9. Diam-diam Terpesona

PMI 9. Diam-diam Terpesona

“Ren ... apa kabarmu?” tanya Mirza tiba-tiba.

Renata terkejut. Mirza tiba-tiba menggenggam tangannya dengan erat, menatap matanya dengan lekat-lekat dengan sorot berbinar-binar.

“Permisi, Bu Renata.” Pegawai wanita yang tadi melayani Mirza berlalu.

Renata mengangguk pelan, memandangi punggung wanita itu yang menjauh.

“Ren, kamu sudah banyak berubah, ya?” Mirza memulai obrolan. Nada suaranya tenang dan bersahabat. Berbeda dengan enam tahun lalu yang selalu dipenuhi amarah jika berbicara dengan Renata. Jarang sekali Mirza bersikap baik pada Renata.

“Maaf, Pak. Jadi Bapak mau cottage yang mana? Kalau Bapak tidak merasa cocok, saya bisa merekomendasikan yang lain, yang sangat cocok untuk Bapak dan tunangan Bapak. Atau Bapak mau kamar yang biasa juga tersedia di sini.” Renata tidak ingin menanggapi basa-basi Mirza. Ia lebih memilih memproritaskan pekerjaannya, sehingga ia mengalihkan topik. Namun ia terdiam sejenak ketika menyebut kata 'tunangan'.

Setahu Renata, dulu Mirza menceraikannya karena Mirza ingin menikahi kekasihnya. Seharusnya Mirza datang bersama isterinya.

Renata mengalihkan pandangannya sejenak pada sekeliling. Mencari-cari seseorang yang mungkin dikenalnya datang bersama Mirza.

“Kamu sedang cari siapa?” tanya Mirza.

“Tunangan Bapak?” Mimik wajah Renata seolah mempertanyakan mengapa Mirza hanya datang sendiri. Lalu apakah Mirza belum menikah?

Mirza tersenyum. “Aku belum menikah, Ren,” bebernya berterus terang. Sebab ia bisa menebak mimik wajah Renata yang terlihat bingung.

“Oh, begitu, ya? Maaf,” ucap Renata mengangguk pelan.

“Maaf untuk?”

Renata kebingungan harus menjawab apa. Bukannya bermaksud ingin tahu dengan kehidupan pribadi mantan suaminya itu, namun jika sampai saat ini Mirza belum menikahi kekasihnya, itu artinya Mirza belum berhasil mendapatkan restu dari ibunya. Orangtua Mirza merupakan tembok penghalang yang paling tinggi dalam hubungannya dengan kekasihnya.

“Bapak ingin melihat yang lain, atau yang ini yang jadi pilihan Bapak? Mari, Pak, saya antar memilih dan melihat-lihat kamar yang lain, dan juga fasilitas-fasilitas yang tersedia di resort ini. Bapak bisa tentukan pilihan Bapak setelah melihat-lihat sebentar.” Renata mengalihkan pembicaraan sembari mengangkat tangan kanannya meminta Mirza mengikutinya. Ia tak ingin obrolan sampai melenceng ke mana-mana. Apalagi kalau sampai Mirza bertanya tentang kehidupan pribadinya. Mirza tidak boleh tahu tentang Nandito.

“Ah, baiklah. Aku lihat yang lain dulu.” Terpaksa Mirza mengikuti langkah Renata. Padahal ia masih ingin mengobrol sebentar dengan mantan isterinya itu, yang sekarang terlihat sangat berbeda. Anggun dan menarik.

Sembari mensejajari langkah Renata yang menjelaskan tentang cottage-cottage yang disinggahi, sesekali Mirza melirikkan pandangannya pada wanita itu. Bohong jika matanya tak tertarik melihat kecantikan mantan isterinya itu yang kini tampak begitu mempesona. Dari penampilannya, cara bicaranya, caranya bersikap, dan ... caranya tersenyum.

Sudah lama sekali sejak mereka berpisah, Mirza lupa entah kapan terakhir kalinya ia melihat senyuman Renata yang begitu manis. Rasanya sejak ia selalu bersikap buruk pada Renata, sejak saat itu pula Renata tidak pernah lagi tersenyum padanya.

“Jika jendelanya dibuka, Bapak bisa melihat lautan dari sini. Udaranya sejuk menerpa. Dan jika pintu samping ini dibuka, di sini ada kolam renang pribadi yang bisa Bapak gunakan bersama tunangan Bapak tanpa takut terganggu. Di sini privasinya terjamin.” Renata sibuk menjelaskan tentang salah satu kamar berstandar VIP di tempat itu. Sedangkan Mirza malah sibuk memperhatikan wajah Renata dengan pandangan kagum.

“Pak, mau lihat kamar yang lain lagi?” tanya Renata. Namun Mirza malah terpaku menatap wajahnya. Tak berkedip pula.

“Pak ... Pak Mirza ...” panggil Renata sembari melambaikan tangannya di depan wajah Mirza.

Mirza masih terpaku menatap wajah Renata. Dalam hati ia tak menyangka Renata yang ia kenal kucel dan tidak menarik dulu, kini terlihat begitu berbeda. Cantik dan mempesona. Ia hampir tidak percaya, yang berdiri di depannya ini adalah Renata, mantan isterinya atau hanya halusinasinya saja.

Bayangan ketika ia merenggut kesucian Renata di malam itu pun seketika kembali memutar di kepalanya. Ia yang dikuasai minuman beralkohol di malam itu menggagahi Renata tanpa ampun hanya karena rasa sakit hatinya. Ia juga masih ingat Renata menangis setelahnya, tetapi ia tidak peduli. Karena baginya saat itu yang terpenting rasa sakit hatinya sudah terbalaskan.

“Pak ... Pak Mirza ...” panggil Renata lagi. Namun Mirza masih belum menyadarinya. Kesadarannya seolah tenggelam dalam pesona Renata hari ini.

“Apa ini beneran kamu, Ren? Atau aku cuma bermimpi?” gumam Mirza tanpa sadar. Sampai detik ini ia masih tak bisa percaya, Renata yang dulu sering dikatainya kampungan dalam hal berpenampilan itu kini terlihat anggun, modis dalam berpakaian. Ia sampai pangling dibuatnya.

“Hai, Za.”

Mirza masih juga tak menyadari kehadiran Tony diantara mereka. Mirza masih tenggelam dalam tatapannya pada Renata. Sedangkan Renata salah tingkah dan memilih membuang pandangannya ke arah lain.

“Hey, Za. Are you okay?” Tony terpaksa menepuk pundak Mirza. Ia yang baru saja tiba itu merasa heran melihat Mirza yang berdiri terpaku menatap Renata.

Mirza gelagapan. Baru menyadari entah berapa lama ia terhanyut oleh pikirannya sendiri tentang Renata. Si mantan isteri yang ia sia-siakan dulu. Si mantan isteri yang tak sekalipun ia cintai itu.

“Hei, Ton. Apa kabar kawan?” sapa Mirza begitu menoleh pada Tony. Ia sumringah melihat kawan lama yang sudah lama tak berjumpa lagi dengannya itu.

“Kabar baik, Za.” Tony langsung merangkul Mirza. “Kamu sendiri apa kabar?” tanyanya kemudian begitu pelukan dilerai.

“Seperti yang kamu lihat.” Mirza berkata sembari sesekali melirik Renata. Seolah di wajah Renata terdapat medan magnet sehingga selalu menarik pandangannya.

Mirza dan Tony memang sudah berteman sejak lama, sejak mereka duduk di bangku SMA. Tony rupanya dulu pernah tinggal di Kota A. Tetapi ia pindah sebelum sempat lulus, mengikuti orangtuanya karena orangtuanya memulai usahanya di kota ini. Dan sekarang Tony lah yang mengurus usaha orangtuanya ini.

Sama halnya juga dengan Mirza, yang harus melanjutkan usaha orangtuanya karena keadaan.

“Kok sendiri? Tunanganmu mana?” tanya Tony, sebab tak melihat keberadaan Vanessa.

“Nanti nyusul katanya. Biasa ... syuting.” Sekali lagi Mirza melirik Renata. Entah mengapa ia ingin melihat bagaimana reaksi Renata ketika Tony membahas tentang tunangannya. Seolah ia mengharapkan sesuatu terjadi pada Renata. Seperti misalnya, cemburu mungkin.

Namun sayangnya, Mirza tidak menemukan reaksi apapun dari raut wajah Renata. Wanita itu tampak biasa-biasa saja. Malah sesekali Renata tersenyum saat Tony melihat ke arahnya.

“Kamu sendiri, gimana? Udah ada belum yang nyangkut di hati? Atau masih betah menjomblo?” tanya Mirza. Walaupun lama mereka tidak bertemu, namun silaturahmi masih terjaga melalui sosial media dan aplikasi kontak. Sehingga walaupun tidak banyak, mereka masih saling mengetahui kabar masing-masing.

Tony tertawa-tawa sembari melirikkan ekor matanya pada Renata. “Ada lah ... nanti aku kenalin,” katanya malu-malu.

“Ah, yang benar? Cantik tidak?”

“Cantik, dong. Kamu meragukan pilihanku ya? Lihat saja sebentar malam nanti. Oh ya, sampai lupa. Nanti malam kamu ke rumah, ya? Mami ngundang kamu makan malam di rumah. Nanti aku minta salah seorang pegawaiku buat jemput kamu.”

“Oke.”

“Oh iya, satu lagi. Dari tadi kita ngomong, aku sampai lupa mengenalkan seseorang sama kamu. Kenalin nih, Renata. Sekertarisku.” Tony menaruh satu tangannya pada punggung Renata. Sikap Tony itu mengundang lirikan mata Mirza tertuju pada tangannya.

“Sekertaris?” ujar Mirza mengerutkan dahinya tipis. Sejak tadi ia belum sadar dan terlupa dengan omongan Tony ketika Tony tidak bisa menjemputnya di bandara. Dan sekarang ia sudah mengerti. Pantas saja penampilan Renata sangat berbeda. Rupanya mantan istrinya itu punya posisi yang cukup penting di resort terbesar di kota ini.

“Ren, kenalkan, ini Mirza Mahendra, teman lama saya.” Tony berkata, menoleh pada Renata.

Renata hanya menyunggingkan senyuman. Kemudian mengatupkan kedua tangannya di bawah dagu saat Mirza mengulurkan tangan kanannya hendak bersalaman dengan Renata. Sikap Renata itu membuat Mirza tertawa kecil, karena Renata seolah tak ingin menyentuhnya.

To be continued...

Terpopuler

Comments

💞Eli P®!w@nti✍️⃞⃟𝑹𝑨🐼🦋

💞Eli P®!w@nti✍️⃞⃟𝑹𝑨🐼🦋

sadarkah jika dirimu dulu begitu kejam terhadap Renata?

2024-09-14

0

💞Eli P®!w@nti✍️⃞⃟𝑹𝑨🐼🦋

💞Eli P®!w@nti✍️⃞⃟𝑹𝑨🐼🦋

kode ren, peka dikit kek maksud dari Mirza ini 🤭🤭

2024-09-14

0

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

nah lho bikin bingung yang njawab nih

2024-09-12

1

lihat semua
Episodes
1 1. Hamil
2 2. Resmi Bercerai
3 3. Kemarahan Ibu Mertua
4 4. Kelakuan Mirza
5 5. Permintaan Aneh
6 6. Tunangan Pura-Pura
7 7. Alasan Memberi Mobil
8 8. Tamu Tak Terduga
9 9. Diam-diam Terpesona
10 10. Vanessa Yang Sebenarnya
11 11. Tamu Yang Diundang
12 12. Pertemuan Kembali
13 13. Obrolan Di Meja Makan
14 14. Tanda Merah Di Dada
15 15. Pernah Ada Rasa
16 16. Pil KB
17 17. Pertengkaran Kecil
18 18. Kesedihan Dito
19 19. Jadi Ayahku
20 20. Jadi Ayah Sambung
21 21. Butuh Waktu
22 22. Imajinasi Mirza
23 23. Salah Paham
24 24. Pertanyaan Aneh Dito
25 25. Lamaran Dadakan
26 26. Jawaban Renata
27 27. Diam-Diam Ada Cemburu
28 28. Antara Lelah Dan Muak
29 29. Siapa Anak Itu?
30 30. Janda Mati Atau Janda Cerai
31 31. Masa Lalu Yang Sama
32 32. Hati Yang Kacau
33 33. Anak Adopsi
34 34. Dia Calon Isteriku
35 35. Obrolan Dua Pria
36 36. Menggali Kenangan
37 37. Amarah Yang Membara
38 38. Diusir
39 39. Andai Waktu Bisa Diputar Kembali
40 40. Cincin Pernikahan
41 41. Namaku Dito
42 42. Dito Hilang
43 43. Jauhi Anak dan Calon Istriku
44 44. Langkahi Dulu Mayatku
45 45. Rencana
46 46. Anak Siapa?
47 47. Ayah Kandung
48 48. Siap Jadi Istrimu
49 49. Menjelang Pernikahan
50 50. Kegelisahan Tony
51 51. Melihat Bidadari
52 52. Sah
53 53. Panggilan Khusus
54 54. Pengen Unboxing
55 55. Aku Milikmu
56 56. Sifat Asli Tony
57 57. Kembalikan Anakku
58 58. Sampai Jumpa Di Pengadilan
59 59. Kita Hadapi Bersama
60 60. Harapan Mirza
61 61. Mantan Terindah
62 62. Cemburunya Renata
63 63. Di PHK
64 64. I Miss You
65 65. Menyinggung Masa Lalu
66 66. Aku Yang Akan Mundur
67 67. Aku Minta Cerai
68 68. Batal Kerjasama
69 69. Sakit Hati Yang Belum Terlampiaskan
70 70. Pertemukan Aku Dengannya
71 71. Kasihani Aku Sedikit Saja
72 72. Perempuan Bekas
73 73. Bukan Perempuan Bekas
74 74. Hukuman
75 75. Nekat
76 76. Om Jahat
77 77. Maafkan Papa
78 78. Jangan Ganggu
79 79. Ijinkan Aku
80 80. Aku Sudah Ikhlas
81 81. Aku Habisi Kamu
82 82. Insiden
83 83. Dukungan
84 84. Janji
85 85. Cita-Cita Dito
86 86. Salah Sangka
87 87. Tamu Di Pagi Hari
88 88. Masih Sama
89 89. Demi Dito
90 PEMBERITAHUAN
Episodes

Updated 90 Episodes

1
1. Hamil
2
2. Resmi Bercerai
3
3. Kemarahan Ibu Mertua
4
4. Kelakuan Mirza
5
5. Permintaan Aneh
6
6. Tunangan Pura-Pura
7
7. Alasan Memberi Mobil
8
8. Tamu Tak Terduga
9
9. Diam-diam Terpesona
10
10. Vanessa Yang Sebenarnya
11
11. Tamu Yang Diundang
12
12. Pertemuan Kembali
13
13. Obrolan Di Meja Makan
14
14. Tanda Merah Di Dada
15
15. Pernah Ada Rasa
16
16. Pil KB
17
17. Pertengkaran Kecil
18
18. Kesedihan Dito
19
19. Jadi Ayahku
20
20. Jadi Ayah Sambung
21
21. Butuh Waktu
22
22. Imajinasi Mirza
23
23. Salah Paham
24
24. Pertanyaan Aneh Dito
25
25. Lamaran Dadakan
26
26. Jawaban Renata
27
27. Diam-Diam Ada Cemburu
28
28. Antara Lelah Dan Muak
29
29. Siapa Anak Itu?
30
30. Janda Mati Atau Janda Cerai
31
31. Masa Lalu Yang Sama
32
32. Hati Yang Kacau
33
33. Anak Adopsi
34
34. Dia Calon Isteriku
35
35. Obrolan Dua Pria
36
36. Menggali Kenangan
37
37. Amarah Yang Membara
38
38. Diusir
39
39. Andai Waktu Bisa Diputar Kembali
40
40. Cincin Pernikahan
41
41. Namaku Dito
42
42. Dito Hilang
43
43. Jauhi Anak dan Calon Istriku
44
44. Langkahi Dulu Mayatku
45
45. Rencana
46
46. Anak Siapa?
47
47. Ayah Kandung
48
48. Siap Jadi Istrimu
49
49. Menjelang Pernikahan
50
50. Kegelisahan Tony
51
51. Melihat Bidadari
52
52. Sah
53
53. Panggilan Khusus
54
54. Pengen Unboxing
55
55. Aku Milikmu
56
56. Sifat Asli Tony
57
57. Kembalikan Anakku
58
58. Sampai Jumpa Di Pengadilan
59
59. Kita Hadapi Bersama
60
60. Harapan Mirza
61
61. Mantan Terindah
62
62. Cemburunya Renata
63
63. Di PHK
64
64. I Miss You
65
65. Menyinggung Masa Lalu
66
66. Aku Yang Akan Mundur
67
67. Aku Minta Cerai
68
68. Batal Kerjasama
69
69. Sakit Hati Yang Belum Terlampiaskan
70
70. Pertemukan Aku Dengannya
71
71. Kasihani Aku Sedikit Saja
72
72. Perempuan Bekas
73
73. Bukan Perempuan Bekas
74
74. Hukuman
75
75. Nekat
76
76. Om Jahat
77
77. Maafkan Papa
78
78. Jangan Ganggu
79
79. Ijinkan Aku
80
80. Aku Sudah Ikhlas
81
81. Aku Habisi Kamu
82
82. Insiden
83
83. Dukungan
84
84. Janji
85
85. Cita-Cita Dito
86
86. Salah Sangka
87
87. Tamu Di Pagi Hari
88
88. Masih Sama
89
89. Demi Dito
90
PEMBERITAHUAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!