"Assalamualaikum" ujar ayahnya Abid.
Mereka baru saja kembali dari luar negeri. Sudah seminggu mereka disana dan sudah seminggu juga Abid mencari bukti tentang kebusukan Abiyyu.
"Ayah udah balik?" tanya Abid. Ayahnya berdehem.
"Loh ada Fany" sapa bundanya.
"Ahh mamoy" sapa Fany sambil memeluk bunda Abid. Bunda membalas pelukan Fany.
"Udah berapa lama kamu disini?" tanya bunda Abid setelah melepas pelukannya.
"Emm.. tiga hari lah mam. Ni si Hafizh minta ditemenin katanya" jawab Fany.
"Dih dih.. lu sendiri yang mau kesini katanya kangen si kembar. Kenapa jadi gue yang dijadiin alesan" balas Abid.
"Ah elah fizh jujur deh," suruh Fany.
"No" balas Abid.
"Ehh sudah.. Fany kamu pindah sekolah?" tanya Abay.
"Iya papoy. Mama kan pindah tugas kesini. Sedangkan papa, papa masih di Turki gak mo balik" jawab Fany.
"Gimana mo balik, lu nya bawel. Sakit telinga om Firman dengar omelan lo tiap hari" sahut Abid.
"Fizh, kamu pengenku tabok? Asal aja kalau ngomong" protes Fany.
"Loh" Abid cengengesan.
"Loh apa, awas aja kamu" ancam Fany.
"Awas apa?" tanya Abid.
"Dih dih" protes Fany.
"Ih emang bang Abid sama kak Fany kek kucing sama anjing" ujar Avi.
"Iya bang Abid anjingnya kan?" tanya Fany. Avi mengangguk sambil cengengesan.
"Enak aja" protes Abid. Mereka tertawa.
"Ada apa niii?" tanya Abiyyu yang baru saja masuk.
"Eh penghianat datang. Oppp." Abid keceplosan, tapi keceplosan yang disengaja.
"Maksud kamu bid? Kenapa kamu bilang abiy penghianat?" tanya Abay.
"Keceplosan yah" jawab Abid.
"Keceplosan yang tersengaja" sahut seseorang dari belakang.
"Loh.. kamu Heon kan?" tanya Ayahnya. Heon tersenyum dan membungkuk 90°.
"Halo om, hehe. Kami main PS disini. Maaf buat kekacauan" ujar Jefri, Jefri sedang menggendong Devi di punggungnya.
"Tidak masalah, lanjutkan lah" suruh Abay.
"Loh, Devi. Kenapa diatas punggung temen bang Abid?" tanya Bundanya.
"Hehehe" Devi cengengesan.
"Turun toh, gak sopan gitu" suruh bunda.
"Gak apa apa tante" jawab Jefri.
"Eh iya, maksud kalian yang tadi apa toh? Ayah gak ngerti?" tanya Ayahnya.
"Gini loh papoy, mas abiy ini ternyata musuh dalam selimut. Dia yang selalu celakain Abid sama kembar" jawab Fany.
"Jangan mengada-ada kamu Fany" ujar ayahnya.
"Nggak mengada-ada dad. Fany beneran" balas Fany.
"Abiy, apa maksudnya ini?" tanya Abay.
"Nggak yah, mereka lagi ngeprank" jawab Abiyyu.
“Culik Devina, dan suruh dia untuk tidak cerita sama bokap. Gue mau sodara bangsatt itu diusir dari rumah. Dengan begitu, kekuasaan bokap akan berpindah ke gue ”
"Pertama, ini dari apartemen Abiyyu" ujar Abid. Abay menatap tajam Abiyyu.
"Serius yah. Itu bukan suara Abiyyu" balas Abiyyu sedikit gugup.
"Masih ngeles ternyata" kata Abid.
“ANJIRR, rencana gagal total! Bukannya diusir dia malah dapet perusahaan yang udah sukses. Gila, pilih kasih banget! Gue malah dikasih yang mentah! Tunggu aja pembalasan gue ”
"Kedua, ini juga diapartemen Abiyyu" sahut Fany.
"Plis deh, jangan buat nama gue tercemar" balas Abiyyu.
"Kedok lo udah kebongkar, dan lo masih aja bohong?" tanya Rangga.
"Diem lo, gak usah ikut campur" sarkas Abiyyu. Rangga menatap Abiyyu dengan tatapan ingin membunuh.
“Samperin Devina, kasih racun biar mati sekalian. Manja banget jiji gue”
"Ketiga, arahan dari seorang ketua geng di dalam markasnya. Ini waktu Devina keracunan" ujar Jefri.
“Bos, Abid berhasil bawa adeknya ke RS ”
“Panggil anggota lain, nyamar jadi dokter dan sogok perawatnya. Oh iya, kalau ketahuan, ancem pake nyokap, tapi itu jangan beneran!”
"Keempat, tragedi rumah sakit" jelas Tio.
"Abiyyu!!"
"G- gak mungkin" bundanya terkejut dan melemas.
"Bundaa" Abid panik dan langsung memapah bundanya. Membantu duduk di sofa.
Ayahnya menatap Abiyyu meminta penjelasan. Abiyyu santai, tanpa rasa panik gugup dan lain sebagainya.
“*Luar biasa, gue sama bokap nyokap gue bakal kesana. Biar saudara tol*l gue itu capek dan memilih lenyap dari bumi* ”
"Terakhir yah, ayah ke perusahaan luar negeri karena ulah dia. Dia yang ngerencanain semuanya" jelas Abid.
"Kedok gue udah terbongkar ya?" tanya Abiyyu santai.
"Gue kecewa sama lo. Kurang apa lagi sih hidup lo?! Mending ayah sama bunda mau ngurus lo. Tapi lo, bukannya menghargai malah mengkhianati" cela Abid.
"Gak tau diri banget ya" sahut Fany.
"Ayah kecewa sama kamu biy. Ayah kecewa!" ujar ayahnya.
Abiyyu berpindah mengambil air minum kedapur.
"Kalian terlalu pilih kasih bukan gue yang kurang bersyukur" jelas Abiyyu santai.
"Lo boleh dendam ke gue. Tapi kenapa Devi dan Avi juga kena?!!" tanya Abid.
"Karena gue mau keluarga ini menderita bukan.. cuma lo"
Jlebbb
Pisau tajam tertancap di perut Heon. Awalnya Abiyyu ingin menusuk Abid, namun Heon berpindah tempat, sehingga dia yang kena.
Setelah pisau tertancap, Abiyyu menarik pisaunya lagi lalu pergi meninggalkan rumah.
"Heonnn!" teriak Abid.
"KAK HEONNN" teriak kembar. Heon tersenyum samar.
"Ke.. kejar Abiyyu, gue gak apa apa. I-- ini penebusan Zarey" ujar Heon. Abid memapah Heon dibantu Eldi.
"Lo bertahan, gue mohon" pinta Abid.
"Rangga, Tio, Jefri kejar Abiyyu" suruh Abid. Mereka pun pergi mengejar Abiyyu.
"Ayah, bunda. Abid pergi dulu. Devi Avi, jangan bandel. Fany tolong jagain mereka" Fany mengangguk, Abid pun pergi menuju mobil dan membawa Heon ke rumah sakit.
—★
"Wah.. untung saja kamu cepat membawa Heon kesini. Jika tidak, Tante gak tau harus bagaimana" jelas sang dokter, dia adalah ibunya Fany.
"Jadi, Heon baik baik aja kan dok?" tanya Eldi.
"Alhamdulillah, Heon sudah baik baik saja" jawab ibunya.
"Makasih Tante" balas Abid.
"Sama sama. Kalau gitu, tante pergi dulu ya. Jagain Heon." pamit tantenya, Abid tersenyum.
Bruk..
"Heon, kamu kenapa nak?!" tanya seorang wanita paruh baya. Dia ibu Heon.
Melihat kedatangan ibu Heon, Abid dan Eldi membungkukkan badan 90°. Ibunya tersenyum melihat kesopanan Abid dan Eldi.
Drrttttttt... Drrttttttttt
"Permisi" Abid keluar.
—Jefri—
📞 Jefri; assalamualaikum. maap cukk, kami keilangan jejak.
Abid; yauda gak apa apa. sini, ke rs tante gue. jagain Heon, gue mau balik lindungi bokap nyokap sama yang lain.
📞 Rangga; Otewee ( mematikan teleponnya )
"Kenapa?" tanya Eldi.
"Ilang jejak" jawab Abid.
"Loh kok lu santai, nanti kalau dia buat macem macem gimana?!" tanya Eldi.
"Udah santai aja." balas Abid. Padahal di otaknya dia sudah memikirkan hal yang tidak tidak, dia cemas, gelisah, gundah gulana.
Beberapa menit kemudian, mereka semua berkumpul diruangan Heon. Abid yang cemas, mengajak mereka keluar ruangan.
"Jagain Heon bergantian ya. Jangan lupa makan kalian. Gue gak bisa sering sering jagain Heon karena jagain bokap nyokap kembar sama Fany" ujar Abid.
"Santai aja, serahin Heon sama kita" balas Eldi.
"Kalau ada apa apa jangan lupa kabarin. Gue cabut dulu" pamit Abid lalu pergi.
Setibanya Abid dirumah.
"Ayah bundaa" teriaknya panik.
"Kenapa si teriak?" tanya mereka.
"Abid kira kalian hilang" jawab Abid cengengesan.
"Gimana keadaan Heon?" tanya Fany.
"Udah gak apa apa" jawab Abid santai.
"Kenapa Abiyyu seperti itu, kenapa dia tidak bersyukur sama sekali?!" tanya Abay.
"Abid juga gak tau yah. Abiyyu tega banget sama keluarga kita" jawab Abid.
"Bid, kapan kamu mulai handle perusahaan?" tanya ayahnya. Abid terkaku, mulutnya ingin berkata tapi seperti di lem.
"Emmm.. abid mau ngelanjutin ojol dulu boleh kan yah. Abid lebih suka ngeojol daripada urus perusahaan" ujar Abid sambil nunduk.
"Ya sudah, tidak apa apa, kalau kamu ke Eibi langsung aja kesana. Karyawan juga banyak yang taukan tentang kamu" balas Ayahnya. Abid mengangguk.
"Yah, sekarang ayah sama bunda udah tau Abiyyu busuk. Jadi.. Abid mohon ayah bunda lebih waspada. Kalau bisa, jam dari Abid selalu dipakai. Itu bisa bantu kalian nantinya" jelas Abid.
"Dan... kalau boleh.. Abid minta kuliah di sini aja" ujar Abid.
"Apapun kamu mau?" tanya Ayahnya, Abid mengangguk.
"Yang penting Abid disini jaga kalian" jawab Abid.
"Okee, kamu kuliah disini" ujar ayahnya. Abid tersenyum senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
G'Dean
Oalaahh...
2020-09-08
2
icha.
rasa cemasny g di tampakin, byar yang lain ga ikut tanbah cemas. salut✌🏻
2020-09-08
5