Dinda terbangun dari tidurnya dengan napas terengah-engah, wanita itu rupanya baru saja mengalami mimpi buruk. Mimpi mengenai suaminya bersama wanita lain yang Dinda sendiri tidak tahu wanita itu siapa.
Mata Dinda melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 3 pagi. Dinda belum menyadari bahwa suaminya tidak ada disampingnya karena masih syok dengan mimpi buruk tersebut.
Dinda perlahan turun dari tempat tidurnya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Didalam kamar mandi, wanita itu memperhatikan wajahnya dan berharap selamanya ia bisa awet muda agar Rizal tak melirik wanita lain yang jauh lebih muda darinya.
Dinda kembali ke tempat tidurnya dan ia baru sadar kalau ternyata Sang suami tidak ada ditempat tidur tersebut.
Wanita itu panik dan berlari keluar kamar seraya memanggil-manggil suaminya. Dinda berteriak seperti orang gila yang mana teriakan membangunkan Bibi Ina, pembantu rumah tangga dirumah itu.
“Nyonya Dinda!!” Bibi Ina menghampiri Dinda dan mencoba menenangkan majikannya yang terlihat seperti orang linglung.
“Bi, dimana Tuan Rizal? Kenapa dia tidak ada dikamar?” tanya Dinda.
“Bibi juga tidak tahu, Nyonya Dinda,” jawab Bibi Ina yang tidak tahu kemana perginya Tuan Rizal.
“Aaaaakkhhhh!" Dinda berteriak histeris yang mana membuatnya pingsan tak sadarkan diri.
Bibi Ina yang sudah tua dan tak mampu memapah Dinda, berlari ke depan rumah untuk memanggil Pak Yoga, sopir pribadi Dinda.
“Pak Yoga, tolong bantu saya. Nyonya Dinda pingsan,” ucap Bibi Ina panik.
Pak Yoga pun segera berlari menghampiri Dinda yang sudah tak sadarkan diri karena syok yang dialaminya.
***
Pagi Hari
Rizal perlahan membuka matanya dengan tubuh yang sudah terbalut perban. Ternyata semalaman Angel mengobati luka Rizal dan membalutnya dengan perban agar luka Rizal cepat kering.
Rizal pun bangkit dari tidurnya dan rupanya saat itu ia tidur dikasur yang biasa ditiduri oleh Angel.
Bau harum masakan membuat Rizal lapar dan ingin segera mengisi perutnya yang terasa lapar karena bau masakan tersebut sungguh menggiurkan lidahnya.
Angel saat itu sedang memasak udang asam manis dan juga cah kangkung untuk sarapan. Angel yang tengah fokus memasak, sama sekali tak menyadari kedatangan Rizal yang sudah duduk di kursi meja makan seraya memandangi Angel yang kala itu sedang memasak.
“Sudah selesai,” ucap Angel.
Saat Angel hendak menyajikan masakannya diatas meja, gadis itu terkejut dan masakan yang baru saja matang mengenai tangannya.
Rizal bangkit dari duduknya dan buru-buru menuntun Angel mendekati wastafel untuk membersihkan tumpahan kuah panas yang mengenai tangan Angel.
“Maaf, karena tak sengaja mengejutkan dirimu dan membuat tanganmu melepuh,” ujar Rizal penuh sesal.
“Sejak kapan Tuan ada disini?” tanya Angel yang sama sekali tak menyadari kehadiran Rizal.
“Sejak kamu memasak,” jawab Rizal.
Rizal dengan penuh perhatian mengeringkan tangan Angel yang ternyata sudah melepuh, meskipun tumpahan kuah itu tak mengenai seluruh tangan Angel.
“Saya bisa sendiri,” ucap Angel dingin.
Angel tidak bisa terus-menerus berada di dekat Rizal. Terlebih lagi Rizal selalu memberikan perhatian lebih kepadanya.
“Setelah sarapan, saya harap Tuan pergi dari sini,” ujar Angel yang sengaja mengusir Rizal.
“Terima kasih karena kamu telah mau menerimaku disini dan merawat diriku semalaman. Karenamu keadaanku jauh membaik dan aku tidak perlu lagi pergi ke rumah sakit,” pungkas Rizal.
