutarakan apa yang membuat Dito merajuk.

“Apa dia minta dibelikan mainan lagi?” tanya Bu Ningsih.

“Bukan, Bu. Dito tadi berantem dengan temannya di sekolah.”

“Loh, kenapa? Apa sebabnya?” Bu Ningsih terkejut bercampur khawatir mendengarnya. Sebab belum pernah Dito melakukan hal seperti ini selama di sekolah.

“Dia diledekin temannya, Bu.”

“Diledekin kenapa? Memangnya Dito kenapa? Anak itu anak yang baik, kok. Dia tidak pernah mengganggu temannya.”

“Dia diledekin anak yatim, Bu. Tadi dia nanya, apakah dia punya ayah atau tidak.”

“Trus kamu jawab apa?”

Renata menggeleng lemah. “Saya tidak tau, Bu. Saya bingung harus bilang apa ke Dito. Makanya dia ngambek.” Wajah Renata berubah sedih.

Bu Ningsih mengelus pundak Renata dengan lembut. “Sabar, ya, Nak. Apa yang kamu khawatirkan akhirnya terjadi. Kamu beri dulu dia waktu sampai ngambeknya hilang. Siapa tau setelah ini dia tidak akan lagi bertanya tentang ayahnya,” hibur Bu Ningsih.

“Selamat siang? Maaf saya lancang masuk. Pintunya terbuka. Dari tadi saya ketuk pintu tapi tidak ada jawaban.” Tiba-tiba saja seseorang datang mengagetkan Renata dan Bu Ningsih.

Sontak Renata dan Bu Ningsih menoleh. Mereka terkejut melihat Tony sudah berada di depan mereka. Pria itu datang sambil menenteng sebuah kantong plastik bertuliskan logo sebuah makanan cepat saji.

“Eh, Pak Tony? Maaf tidak kedengaran. Ya ampun, maaf ya, Pak Tony? Oh ya, mari silahkan duduk dulu,” kata Bu Ningsih membuka tangan, mempersilahkan Tony duduk pada sofa yang tak berada jauh.

“Saya ke sini mau ketemu, Dito. Dito sudah pulang sekolah, kan, Bu?”

Bu Ningsih dan Renata saling bertukar pandang.

“Maaf, Pak Tony. Tapi sepertinya Dito belum bisa ditemui,” kata Renata, bukan bermaksud tak mengijinkan. Namun, ia merasa alangkah baiknya Dito tidak menemui siapa-siapa dulu untuk sementara waktu ini.

“Tapi, Ren, maaf. Dito tadi__”

“Om Tony.” Belum juga Tony sempat berkata, Dito sudah membuka pintu kamarnya. Kemudian langsung menyongsong, menghambur ke dalam pelukan Tony.

“Om Tony ... aku boleh minta sesuatu tidak sama Om?” tanya Dito usai melepas pelukan.

Tony membungkukkan badannya. “Boleh, dong, sayang. Ini, Om juga bawain Dito pizza. Dito belum makan siang, kan? Kita makan bareng-bareng, yuk,” ajak Tony memperlihatkan kantong plastik besar di tangannya.

“Aku tidak mau pizza, Om. Aku mau ayah.”

Renata, Bu Ningsih, dan juga Tony terkejut mendengar permintaan Dito. Permintaan aneh Dito itu membuat Renata harus bertindak secepatnya agar anak itu tidak meminta yang lebih aneh lagi pada Tony.

“Ayah?” gumam Tony bingung.

“Dito, Om Tony bawain Dito pizza, tuh. Sebaiknya kita makan dulu, yuk,” ajak Renata untuk mengalihkan topik.

Namun Dito menggeleng. “Aku tidak mau. Aku maunya ayah. Om Tony mau tidak jadi ayahku?”

To be continued...

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

wah janda nih

2025-04-05

0

Evy

Evy

Jodoh dari anak..

2025-03-11

0

💞Eli P®!w@nti✍️⃞⃟𝑹𝑨🐼🦋

💞Eli P®!w@nti✍️⃞⃟𝑹𝑨🐼🦋

"mau..mau, itu yang aku mau!" jawab Tony serasa ingin meloncat bebas dari atas gedung
😁😁😁😁
ini hanya khayalanku saja kak ✌️✌️

2024-09-29

2

lihat semua
Episodes
1 1. Hamil
2 2. Resmi Bercerai
3 3. Kemarahan Ibu Mertua
4 4. Kelakuan Mirza
5 5. Permintaan Aneh
6 6. Tunangan Pura-Pura
7 7. Alasan Memberi Mobil
8 8. Tamu Tak Terduga
9 9. Diam-diam Terpesona
10 10. Vanessa Yang Sebenarnya
11 11. Tamu Yang Diundang
12 12. Pertemuan Kembali
13 13. Obrolan Di Meja Makan
14 14. Tanda Merah Di Dada
15 15. Pernah Ada Rasa
16 16. Pil KB
17 17. Pertengkaran Kecil
18 18. Kesedihan Dito
19 19. Jadi Ayahku
20 20. Jadi Ayah Sambung
21 21. Butuh Waktu
22 22. Imajinasi Mirza
23 23. Salah Paham
24 24. Pertanyaan Aneh Dito
25 25. Lamaran Dadakan
26 26. Jawaban Renata
27 27. Diam-Diam Ada Cemburu
28 28. Antara Lelah Dan Muak
29 29. Siapa Anak Itu?
30 30. Janda Mati Atau Janda Cerai
31 31. Masa Lalu Yang Sama
32 32. Hati Yang Kacau
33 33. Anak Adopsi
34 34. Dia Calon Isteriku
35 35. Obrolan Dua Pria
36 36. Menggali Kenangan
37 37. Amarah Yang Membara
38 38. Diusir
39 39. Andai Waktu Bisa Diputar Kembali
40 40. Cincin Pernikahan
41 41. Namaku Dito
42 42. Dito Hilang
43 43. Jauhi Anak dan Calon Istriku
44 44. Langkahi Dulu Mayatku
45 45. Rencana
46 46. Anak Siapa?
47 47. Ayah Kandung
48 48. Siap Jadi Istrimu
49 49. Menjelang Pernikahan
50 50. Kegelisahan Tony
51 51. Melihat Bidadari
52 52. Sah
53 53. Panggilan Khusus
54 54. Pengen Unboxing
55 55. Aku Milikmu
56 56. Sifat Asli Tony
57 57. Kembalikan Anakku
58 58. Sampai Jumpa Di Pengadilan
59 59. Kita Hadapi Bersama
60 60. Harapan Mirza
61 61. Mantan Terindah
62 62. Cemburunya Renata
63 63. Di PHK
64 64. I Miss You
65 65. Menyinggung Masa Lalu
66 66. Aku Yang Akan Mundur
67 67. Aku Minta Cerai
68 68. Batal Kerjasama
69 69. Sakit Hati Yang Belum Terlampiaskan
70 70. Pertemukan Aku Dengannya
71 71. Kasihani Aku Sedikit Saja
72 72. Perempuan Bekas
73 73. Bukan Perempuan Bekas
74 74. Hukuman
75 75. Nekat
76 76. Om Jahat
77 77. Maafkan Papa
78 78. Jangan Ganggu
79 79. Ijinkan Aku
80 80. Aku Sudah Ikhlas
81 81. Aku Habisi Kamu
82 82. Insiden
83 83. Dukungan
84 84. Janji
85 85. Cita-Cita Dito
86 86. Salah Sangka
87 87. Tamu Di Pagi Hari
88 88. Masih Sama
89 89. Demi Dito
90 PEMBERITAHUAN
Episodes

Updated 90 Episodes

1
1. Hamil
2
2. Resmi Bercerai
3
3. Kemarahan Ibu Mertua
4
4. Kelakuan Mirza
5
5. Permintaan Aneh
6
6. Tunangan Pura-Pura
7
7. Alasan Memberi Mobil
8
8. Tamu Tak Terduga
9
9. Diam-diam Terpesona
10
10. Vanessa Yang Sebenarnya
11
11. Tamu Yang Diundang
12
12. Pertemuan Kembali
13
13. Obrolan Di Meja Makan
14
14. Tanda Merah Di Dada
15
15. Pernah Ada Rasa
16
16. Pil KB
17
17. Pertengkaran Kecil
18
18. Kesedihan Dito
19
19. Jadi Ayahku
20
20. Jadi Ayah Sambung
21
21. Butuh Waktu
22
22. Imajinasi Mirza
23
23. Salah Paham
24
24. Pertanyaan Aneh Dito
25
25. Lamaran Dadakan
26
26. Jawaban Renata
27
27. Diam-Diam Ada Cemburu
28
28. Antara Lelah Dan Muak
29
29. Siapa Anak Itu?
30
30. Janda Mati Atau Janda Cerai
31
31. Masa Lalu Yang Sama
32
32. Hati Yang Kacau
33
33. Anak Adopsi
34
34. Dia Calon Isteriku
35
35. Obrolan Dua Pria
36
36. Menggali Kenangan
37
37. Amarah Yang Membara
38
38. Diusir
39
39. Andai Waktu Bisa Diputar Kembali
40
40. Cincin Pernikahan
41
41. Namaku Dito
42
42. Dito Hilang
43
43. Jauhi Anak dan Calon Istriku
44
44. Langkahi Dulu Mayatku
45
45. Rencana
46
46. Anak Siapa?
47
47. Ayah Kandung
48
48. Siap Jadi Istrimu
49
49. Menjelang Pernikahan
50
50. Kegelisahan Tony
51
51. Melihat Bidadari
52
52. Sah
53
53. Panggilan Khusus
54
54. Pengen Unboxing
55
55. Aku Milikmu
56
56. Sifat Asli Tony
57
57. Kembalikan Anakku
58
58. Sampai Jumpa Di Pengadilan
59
59. Kita Hadapi Bersama
60
60. Harapan Mirza
61
61. Mantan Terindah
62
62. Cemburunya Renata
63
63. Di PHK
64
64. I Miss You
65
65. Menyinggung Masa Lalu
66
66. Aku Yang Akan Mundur
67
67. Aku Minta Cerai
68
68. Batal Kerjasama
69
69. Sakit Hati Yang Belum Terlampiaskan
70
70. Pertemukan Aku Dengannya
71
71. Kasihani Aku Sedikit Saja
72
72. Perempuan Bekas
73
73. Bukan Perempuan Bekas
74
74. Hukuman
75
75. Nekat
76
76. Om Jahat
77
77. Maafkan Papa
78
78. Jangan Ganggu
79
79. Ijinkan Aku
80
80. Aku Sudah Ikhlas
81
81. Aku Habisi Kamu
82
82. Insiden
83
83. Dukungan
84
84. Janji
85
85. Cita-Cita Dito
86
86. Salah Sangka
87
87. Tamu Di Pagi Hari
88
88. Masih Sama
89
89. Demi Dito
90
PEMBERITAHUAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!