Angel tertawa dalam hatinya ketika mengingat bagaimana Rizal menampar wajah Dinda dengan cukup keras dan disaksikan oleh orang banyak.
Tak sia-sia ia berakting menjadi wanita lemah setelah melihat reaksi dari Rizal yang mana Rizal lebih memilih dirinya daripada istri sahnya.
“Tuan Rizal, saya tidak ingin pergi ke klinik atau ke rumah sakit. Tidak bisakah kita pulang saja ke apartemen?” tanya Angel dengan berderai air mata.
“Tidak bisa, Angel. Kamu saat ini sedang terluka karena wanita gila itu. Bagaimana kalau luka mu semakin parah? Pokoknya kita harus ke rumah sakit dan kalau perlu kamu dioperasi agar bisa segera pulih,” pungkas Rizal panik sambil terus mengendarai mobilnya menuju rumah sakit terdekat.
“Tuan Rizal sangat berlebihan. Hidung saya ini hanya terbentur tembok bukannya patah.
“Jangan mengambil kesimpulan tanpa tahu keadaan yang sebenarnya. Kita akan tahu setelah kamu diperiksa,” pungkas Rizal.
***
Dinda mengemudikan mobilnya menuju rumah orang tuanya karena saat itu ia bingung harus pergi kemana lagi setelah apa yang terjadi.
Cintanya kepada Rizal semakin besar, namun sepertinya cinta Rizal untuk dirinya perlahan memudar dimakan oleh waktu.
“Dinda? Kamu kenapa menangis?” Mama Fira terkejut melihat putrinya yang datang dengan keadaan menangis.
Dinda tak menjawab pertanyaan dari Mama Fira dan justru tangisannya semakin menjadi yang mana membuat Mama Fira kebingungan melihat putrinya yang terus saja menangis.
“Kamu ada apa? Kalau ada masalah itu ya cerita! Bukan menangis seperti bayi,” ucap Mama Fira yang kesal dengan putrinya yang justru menangis.
Dinda tiba-tiba terjatuh tak sadarkan diri yang mana membuat Mama Fira panik dan langsung berteriak memanggil suaminya yang sedang berada di kamar.
“Pa! Papa! Cepat kesini!” Mama Fira berteriak memanggil suaminya agar segera datang.
Papa Syamsi berlari menghampiri istrinya yang terus berteriak memanggil dirinya.
“Ada apa? Kenapa dengan Dinda?” Papa Syamsi yang panik langsung menggendong putrinya dan meletakkannya di sofa.
Cukup lama Dinda tak sadarkan diri, sampai akhirnya wanita itu perlahan membuka mata.
“Papa! Mama!!” Dinda kembali menangis didepan orang tuanya.
Merasa tidak segera mendapatkan jawaban dari putrinya, Mama Fira seketika itu mencubit lengan Dinda dengan cukup keras.
“Kalau ada masalah itu ya cerita, bukankah Mama berulang kali selalu bilang padamu untuk cerita kalau ada masalah. Kalau menangis begini, lebih baik kamu minggat dari sini,” ucap Mama Fira yang tak segan mengusir putrinya sendiri.
Dinda sebenarnya ingin menceritakan perihal Rizal yang sudah menampar wajahnya. Akan tetapi, Dinda memilih untuk bungkam karena jika ia mengatakan yang sejujurnya kedua orang tuanya pasti akan marah padanya dan memintanya untuk berpisah dengan Rizal yang mana hal itu sangat tidak mungkin bagi Dinda.
Selamanya Dinda tidak akan pernah melepaskan apalagi sampai bercerai dengan Rizal. Dinda tidak ingin namanya menjadi jelek karena perceraian tersebut.
Dinda ingin seluruh dunia mengakui kesempurnaan dirinya entah apapun bentuknya.
***
Keesokan Pagi
Angel memutuskan untuk kembali bekerja di restoran karena ia merasa sudah sembuh setelah hidungnya diobati.
“Mau pergi kemana?” tanya Rizal ketika melihat istri sirinya berpenampilan sangat rapi.
“Tuan Rizal, saya harus kembali bekerja. Lagipula kondisi saya sudah jauh membaik,” jawab Angel.
“Tidak boleh. Kamu seharusnya tetap berada di apartemen dan istirahat total seperti yang dikatakan dokter kemarin,” balas Rizal yang tak setuju jika Angel pergi bekerja.
