Sudah 3 hari lamanya, Dinda menunggu kepulangan suaminya yang entah pergi ke mana.
Dinda sudah mencoba menghubungi suaminya, namun Sang suami tak sedikitpun bisa dihubungi. Dinda juga telah mendatangi kantor, namun lagi-lagi Rizal tidak berada di kantornya.
Ketakutan Dinda tentu saja semakin besar, ia takut Rizal jatuh ke dalam pelukan wanita lain. Terlebih lagi, Dinda merasa sepertinya Sang suami sengaja menjauh dari dirinya.
Saat Dinda sudah hampir menyerah, Rizal datang untuk mengambil beberapa pakaian kerja miliknya. Melihat Sang suami ada didepan matanya, Dinda seketika itu tersenyum lebar dan berlari kedalam pelukan Sang suami tercinta.
Dinda sangat bersyukur karena akhirnya Rizal pulang ke rumah dalam keadaan sehat.
“Rizal, kamu dari mana saja? Sudah beberapa hari ini kamu tidak pulang. Aku setiap hari mencoba menghubungi dirimu dan mencarimu di kantor, tapi kamu tidak ada disana,” terang Dinda yang masih memeluk Rizal dengan erat.
Rizal meminta maaf karena membuat Dinda sibuk mencari dirinya dan Dinda pun memaafkan suaminya dengan mudah.
“Apa kamu sudah makan?” tanya Rizal.
Dinda menggelengkan kepala, isyarat bahwa dirinya belum makan.
Rizal yang kebetulan belum makan, memutuskan untuk makan bersama dengan istri pertamanya di sebuah restoran. Namun, Dinda tidak ingin pergi makan ke restoran lain kecuali, restoran atau rumah makan milik Andy.
Rizal sempat menolak keinginan Dinda, namun Dinda bersikeras untuk makan siang di rumah makan tersebut.
Karena tidak ingin membuat Dinda berlarut-larut dalam kesedihannya, Rizal pun mengiyakan dan membawa istrinya pergi makan siang di rumah makan langganan mereka.
Setibanya di rumah makan itu, mereka sudah disambut hangat dengan senyum cantik Angel.
Dinda tertegun sejenak, melihat Angel yang semakin cantik dengan hiasan mewah di lehernya.
“Si Miskin ternyata bisa juga beli kalung mahal,” celetuk Dinda.
“Dinda, tutup mulutmu!” Rizal terlihat marah ketika Dinda menyebut bahwa Angel adalah si miskin.
Angel menggelengkan kepalanya, memberi isyarat agar Rizal tak terpancing emosi atas apa yang Dinda ucapkan.
Dinda hanya bisa menundukkan kepalanya setelah melihat kemarahan Rizal.
“Mari saya antar ke meja Tuan dan Nyonya!” Angel dengan santai mempersilakan mereka berdua duduk.
Setelah mempersilakan mereka berdua duduk, Angel kembali melakukan pekerjaannya. Saat itu juga Rizal bangkit dari duduknya dengan alasan ingin pergi ke toilet, sementara Dinda tetap duduk di kursinya.
Rizal menghampiri istrinya dan mencoba untuk menghibur Angel atas apa yang diucapkan Dinda beberapa menit yang lalu.
Angel dan Rizal saat itu cukup intim. Keduanya saling berpelukan dan berciuman di dapur yang ternyata kemesraan mereka dilihat langsung oleh Andy.
Andy hanya bisa diam mematung melihat keduanya yang sangat intim itu.
Bruk!!! Tangan kanan Andy tak sengaja menyenggol sebuah kardus yang membuat Angel maupun Rizal menoleh ke arah sumber suara.
Angel secepat kilat pergi meninggalkan dapur dan tersisa mereka berdua, para pria yang akan berbicara empat mata.
“Kau sudah melihatnya, 'bukan?” tanya Rizal.
Andy dengan tatapan yang masih syok, hanya bisa menganggukkan kepalanya.
“Kami telah menikah beberapa hari yang lalu. Sekarang, Angel sudah menjadi istri siriku. Kamu paham maksud dari ucapanku, 'kan?” tanya Rizal memastikan.
Andy langsung mengiyakan dan berjanji tidak akan mengganggu Angel. Apalagi sampai membuat Rizal tersinggung.
“Satu lagi, aku harap Dinda tidak tahu mengenai hal ini. Kalau sampai ia tahu, itu artinya kamu mencari masalah denganku,” tegas Rizal.
Rizal pun pergi menghampirimu istrinya yang sedang menunggu dirinya.
“Kenapa hanya memesan sedikit?” tanya Rizal ketika melihat meja makan yang hanya diisi beberapa lauk.
“Aku sedang diet, Rizal. Aku akan berusaha menjaga bentuk badanku untukmu,” jawab Dinda.
Wanita berumur 29 tahun itu memutuskan untuk diet ketat, agar tidak ada wanita yang bisa menyaingi dirinya.
Usai makan siang, Rizal dan Dinda kembali ke rumah mereka.
Rizal pun masuk ke dalam kamar dan memasukkan beberapa pakaian kerja miliknya ke dalam koper.
Dinda yang saat itu melihat suaminya memasukkan pakaian kerja ke dalam koper, menanyakan alasan suaminya itu.
“Rizal, kenapa pakaianmu kamu masukan ke dalam koper?” tanya Dinda penasaran.
“Untuk beberapa hari ke depan aku tidak akan pulang ke rumah. Aku ada tugas ke luar kota yang mana aku harus menginap di sana,” jawab Rizal yang tentu saja berbohong.
“Benarkah?” tanya Dinda tak yakin.
“Apa aku harus memberikanmu penjelasan yang lebih detail lagi?” tanya Rizal dingin.
“Itu artinya kamu akan jarang pulang?” tanya Dinda sembari menahan tangisnya.
“Suka tidak suka, itulah yang terjadi. Kamu tidak perlu sedih, bukankah uang yang aku berikan cukup membuatmu bahagia?”
Dinda tak bisa memungkiri ucapan Rizal, karena uang yang Rizal berikan bisa dikatakan cukup banyak sehingga tak habis-habis jika digunakan setiap hari untuk memenuhi kehidupan hedonnya itu.
Rizal pun pada akhirnya pergi meninggalkan Dinda sendirian.
Dinda tak bisa sedikitpun menghentikan langkah Rizal dan hanya bisa berharap Rizal tak pernah tergoda oleh wanita manapun.
***
Malam Hari.
Dinda yang kebetulan baru pulang dari pesta, tak sengaja melihat Angel duduk sendirian di taman dekat lampu merah.
Dinda yang masih kesal dengan kecantikan Angel, saat itu juga memutuskan untuk turun dari mobilnya dan menghampiri Angel yang tengah duduk sendirian.
Dinda yang kebetulan memegang sebuah botol berisi air, seketika itu menyiram wajah Angel dengan air tersebut.
“Aakhhh!” Angel terkesiap, wanita cantik itu terkejut karena tiba-tiba ada seorang wanita yang datang menyiram wajahnya.
Dinda tertawa puas melihat bagaimana Angel terkejut setelah mendapatkan siraman air dari Dinda.
“Nyonya Dinda! Kenapa kamu menyiram ku?” tanya Angel berpura-pura tak berdaya.
“Kamu kalau jadi wanita yang bagusan dikit kenapa sih? Cuma pelayan rumah makan saja, gaya kamu persis sekali dengan wanita malam,” ucap Dinda yang dengan gampangnya ia menghina Angel.
Angel tak tahan dengan sikap sombong Dinda. Akan tetapi, Angel masih bisa menahan diri untuk tetap elegan di depan umum.
“Kenapa diam? Apa karena ucapanku ini benar? Lebih baik kamu keluar dari rumah makan Andy!”
Angel tak ingin dirinya menjadi pusat perhatian di taman itu. Ia pun memilih untuk pergi dan mengabaikan celotehan Dinda yang tidak penting itu.
Dinda mencoba mengejar, namun high heels yang ia gunakan mempersulit langkahnya. Semenjak Angel, terlihat sangat lihai ketika menggunakan high heels miliknya.
Dinda bahkan hanya bisa melongo tak percaya, melihat Angel dengan sangat santai berjalan menggunakan high heels tak ada kesulitan sedikitpun.
Kenapa dia terlihat sangat anggunly dibandingkan aku? Sialan, kalau begini terus yang ada aku kalah dari wanita penghibur itu. (Batin Dinda)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments