PMI 7. Alasan Memberi Mobil
Beberapa menit berkendara, kebisuan masih tercipta. Tony yang fokus pada hamparan jalanan yang dipadati kendaraan, dan Renata yang tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Renata masih belum bisa mempercayai mengapa Tony memberinya mobil sebagai bonus untuk pekerjaannya selama ini. Padahal selama bekerja, Renata merasa ia hanya melakukan tugasnya dengan baik. Terus terang saja, Renata tidak bisa menerima bonus sebesar ini dari Tony. Jika karyawan yang lain tahu, tentu ia akan menjadi bahan gosip yang gurih.
Renata akui Tony adalah pria yang sangat baik dan perhatian. Tapi terkadang Renata merasa risih dengan kebaikan Tony itu. Renata ingin Tony memperlakukannya sama seperti karyawan yang lain. Walaupun sekarang posisinya adalah sekertaris, tetap saja ia hanyalah seorang karyawan yang tidak seharusnya menerima perlakuan istimewa seperti ini.
“Pak, saya__”
“Nanti kita akan kedatangan tamu istimewa. Dia teman lama saya. Dia akan datang bersama tunangannya. Katanya dia akan menginap di resort kita selama beberapa hari. Saya harap kita bisa menyambutnya dan memberikan pelayanan yang terbaik untuknya,” sela Tony dengan sengaja ingin mengalihkan Renata yang ingin membahas tentang mobil pemberiannya itu. Diliriknya sekilas Renata yang tengah menunduk memandangi kunci mobil di tangannya.
“Pak, saya minta maaf. Saya tid__”
“Oh ya, saya punya agenda apa besok? Ada rapat penting? Atau ada pertemuan dengan klien? Rencana pengadaan fasilitas baru sudah diagendakan belum rapatnya?” Sekali lagi Tony menyela kalimat Renata. Ia tahu Renata pasti ingin mengembalikan mobil itu.
Renata menghela napas panjang. Ia tahu Tony sengaja menyela setiap ucapannya karena Tiny tidak ingin lagi membahas tentang pemberiannya. Memang seperti itulah Tony, yang tidak ingin pemberiannya ditolak. Karena bagi Tony hal itu sama saja dengan tidak menghargai pemberiannya.
Renata tidak menemukan cara lain untuk menolak pemberian Tony selain menyodorkan kunci mobil itu ke depan wajah Tony. Namun, bukannya mengambil kunci itu, tangan Tony malah menggenggam tangan Renata, menaruhnya bertumpu di atas pahanya. Yang membuat Renata kehabisan kata dan akal untuk mengembalikan mobil itu.
“Naik motor itu berbahaya. Saya cuma tidak mau tunangan saya kepanasan dan kehujanan di jalan gara-gara naik motor. Anggap saja saya melakukan ini demi Dito. Apa kamu tidak kasihan? Kadang saya lihat dia hampir ketiduran di boncengan. Kalau dia jatuh, gimana?” cecar Tony tanpa menoleh sedikitpun. Salah satu alasan mengapa ia memberikan mobil berdalih bonus untuk Renata yaitu karena sayang pada Dito.
Beberapa kali Tony pernah melihat Dito hampir ketiduran saat Renata membonceng anak kecil itu. Membuat Tony mengkhawatirkan anak itu seketika. Tony bahkan tidak bisa tenang saat memikirkan anak itu. Sampai akhirnya timbul ide untuk mengajari Renata mengemudi terlebih dahulu sebelum membelikannya mobil. Beruntung saat itu Renata percaya ketika Tony beralasan untuk kebutuhan kerja sewaktu-waktu manakala ia tidak bisa mengemudi, ada Renata yang bisa menggantikan.
Renata pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain terpaksa menerima pemberian Tony.
“Terima kasih, Pak. Saya akan bekerja lebih keras lagi untuk membalas kebaikan, Bapak,” ucap Renata seraya menarik pelan tangannya dari genggaman Tony.
Tony tersenyum, menoleh sekilas pada Renata. “Terima kasih juga karena kamu sudah menerima pemberian saya. Itu bonus dari kantor, bukan dari saya pribadi. Jadi jangan pernah sungkan menggunakannya. Selama ini kamu sudah bekerja dengan baik. Dan kamu pantas mendapatkan itu,” ungkapnya agar Renata tidak merasa sungkan menggunakan mobil itu ke kantor.
Renata balas tersenyum. Namun hatinya tetap saja terselip perasaan tak nyaman. Ia sudah bisa membayangkan akan seperti apa reaksi rekan-rekan kerjanya nanti ketika tahu atasan mereka memberinya bonus sebuah mobil keluaran terbaru.
****
Di sudut kota lain di belahan bumi yang berbeda, seorang pria tengah gusar membelakangi meja menghadap jendela besar yang memperlihatkan pemandangan di bawah gedung MV Picture, sebuah rumah produksi yang kini menjadi tanggung jawabnya.
Belakangan ini, pria itu sedang dihadapkan dengan masalah pribadi yang membuatnya hampir tidak bisa berkonsentrasi. Setelah kepergian ayahnya enam tahun yang lalu, dan kepergian ibunya dua tahun yang lalu, Mirza merasa kehidupannya semakin sulit. Kekasih yang ia harapkan selalu men-supportnya justru mejadi seseorang yang selalu memberinya kegundahan.
Mirza berharap Vanessa bisa mengerti keadaan dan juga perasaannya yang kesepian setelah ditinggal pergi kedua orangtuanya. Tetapi harapannya kepada Vanessa selalu saja berakhir dengan kekecewaan. Sampai hari ini, ia tak kunjung menikahi Vanessa. Sejak dulu sampai sekarang, status diantara mereka masih saja sama. Tidak ada tanda-tanda kemajuan.
Bukannya Mirza tidak yakin dengan hubungannya. Hanya saja Vanessa kini selalu saja menghindar ketika ditanya soal kelanjutan hubungan mereka. Seolah keinginan menggebu-gebu Vanessa untuk segera dinikahi itu sirna perlahan-lahan.
“Hai, sayang.” Sebuah suara lembut terdengar menyapa berbarengan dengan suara pintu dibuka.
Mirza memutar kursinya. Dan Vanessa langsung naik ke pangkuan Mirza setelah menaruh tas branded-nya di atas meja. Kemudian mengalungkan lengannya di leher pria itu. Pria yang kini terlihat semakin dewasa dengan jambang halus yang tumbuh di sekitar rahangnya yang tegas.
“Kok mukanya kusut gitu,” ucap Vanessa sembari membelai mesra wajah kekasihnya.
“Aku sudah mengatur jadwal perjalanan kita. Kamu siapkan saja semua keperluanmu,” kata Mirza menurunkan tangan Vanessa dari wajahnya.
Beberapa bulan belakangan ini Mirza merasa hubungannya dengan Vanessa semakin renggang. Vanessa yang mulai tak ada waktu untuknya karena sibuk syuting, dan dirinya yang juga tak kalah sibuknya dengan beberapa proyek baru. Oleh sebab itu ia mencoba mencuri-curi waktu disela-sela kesibukan ini untuk menghabiskan waktu bersama Vanessa.
Belakangan ini juga Mirza merasa hubungannya dengan Vanessa ini semakin tidak ada kejelasannya. Vanessa sudah beberapa kali menolak ajakannya untuk menikah, dengan alasan ingin fokus dulu para karir. Padahal dulu Vanessa selalu menuntut untuk segera dinikahi. Mirza merasa Vanessa mulai berubah ketika ia ingin membahas masalah anak.
Vanessa selalu saja menghindar ketika Mirza mulai menyinggung masalah anak. Mirza ingin sekali segera diberi momongan begitu menikah dengan Vanessa. Namun Vanessa selalu saja menghindari topik itu. Vanessa bahkan sering berkata jika ia tidak ingin bentuk tubuhnya nanti berubah setelah memiliki anak nanti. Vanessa tidak ingin penampilannya menjadi jelek dengan bentuk tubuh yang tidak ideal. Wanita itu begitu memuja kecantikan fisiknya sehingga tidak ingin ada perubahan pada bentuk tubuhnya yang seksi itu.
“Memangnya kita mau ke mana?”
“Ke suatu tempat. Kita liburan. Belakangan ini kita semakin tidak punya kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama. Aku hanya ingin kita punya quality time berdua. Aku pengen punya banyak waktu berdua bersama kamu.” Mirza mendudukkan Vanessa diatas meja kerjanya. Kemudian ia berdiri berhadapan dengan wanita itu. Satu tangannya mulai menyelinap masuk ke dalam rok selutut yang dikenakan Vanessa. Sedangkan satu tangan lainnya menahan tengkuk Vanessa.
Vanessa memejamkan matanya ketika kecupan Mirza menyapa lembut permukaan bibirnya. Kecupan itu ia balas dengan sama lembutnya. Kedua tangannya menopang bobot tubuhnya sedikit ke belakang. Sementara tangan Mirza ia biarkan mengelana di sekujur tubuhnya, menjejaki setiap lekuk tubuhnya dengan telapak tangannya. Sentuhan itu ia respon dengan desahan kecil nan sensual.
“Pintunya sudah kamu kunci?” tanya Mirza parau saat pagutan terlepas.
“Tentu saja sudah, sayang.”
“Kamu mau di sini atau di sofa?”
Vanessa menggigit sensual bibir bawahnya. Kemudian mengulurkan tangan menanggalkan blazer dari tubuh Mirza.
“Di sini lebih menantang. Kamu tidak ingin mencoba gaya baru?” goda Vanessa. Yang membuat hasrat Mirza semakin terpantik, kian menggelora. Vanessa selalu saja bisa menyenangkannya. Membuat imajinasi-imajinasi liar mulai merayu pikirannya. Mendapat sambutan agresif, ia pun segera melancarkan aksinya di atas meja itu. Melepas gundahnya dengan bermandi keringat.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
💞Eli P®!w@nti✍️⃞⃟𝑹𝑨🐼🦋
peka dong Ren, gak mungkin Tony ngasih mobil cuma-cuma kalau tidak ada maksud terselubung pada mu 😆😆😆
2024-09-10
1
Elisabeth Ratna Susanti
benar-benar liar nih
2024-09-09
0
🌞MentariSenja🌞
🐠🐠🌹𝚜𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚝𝚑𝚘𝚛
2024-09-05
1