Rizal bahkan menawarkan uang yang cukup besar sebagai permintaannya agar Angel tidak pergi bekerja. Bukan Angel namanya jika langsung mengiyakan apa yang dikatakan oleh Rizal.
Angel ingin bertindak sesuka hatinya yang mana membuat Rizal akan semakin menginginkan dirinya.
“Sebaiknya Tuan pergi dan temuilah Nyonya Dinda. Sepertinya Nyonya Dinda sangat terpukul atas kejadian kemarin. Bukankah sebagai suami Tuan haruslah bertindak adil?”
Rizal turun dari tempat tidurnya dan perlahan menarik tubuh Angel agar menempel pada tubuhnya yang kala itu hanya memakai celana dalam saja sisanya dibiarkan polos begitu saja.
“Inilah yang aku sukai dari kamu, Nona Angel. Selain cantik, kamu juga berhati malaikat persis seperti namamu,” pungkas Rizal.
Angel tertawa kecil mendengar ucapan Rizal yang seakan sudah mengenal baik dirinya.
“Tuan Rizal, anda sangat lucu sekali. Bagaimana bisa Anda menyamakan saya seperti malaikat? Justru sangat jauh berbeda,” sahut Angel.
Angel perlahan melepaskan tangan Rizal dari tubuhnya dan pamit untuk kembali bekerja.
Rizal tak bisa membiarkan Angel pergi seorang diri dan memutuskan untuk mengantarkan Angel sampai depan restoran.
Angel langsung menolak keinginan Rizal, dikarenakan ia tidak ingin orang lain melihat mereka berdua dan rencananya untuk membuat Dinda hancur menjadi gatot alias gagal total.
“Tuan Rizal, cukup yang kemarin saja anda menggendong saya dan membawa saya pergi dengan mobil Tuan. Pagi ini, biarkan saya pergi seorang diri karena saya tidak ingin hubungan kita terpublikasikan. Bukankah itu salah satu perjanjian kita?”
Kalau sudah menyangkut perihal perjanjian, Rizal tidak bisa berbuat banyak dan pada akhirnya membiarkan Angel pergi seorang diri.
Sebelum pergi, Angel memberikan kecupan basah dibibir Rizal yang mana membuat Rizal semakin klepek-klepek dengan sosok istri sirinya itu.
Angel pergi dengan menggunakan taksi online karena cuaca di pagi hari itu cukup keras dan Angel tidak ingin terkena kilauan matahari pagi.
Tiba di restoran, Angel langsung disambut berbagai pertanyaan dari rekan kerjanya dan dengan santainya Angel menjawab kalau ia tidak memiliki hubungan apapun dengan Rizal. Hanya saja, Rizal pernah mengutarakan rasa ketertarikan pada dirinya.
Semua rekan kerjanya tentu saja percaya dengan apa yang dikatakan oleh Angel, bohong jika tidak ada yang menyukai wajah cantik dari Angel.
Bahkan, kebanyakan pelanggan yang datang ke restoran itu sengaja berlama-lama hanya untuk memandangi wajah Angel saja.
Andy selaku pemilik restoran tersebut, memanggil Angel dan memintanya Angel untuk segera menghadap dirinya di ruangannya.
Angel pun bergegas pergi menemui Andy di ruang kerja Andy dengan sangat santai karena yang Angel tahu, Andy masih memiliki perasaan untuknya.
“Permisi,” ucap Angel seraya masuk ke dalam dan duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Andy.
“Bagaimana keadaanmu, Angel? Apakah hidungmu sudah membaik?” tanya Andy yang rupanya alasan dirinya memanggil Angel hanya ingin mengetahui keadaan Angel saja tidak lebih.
“Alhamdulillah hidung saya sudah membaik. Apakah Pak Andy memanggil saya karena masalah ini?” tanya Angel seraya menyentuh hidungnya sendiri.
“Ya. Kamu benar sekali, Angel! Dari kemarin aku selalu kepikiran,” jawab Andy apa adanya.
“Karena Pak Andy sudah tahu kondisi saya, izinkan saya kembali bekerja,” sahut Angel yang tidak bisa berlama-lama di ruangan tersebut.
“Oh ya silakan!” Seru Andy mempersilahkan Angel untuk kembali bekerja menjalani tugasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments