“Maaf, Tuan Rizal! Saat ini saya tengah bekerja, mohon Tuan Rizal mengerti posisi saya yang hanya sebagai pelayan ini. Saya permisi!”
Angel pergi dengan membawa gelas jus jeruk dengan langkah cantiknya, yang semakin membuat Rizal tak bisa menahan diri lagi untuk terus berada dekat dengan gadis cantik itu.
“Gadis itu sangat berbeda dan aku semakin tertarik padanya,” gumam Rizal.
Rizal bangkit dari duduknya dan mendekati pengantin baru yang terlihat sangat bahagia dikursi pelaminan mereka.
Rizal adalah pria yang cukup disegani karena kekayaannya yang bisa dibilang sangatlah fantastis.
“Tuan Rizal, anda datang sendirian? Sepertinya aku tadi melihat anda datang bersama Nyonya Dinda,” ucap Ridho selaku mempelai pria.
“Dinda sudah pulang lebih dulu karena ada urusan mendadak,” balas Rizal.
Rizal bersalaman kepada pengantin baru tersebut dan tak lupa memberikan amplop kepada pengantin pria.
Setelah itu, Rizal pergi meninggalkan acara pesta pernikahan tanpa melihat sekelilingnya.
Angel sedikit kecewa dengan sikap Rizal yang langsung pergi padahal sebelumnya Rizal begitu ingin berbicara dengannya.
***
Dinda kembali seorang diri tanpa ditemani suaminya, baru saja melangkah masuk ke dalam rumah dirinya sudah disambut tatapan tak senang dari Mami Ika dan juga Kakak Iparnya.
“Bukannya mengucapkan salam, ini malah nyelonong masuk seperti kucing jalanan saja,” ucap Mami Ika.
Dinda sudah tak bisa menahan diri atas ucapan menyakitkan Mami Ika yang sudah sangat keterlaluan. Saat itu juga ia menatap Mami Ika dengan tatapan menantang.
“Mami ada masalah sama aku?” tanya Dinda dengan nada tinggi.
“Dinda, jaga bicaramu saat bicara dengan Mami. Mana sopan santunmu?” tanya Mayang seraya mengangkat jari telunjuknya tepat didepan wajah Dinda.
“Sopan santun seperti apa yang kalian inginkan dari aku? Seharusnya kalian mikir, bukannya malah mencari masalah padaku,” balas Dinda.
Mereka bertiga aduk cekcok yang mana pada akhirnya Dinda dan Mayang saling jambak-menjambak.
Mami Ika panik dan berteriak memanggil Bibi Sri yang tak lain adalah pembantu di rumah itu untuk memisahkan keduanya yang terus menarik rambut satu sama lain.
“Bibi Sri! Cepat kesini Bi!” Mami Ika memanggil Bibi Sri dengan suara sekeras mungkin.
Bibi Sri datang dan mereka berdua berusaha memisahkan dua wanita yang saling jambak-menjambak itu.
Rizal berlari masuk ke dalam karena mendengar suara keributan dari dalam rumah.
“Berhenti!” Suara teriakan Rizal seketika itu membuat mereka berhenti.
Rizal langsung menarik paksa istrinya dan membawanya ke kamar.
“Tidak bisakah sehari saja kamu tidak membuat masalah, Dinda? Bagaimana bisa kamu dan Kak Mayang malah saling jambak begitu?”
“Aku sama sekali tidak bersalah, Rizal. Mami dan Kak Mayang yang lah yang memulai duluan.”
“Tidak usah berkelit, aku sangat tahu sifat burukmu itu.”
Dinda merasa bahwa apapun yang ia katakan tidak akan pernah didengar oleh suaminya. Yang selalu suaminya dengar adalah perkataan Mami Ika dan juga Mayang.
“Tetap berada dikamar dan jangan sekalipun keluar!”
Rizal berbalik badan dan melenggang pergi menemui Mama Ika dan Mayang dibawah.
“Rizal, lihatlah apa yang dilakukan istrimu padaku! Bisa-bisanya dia bertindak kasar seperti itu kepada kakak iparnya sendiri,” ujar Mayang.
Seorang anak kecil berlari mendekati Mayang dan memeluk Mayang erat-erat.
“Sakit ya Ma?” tanya anak kecil itu kepada Mayang.
“Mama tidak apa-apa, sayang. Kamu kenapa keluar dari kamar?” tanya Mayang pada putri semata wayangnya yang baru berusia 5 tahun.
Gea tak menjawab pertanyaannya Mayang dan hanya diam sambil terus memeluk Mayang.
“Lihatlah perbuatan istrimu itu, Rizal. Putriku sampai ketakutan,” ujar Mayang yang sangat tak menyukai sikap arogan adik iparnya.
“Mami harap kamu lebih tegas dalam mendidik istrimu, Rizal. Mami malu dengan teman arisan karena mereka selalu saja membicarakan sikap jelek istrimu itu,” sahut Mami Ika.
“Cukup! Sudah jangan bahas lagi!” Rizal tidak ingin mendengar apapun yang terus saja memojokkan Dinda.
“Aku tidak ingin Mama dan Kak Mayang terus saja menyalahkan Dinda. Aku harap kalian mengerti, mau bagaimanapun Dinda dia adalah istriku dan aku yang akan memberi perhitungan kepadanya. Kalian tidak perlu sampai membuang-buang tenaga hanya untuk bertengkar dengannya,” tegas Rizal.
Rizal yang tidak tahan lagi dengan keributan tersebut, pada akhirnya memutuskan untuk pergi dari rumah itu dan kembali lebih awal pulang ke rumahnya sendiri.
Mami Ika dan Mayang mencoba membujuk Rizal untuk tak pulang lebih awal, namun Rizal bersikukuh dengan keputusannya karena tidak tahan jika harus mencampurkan ketiga wanita yang sama-sama keras kepalanya.
“Bereskan barangmu sekarang!”
Dinda langsung mengemas pakaiannya tanpa bertanya lebih lanjut alasan mengapa suaminya mengajak mereka pulang lebih awal.
Mami Ika dan Mayang hanya bisa menatap kepergian Rizal bersama Dinda karena tak sanggup mencegah keduanya.
“Kami pulang!” Rizal dan Dinda pun akhirnya pergi dari rumah itu.
***
“Dinda, ini yang terakhirnya kamu dan keluargaku bertengkar. Aku tidak ingin kejadian kampungan seperti tadi terulang kembali!”
“Percayalah Rizal, bukan aku yang memulai pertengkaran itu. Mami dan Kak Mayang lah yang lebih dulu menindas ku,” ucap Dinda membela diri.
“Apa yang kamu ucapkan barusan? Sejak kapan kamu merasa bahwa mereka menindas kamu? Ayolah Dinda, aku dan kamu menikah bukan hanya sebulan, dua bulan. Apakah aku harus percaya dengan ucapanmu itu?”
“Selalu saja aku yang kamu salahkan! Apakah hubungan kita harus seperti ini? Tak pernah sedikitpun ada hal romantis dikehidupan rumah tangga kita.”
Rizal tertawa mendengar Dinda membahas perihal keromantisan dikehidupan rumah tangga mereka.
“Apakah menurutmu ini lucu, Rizal? Kamu bahkan tidak lagi menyentuhku. Bagaimana kita bisa memiliki anak kalau tidur saja kita masih memiliki jarak,” pungkas Dinda.
“Aku lelah jika harus membahas perihal anak. Aku justru curiga kalau sebenarnya kamulah yang tidak bisa memberikan keturunan.”
“Tidurlah denganku selama sebulan penuh dan akan kupastikan bahwa aku bisa memberikan anak untukmu,” tegas Dinda.
“Benarkah? Bagaimana jika kamu benar-benar tidak bisa memberikan ku keturunan?”
Dinda terdiam mendapat pertanyaan Rizal. Ia sendiri meragukan rahimnya dan tidak mungkin juga ia mengizinkan Rizal untuk menikah lagi, apalagi sampai menceraikan dirinya.
“Kenapa diam? Apa sekarang kamu mulai dirimu sendiri?”
Rizal menatap Dinda dengan senyum meragukan. Kemudian, pria itu pergi meninggalkan Dinda yang terlihat seperti orang kebingungan.
“Mau kemana?” tanya Dinda ketika Rizal hendak melangkah keluar kamar.
“Malam ini aku tidak pulang dan jangan hubungi aku!” tegas Rizal.
Rizal pun pergi meninggalkan Dinda di rumah seorang diri tanpa ingin memberitahu kemana dirinya akan pergi.
“Rizal sialan!” Dinda berteriak histeris sambil melemparkan bantal serta guling ke sembarang arah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
ISTRI SIRI TUAN RIZAL
Assalamu'alaikum!!!
Hai, aku author penulis Istri Siri Tuan Rizal. Sebelumnya aku mau mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran kalian disetiap episode yang author up.. Author harap kalian menyukai kisah yang author bagikan ini.. hehehe..
Salam hangat dari Author untuk Kalian semua.. Saranghaeyo 🙏🥰😍
Jangan lupa untuk terus memberikan Like & komentar.. tonton juga iklan sebanyak-banyaknya ya... 📌❤
2024-08-30
6