“Saya harap Tuan tidak salah paham dan tidak menganggap rendah saya. Saya melakukan semua ini karena tidak ingin bila ada tetangga yang tahu kalau anda disini,” tegas Angel.
“Aku sama sekali tidak menganggapmu rendah, Angel. Terima kasih karena telah merawatku,” ucap Rizal.
“Sekarang Tuan lebih baik sarapan, setelah itu saya mohon Tuan pergi!”
Angel menyiapkan sarapan untuk Rizal dan mempersilakan Rizal untuk makan. Akan tetapi, Rizal hanya diam sambil memandangi piring didepannya.
“Kenapa lagi?” tanya Angel karena Rizal tak kunjung memakan makanannya.
“Tiba-tiba tanganku sakit dan aku tidak berdaya untuk mengangkat sendok ku,” jawab Rizal.
Rizal tentu saja berbohong dan Angel mengetahui jelas kalau pria yang bermalam dirumah itu tengah berbohong. Namun Angel berpura-pura polos dan menawarkan diri untuk menyuapi Rizal.
“Makanlah!” Angel menyodorkan sesuap nasi yang mana Rizal dengan lahap memakannya.
Sesuatu hal yang tidak pernah ia dapatkan dari Dinda. Bahkan selama menikah, Dinda tidak pernah sekalipun memasak untuknya. Masuk ke dapur untuk merebus air pun Dinda tidak pernah. Semua dilakukan oleh Bibi Ina yang usianya tidak lagi muda.
“Ada apa? Kunyahlah dan telan dengan baik,” ucap Angel karena Rizal justru bukan sibuk mengunyah, malah sibuk memperhatikan wajahnya.
“Masakanmu sangat enak,” tutur Rizal memuji rasa masakan Angel.
Angel tak peduli dengan pujian tersebut, ia hanya ingin Rizal cepat pulang dari kontrakan tersebut.
Setelah sarapan, Angel sekali lagi meminta Rizal untuk pulang dan pada akhirnya Rizal pulang.
Sesampainya di rumah, Rizal langsung mendapat berbagai pertanyaan dari istrinya yang nampak sangat kecewa karena Rizal pergi meninggalkan dirinya.
“Kamu dari mana saja, Rizal? Apakah kamu tahu kalau aku pingsan dan harus banyak istirahat karena memikirkan keegoisan mu,” ujar Dinda yang malah melempar pertanyaan dan bukannya menanyakan kondisi Rizal yang kala itu penuh perban.
“Apa kamu buta, Dinda? Tidak lihat kah kamu kalau aku tengah terluka?” Rizal tak habis pikir dengan pemikiran istrinya dan Sang istri sama sekali tidak peduli dengan kondisi tubuhnya yang penuh perban itu.
Dinda menyadari kesalahannya dan meminta maaf detik itu juga. Kemudian, ia mencoba memberi perhatian lebih untuk Sang suami. Namun Rizal langsung menepis tangan Dinda dan meminta Dinda untuk tak mendekatinya.
Cara Angel dan Dinda memperlakukan dirinya sangatlah berbeda. Angel merawatnya dengan penuh perhatian, sementara Dinda juga tidak bisa memberikan kenyamanan yang seharusnya didapatkan oleh Rizal.
Saat Rizal hendak menaiki dan tiba-tiba muncul sekilas kejadian semalam dimana ia memeluk Angel.
“Ternyata semalam kami saling berpelukan,” gumam Rizal seraya tersenyum.
Dinda tak sengaja melihat suaminya tersenyum, namun Dinda tak berani menanyakan lebih jauh alasan mengapa suaminya tersenyum.
Dinda perlahan mengikuti suaminya yang masuk lebih dulu ke dalam kamar dan mengajak suaminya untuk sarapan bersama. Rizal tentu saja langsung menolak ajakan Dinda, karena dirinya sudah makan dan makan langsung melalui suapan tangan Angel.
“Kamu sudah sarapan? Sarapan dimana?” tanya Dinda penasaran.
Dinda yang curiga mencoba mendekati suaminya seraya mengendus-endus pakaian yang saat itu suaminya pakai.
“Aku mencium parfum wanita di tubuhmu, Rizal. Apakah semalam kamu bermalam dirumah wanita lain?” tanya Dinda curiga.
Rizal tak menjawab pertanyaan Dinda yang mana membuat Dinda kelimpungan bukan main.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments