Suasana hati Dinda pagi itu sangat kacau karena ia baru saja mengalami kejadian yang membuatnya kesal.
Mobil kesayangan miliknya ditabrak dari belakang oleh pemotor dan kabur begitu saja yang mana membuat Dinda tidak mendapatkan ganti rugi.
Dinda yang kesal mencoba menghubungi suaminya, namun Sang suami sama sekali tidak mengangkat telepon dari Dinda yang mana membuat kekesalan Dinda semakin bertambah.
“Rizal, sebenarnya kamu itu pergi kemana? Kenapa sudah seminggu lebih kamu tidak pernah pulang dan menemuiku?” tanya Dinda bermonolog.
Dinda yang kesal menumpahkan kemarahannya kepada sopir pribadinya dengan perkataan kasarnya yang mana perkataan kasar Dinda membuat sopir pribadinya diam seribu bahasa.
Pak Yoga yang tak lain ada sopir pribadi Dinda, tidak bisa berbuat apa-apa meskipun ia terus dihina oleh sosok Dinda. Pria berumur 60 tahun itu masih harus bekerja untuk bisa mencari nafkah untuk dirinya dan juga istrinya yang sakit-sakitan. Sementara kedua putrinya sudah berumah tangga dan Pak Yoga tidak ingin merepotkan maupun membebani kedua putrinya itu.
“Pak Yoga kalau masih mau bekerja dengan saya, kerja yang becus dong,” ucap Dinda kesal.
Pak Yoga hanya meminta maaf dan maaf karena hanya itu yang bisa dilakukannya.
Selesai menumpahkan kemarahannya kepada Pak Yoga, Dinda memutuskan untuk pergi ke salon karena ia harus melakukan perawatan kulit agar kulitnya semakin kencang.
Dinda tidak ingin kecantikannya memudar yang mana membuat Rizal berpaling darinya.
“Cepat antar saya ke salon!” perintah Dinda.
Sebelum pergi ke salon, Dinda terlebih dahulu mengganti pakaiannya dan setelah ia hendak bergegas pergi, Rizal datang yang mana membuat Dinda mengurungkan niatnya untuk pergi ke salon.
“Suamiku!! Akhirnya kamu pulang. Kamu pasti merindukan aku, 'kan?” tanya Dinda penuh percaya diri.
Rizal tak menggubris pertanyaan Dinda karena tujuannya untuk pulang adalah mengambil beberapa berkas penting yang tertinggal.
“Rizal sayang, kamu kenapa lagi-lagi mengabaikan aku? Apa yang membuatmu bersikap dingin padaku?” tanya Dinda yang tiba-tiba merengek seperti anak kecil.
Rizal tak sedikitpun terpengaruh dengan rengekan Dinda, menurut Rizal rengekan Dinda adalah sesuatu yang sangat tidak penting untuk diperhatikan.
“Rizal, aku sedang bicara padamu. Beraninya kamu bersikap dingin padaku seperti ini,” ujar Dinda.
Dinda yang kesal melampiaskan kekesalannya itu dengan menjatuhkan beberapa berkas yang ada di meja kerja Rizal yang mana membuat Rizal akhirnya menatap mata istri sahnya itu.
“Apa menurutmu dengan caramu bersikap kekanak-kanakan seperti ini aku akan memberikan semua perhatianku padamu? Seharusnya kamu sadar Dinda, kenapa aku bersikap begini padamu. Tidak bisakah kamu berubah sedikit saja agar hubungan kita membaik?” Rizal geleng-geleng kepala melihat sikap tak sabaran yang dimiliki oleh Dinda.
Dinda menundukkan kepalanya agar ia bisa mengendalikan emosi dihatinya. Kemudian, wanita berusia 29 tahun itu meminta maaf atas apa yang telah ia lakukan.
Rizal yang sudah muak dengan sikap labil istrinya hanya bisa mengiyakan dan meminta Dinda untuk segera keluar dari ruang kerjanya.
Meski berat, Dinda terpaksa mengikuti apa yang diminta oleh Rizal dan menunggu di depan pintu sampai Rizal keluar dari ruangan tersebut.
Sebelum Rizal benar-benar keluar dari ruang kerjanya, Dinda buru-buru memesan makanan via online karena kebetulan Dinda sangat jarang pergi ke dapur untuk memasak.
Sebenarnya Dinda sempat memiliki asisten rumah tangga, namun hampir semuanya selalu tidak betah setelah bekerja selama 1 bulan yang mana membuat Dinda lelah mencari orang untuk dijadikan asisten rumah tangga di rumahnya itu.
Tak berselang lama makanan yang dipesan oleh Dinda datang dan Dinda pun bergegas menyiapkan semuanya agar ia dan Sang suami bisa makan bersama.
“Sayang, aku sudah memasak cukup banyak makanan. Mari makan bersama!” Dinda menggandeng erat tangan suaminya dengan manja menuju ruang makan.
Rizal tertawa kecut melihat banyaknya makanan yang sudah berada di atas meja. Rizal sendiri tahu kalau istrinya itu tidak pandai memasak dan semua makanan yang berada di atas meja adalah makanan dari luar alias beli.
“Ada apa?” tanya Dinda ketika melihat Rizal tertawa mengejek.
“Ini yang kamu sebut memasak makanan? Apa tidak ada sedikitpun kejujuran di mulutmu itu?” tanya Rizal.
“Sayang, sikapmu dingin sekali hingga aku merasa seperti berbicara dengan orang lain. Kalaupun aku berbohong, itu semua karena aku ingin memberikan yang terbaik. Tolong, hargai usahaku untuk bisa memperbaiki hubungan kita. Mulai besok, aku akan menjadi istri yang baik untukmu dan aku akan memasak makanan untukmu dengan tanganku sendiri,” pungkas Dinda.
Rizal kehilangan selera makannya karena Dinda saat itu benar-benar banyak bicara yang mana membuat Rizal ingin bergegas pergi menjauh.
“Perutku sakit, sepertinya aku harus pergi,” ujar Rizal sambil beranjak dari kursi tersebut.
Dinda mencoba mencegah kepergian Rizal, akan tetapi Rizal segera menepis tangan Dinda yang hendak menahan dirinya.
“Sayang, jangan pergi. Aku merindukan sentuhanmu,” ucap Dinda yang langsung melepaskan pakaiannya di depan Rizal.
Rizal sama sekali tak tertarik dengan gundukan gunung kembar dihadapannya. Ia tetap melengos pergi yang mana membuat Dinda terkulai lemas karena tidak bisa berbuat apa-apa dengan sikap Rizal yang semakin dingin padanya.
Pikiran negatif terus-menerus berdatangan masuk ke dalam otaknya yang mana membuat Dinda pada akhirnya hanya bisa menangis.
Selama menikah dengan Rizal, Dinda tidak pernah merasakan arti dari suami-istri yang sesungguhnya.
Belum lagi, dirinya yang terus didesak oleh keluarga Rizal karena sampai detik ini belum memiliki keturunan.
Rizal berjalan menuju area halaman depan rumah dan sebelum masuk ke dalam mobil, Rizal memutuskan untuk menghampiri Pak Yoga yang kala itu terlihat sedang sedih.
Tak banyak bicara, Rizal mengeluarkannya dompet dan memberikan semua uang tunai miliknya kepada Pak Yoga.
“Kalau sudah tidak sanggup, lebih baik Pak Yoga resign saja. Atau Pak Yoga bisa ikut bekerja dengan saya,” ucap Rizal.
Selama ini Rizal lah yang membayar gaji Pak Yoga dan bukannya Dinda.
Pak Yoga menolak uang pemberian Rizal dan memilih untuk bekerja dengan Rizal karena ia sudah tidak mampu lagi jika terus-menerus dihina oleh Dinda.
“Ambil saja dan mulai besok Pak Yoga bekerja dengan saya. Datanglah ke apartemen besok jam 9 pagi,”ujar Rizal seraya memberikan alamat apartemen yang dimaksud olehnya.
Pak Yoga dengan perasaan terharu menerima uang tersebut dan tak lupa mengucapkan terima kasih atas kebaikan Rizal padanya.
Dinda berlari keluar menyusul suaminya yang ternyata sudah pergi.
“Cepat ikuti mobil suamiku!” perintah Dinda.
Pak Yoga memberanikan diri menolak perintah Dinda dan memberitahukan Dinda bahwa dirinya hari itu juga memutuskan untuk resign.
“Apa kamu bilang? Resign? Apa aku tidak salah dengar? Memangnya ada yang mau menerima kamu bekerja selain aku?” tanya Dinda penuh kesombongan.
Tak ingin banyak bicara, Pak Yoga kembali mengucapkan keinginan dan saat itu juga Dinda mengusir Pak Yoga dari hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments