Dinda mulai ketakutan dengan nasib rumah tangannya yang semakin hari semakin hambar. Belum lagi sikap Rizal padanya yang sudah jarang meliriknya, bahkan untuk tidur seranjang pun Rizal nampak tak ingin.
Berbagai cara sudah Dinda lakukan untuk menarik perhatian suaminya, mulai dari melakukan perawatan mahal hingga memakai pakaian kurang bahan pun sudah ia lakukan dan hasilnya nihil.
“Kamu mau kemana?” tanya Dinda melihat suaminya yang sudah berpakaian rapih.
“Bukan urusanmu,” ketus Rizal yang bersiap pergi.
Dinda tak bisa membiarkan suaminya pergi begitu saja, ia berusaha mencari cara agar Rizal tetap dirumah bersama dirinya.
“Aku mohon tetaplah disini dan temani aku tidur, Rizal. Aku mohon padamu!” Dinda memeluk punggung Rizal erat-erat dan berharap Rizal mau mengurungkan niatnya untuk pergi pada malam itu.
Rasa cinta Rizal kepada istrinya belum sepenuhnya sirna. Meski begitu, Rizal muak dengan sikap Sang istri yang keras kepala dan saat itu juga Rizal meminta Dinda untuk melepaskan pelukannya.
Dinda perlahan melepaskan pelukannya dan menangis karena bingung harus berbuat apalagi untuk mencegah suaminya pergi meninggalkan dirinya yang kesepian.
Rizal tak bisa meninggalkan Dinda dalam keadaan menangis, terlebih lagi saat itu Dinda sedang sakit.
“Baiklah, malam ini aku takkan pergi dan akan tetap disini menemanimu,” ucap Rizal.
Dinda seketika itu berhenti menangis dan memeluk suaminya dengan sangat erat. Dinda bersyukur karena suaminya tak jadi pergi dan memutuskan untuk tetap menemaninya.
“Terima kasih karena tidak jadi pergi.” Dinda bernapas lega dan berpura-pura jatuh tak berdaya seakan ia kehilangan tenaganya untuk sekedar berdiri.
Melihat Dinda yang jatuh begitu saja membuat Rizal panik dan berinisiatif untuk membawa Dinda ke rumah sakit. Namun Dinda, bersikeras untuk tetap tinggal dirumah dan hanya perlu Rizal berada disisinya.
Rizal dengan perlahan menggendong tubuh istrinya dan membawanya ke tempat tidur.
“Kamu mau kemana?” tanya Dinda memegang tangan suaminya dengan erat karena khawatir bila nanti suaminya justru pergi meninggalkan dirinya.
“Aku akan mengambilkan air untukmu,” jawab Rizal.
Rizal mengambil air untuk istrinya dan saat tengah mengisi air ke dalam gelas, pria itu tak sengaja memikirkan senyum cantik Angel.
Keraguan Rizal kembali menghampirinya, ia ragu untuk tetap berada dirumah menemani istrinya ataukah pergi menemui Angel yang kelihatannya masih sedih karena cincin peninggalan Ibunya belum juga ia temukan.
Tumpahan air menyadarkan Rizal dan karena tak bisa menahan rindunya, Rizal pun memutuskan untuk pergi menemui Angel. Namun sebelum pergi, Rizal harus memastikan Dinda tidur terlebih dahulu.
“Minumlah air ini,” ucap Rizal yang ternyata sudah mencampurkan sesuatu ke dalam minuman Dinda.
Dinda perlahan meneguk air minum pemberian suaminya dan tak lama Dinda merasa sangat mengantuk hingga ia pun perlahan tertidur.
Rizal terpaksa memberikan Dinda obat tidur karena rasanya rindunya yang teramat dalam kepada Angel setelah seharian tidak melihat wajah gadis cantik tersebut.
Pria itu pergi dengan motornya karena menurutnya motor lebih cepat daripada mobil.
Rizal melajukan motornya dengan kecepatan tinggi dan tiba-tiba saja muncul dibenaknya untuk menabrakkan motornya di sebuah pohon yang letaknya tak jauh dari kontrakan Angel.
***
Angel baru saja tiba di rumah setelah seharian ia bekerja di restoran. Gadis cantik itu sengaja mengambil lembur karena mengira Rizal akan datang ke restoran, namun sampai restoran tutup Rizal tak juga datang yang mana membuat Angel sedikit kecewa.
Angel kecewa bukan karena Rizal yang tak datang, Angel kecewa karena sampai detik ini ia belum bisa sepenuhnya membuat Rizal tunduk padanya.
“Aku harus mencari hal yang berkaitan dengan Dinda. Akan tetapi, aku harus lebih dulu menemukan sosial media miliknya,” gumam Angel.
Ketika Angel sedang sibuk dengan ponsel pintar miliknya, muncul suara ketukan pintu berbarengan dengan suara orang memanggil namanya.
“Siapa?” tanya Angel yang samar-samar mendengar suara Rizal.
“Ini aku, Rizal!”
Mau apa dia datang kemari? (Batin Angel)
Angel tak langsung membuka pintu, gadis itu justru mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih terbuka dari sebelumnya. Kemudian, sengaja mengacak-acak rambutnya agar terlihat seperti orang yang baru bangun dari tidur.
Angel kemudian membuka pintu tersebut dan terkejut melihat Rizal yang terluka parah.
“Tuan Rizal kenapa?” Angel membantu memapah Rizal dan membawanya masuk ke dalam.
“Aawww..” Rizal merintih kesakitan dan sengaja mendramatisir keadaan agar Angel semakin perhatian padanya.
Rizal menelan salivanya dengan susah payah karena saat itu pakaian yang Angel pakai cukup terbuka, terutama dibagian belahan dadanya.
“Tunggu sebentar,” ucap Angel.
Angel pergi ke belakang mengambil air hangat dan juga kompres yang akan ia gunakan untuk membersihkan luka Rizal.
“Tuan Rizal kenapa seperti ini? Sebaiknya Tuan harus pergi ke klinik atau ke rumah sakit untuk mengobati Luka Tuan,” ujar Angel seraya membersihkan luka Rizal.
Rizal tak menyesal sedikitpun karena telah sengaja menabrak dirinya bersama motor kesayangannya ke pohon. Ia berpikir cara instan seperti itu, akan memudahkan dirinya untuk menemui Angel yang menurut Rizal sengaja menjauh darinya.
“Apa Tuan telah kehilangan pita suara?” tanya Angel karena Rizal hanya bisa meringis dan tak juga menjawab pertanyaannya.
“Aku mengalami kecelakaan dan kebetulan tempatku terjatuh tidak jauh dari sini. Ponselku bahkan hancur dan aku tidak bisa menghubungi siapapun. Maaf, karena telah datang kemari dan merepotkanmu,” pungkas Rizal.
“Sudah selesai! Sebaiknya anda pulang!”
Angel bersikap dingin yang mana hal itu semakin membuat Rizal tak ingin pergi dari rumah itu.
“Angel, aku terluka parah dan kamu sama sekali tidak ingin membiarkanku lebih lama disini?” tanya Rizal.
“Benarkah anda mengalami kecelakaan? Kalau iya, kenapa anda tidak meminta orang lain menghubungi pihak berwajib atau meminta tolong membawa Tuan ke rumah sakit. Tuan justru datang kesini, apakah Tuan sengaja datang kemari karena ingin menemui saya?”
Angel berlagak jual mahal dan tak peduli dengan kondisi Rizal yang sedang terluka parah.
“Kamu telah melihat lukaku, apakah pantas kamu meragukan ku?”
Angel masuk ke dalam kamar mengambil blazer hitam miliknya dan menggunakan blazer tersebut untuk menutupi belahan dadanya yang sebelumnya sengaja ia perlihatkan.
“Sebaiknya Tuan pulang sekarang. Saya tidak mau bila orang salah paham karena kedatangan Tuan,” ujar Angel.
Rizal mengernyitkan keningnya karena perlahan pandangannya menjadi kabur. Pria itu mencoba meraih tangan Angel, namun akhirnya seluruh pandangan Rizal menjadi gelap gulita.
“Tuan Rizal!!” Angel mencoba menyadarkan Rizal yang tiba-tiba saja pingsan.
Angel sebenarnya bisa saja membawa Rizal ke klinik malam itu, akan tetapi Angel mengurungkan niatnya dan sengaja membiarkan Rizal bermalam di kontrakannya, karena menurut Angel itu lebih efektif.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments