3 hari setelah kejadian di mana Rizal mengabaikan dirinya dan bersikap dingin, Dinda yang merasa jenuh di rumah memutuskan untuk berkumpul dengan teman sosialitanya. Kebetulan hari itu adalah hari Minggu, hari di mana mereka biasanya mengadakan pertemuan di suatu lokasi dan kali ini mereka sepakat berkumpul di sebuah wisata yang cukup terkenal di kota tersebut.
Seperti biasa, Dinda datang terlambat dari teman sosialitanya yang lain yang mana membuat mereka penasaran dengan keterlambatan Dinda.
“Sudah tahun segini, masih saja terlambat. Memangnya kamu sedang sibuk apa sekarang Nyonya Dinda?” tanya Eva.
“Maaf ya Jeng, akhir-akhir ini aku sibuk mengurus suamiku,” jawab Dinda dengan tertawa malu-malu.
“Benarkah? Berarti yang waktu itu aku lihat salah dong,” celetuk Desy.
“Salah lihat apa Jeng?” tanya Erika dan Sischa penasaran.
“Jeng Desy, salah lihat yang bagaimana?” tanya Dinda yang begitu penasaran dengan celetukan Desy.
“Waktu itu kalau tidak salah malam hari, aku melihat suami Jeng Dinda bersama seorang wanita muda. Ku pikir itu Jeng Dinda, tapi setelah diamati sepertinya bukan. Dikarenakan wanita itu posturnya tinggi mirip seperti model,” ungkap Jeng Desy.
Dinda mengepalkan tangannya kuat-kuat mendengar apa yang dikatakan oleh Jeng Desy. Rasanya ia ingin sekali menyumpal mulut Jeng Desy dengan kain agar tidak banyak bicara.
“Ya ampun Jeng Desy ini ada-ada saja. Mungkin yang Jeng Desy lihat malam itu bukanlah suamiku, lagipula suamiku sangat sibuk dan tidak ada waktu untuk melakukan hal bodoh seperti itu,” sahut Dinda dan tertawa geli yang mana membuat mereka berlima percaya dengan apa yang dikatakan oleh Dinda.
“Iya Jeng Desy, bisa saja kamu salah lihat. Tidak mungkin Jeng Dinda, Nyonya kita yang cantik ini diselingkuhi. Lagipula, Nyonya kita ini sangat sempurna luar dalam,” pungkas Jeng Celine.
Dinda kehilangan percaya dirinya dan sepanjang obrolan, wanita itu tidak banyak merespon yang mana membuat teman sosialitanya mulai ragu dengan ucapan Dinda.
Selesai menikmati waktu berkumpul, Dinda lebih dulu meninggalkan tempat tersebut dan bergegas pergi untuk menemui suaminya di Kantor.
Sesampainya di Kantor, rupanya Rizal sudah pergi dan ketika ditanyai keberadaan Rizal, tak satu pun dari karyawan Kantor mengetahui kemana perginya Rizal.
Ketakutan Dinda semakin besar, ia tidak ingin statusnya menjadi Nyonya Rizal tergeserkan oleh wanita yang diduga sebagai selingkuhan suaminya.
Pikiran Dinda tiba-tiba menjadi buntu dan ia bingung harus pergi kemana.
“Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana kalau apa yang dikatakan Desy benar-benar terjadi? Apakah Rizal akan tetap mempertahankan diriku?” tanya Dinda bermonolog.
Cukup lama Dinda berada di dalam mobil, sampai akhirnya wanita berusia 29 tahun itu memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya.
Sesampainya di rumah kedua orang tuanya, rupanya orang tuanya tidak ada di rumah dan hanya ada seorang asisten rumah tangga.
“Papa dan Mama kemana?” tanya Dinda.
“Tuan dan Nyonya kebetulan sedang pergi,” jawab asisten rumah tangga.
Dinda menghela napas panjang dan pada akhirnya ia kembali ke rumahnya.
Diperjalanan pulang, Dinda mendadak ingin mampir di restoran yang menjadi tempat favoritnya bersama Sang suami.
Dinda berharap ia bisa bertemu dengan suaminya di restoran tersebut.
Benar saja. Senyum Dinda mengembang sempurna ketika melihat mobil suaminya yang terparkir di area parkir dan dengan langkah terburu-buru wanita itu masuk ke dalam restoran untuk menghampiri suaminya.
Kedatangan Dinda kala itu disambut dengan senyuman ramah dari Angel, gadis yang membuat Dinda selalu emosi jika melihat senyum Angel.
“Selamat datang, Nyonya Dinda! Lama tidak bertemu,” ucap Angel menyapa Dinda.
“Memangnya kamu siapa bicara begitu padaku?” Ketus Dinda dan kembali melangkahkan kakinya menuju sebuah ruang yang biasanya menjadi tempat makan suaminya.
Kedatangan Dinda yang tiba-tiba membuat Rizal yang sedang makan seorang diri, langsung kehilangan selera makannya.
Rizal tak suka dengan cara Dinda datang dan tersenyum padanya seakan tak terjadi apapun.
“Rizal sayang, ternyata kamu di sini. Aku merindukan mu,” ucap Dinda dengan suara manja.
“Tidak bisakah kamu duduk tenang dan tidak mengganggu jam makan ku?” tanya Rizal datar.
Dinda meminta maaf karena telah mengganggu jam makan suaminya, kemudian ia memilih duduk sedikit menjauh agar Rizal kembali meneruskan makannya.
Melihat Dinda duduk dengan tenang, Rizal kembali menikmati makanannya dan disaat yang bersamaan Angel datang dengan membawa es degan yang cukup segar.
“Silakan diminum, Tuan Rizal!” Angel tersenyum cantik seraya meletakkan es degan tersebut ke meja makan Rizal.
Dinda memperhatikan keduanya dan terlihat jelas kalau Rizal membalas senyuman dari Angel.
Saat itu juga Dinda ingin sekali menggebrak meja tersebut, namun ia segera mengurungkan niatnya karena tidak ingin Rizal semakin bersikap dingin padanya.
Setelah meletakkan es degan segar tersebut, Angel bergegas pergi dan tanpa pikir panjang Dinda mengikuti Angel.
Angel tahu dirinya diikuti oleh Dinda, maka dari itu Angel memilih untuk masuk ke area toilet wanita yang mana Dinda akan terus mengikutinya sampai ke dalam.
“Hei wanita murahan!” Dinda seketika itu menarik rambut Angel dari belakang yang mana membuat Angel merintih kesakitan.
Angel sengaja tak melawan dan berakting seperti wanita lemah pada umumnya karena dengan cara itu Dinda lah yang akan mendapatkan malu.
“Nyonya Dinda, apa salah saya?” tanya Angel dengan rintihan kesakitan.
“Masih tanya salah kamu apa? Kenapa kamu tadi tersenyum pada pria yang sudah bersuami? Apa kamu tidak melihat kalau aku ada di ruangan itu?” tanya Dinda dengan setengah berteriak.
Keributan tersebut terdengar sampai luar toilet wanita yang mana membuat para pelanggan penasaran dengan apa yang terjadi.
Di dalam toilet, Dinda terus menarik rambut Angel dan tak hanya sampai disitu, Dinda mendorong tubuh Angel hingga akhirnya tubuh Angel terbentur ke tempat dengan cukup keras.
Melihat Angel terjatuh dengan hidung yang sudah berlumuran darah, Dinda cukup terkejut karena ia mendorong Angel tidak sekuat tenaga.
Keributan itu memicu orang-orang untuk melihat apa yang terjadi, sampai akhirnya Rizal datang dan hal tak terduga pun terjadi.
Plak!!!
Untuk pertama kalinya Dinda mendapatkan sebuah hadiah tamparan dari suaminya dan disaksikan langsung oleh banyak orang.
“Apa kamu sudah gila?” Rizal terlihat sangat marah dan kemarahannya semakin besar ketika melihat hidung Angel yang terus mengeluarkan darah segar.
Di depan mata semua orang, Rizal menggendong Angel keluar dari kamar mandi untuk segera mendapatkan perawatan.
Dinda tak bisa apa-apa, wanita itu hanya bisa berlari pergi dengan perasaan yang teramat hancur.
Sakit dipipinya membuat Dinda seakan ingin mati saat itu juga dan berharap semua orang yang melihat kejadian itu ikut mati bersama dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments