—Unknown—
+62-8; Halo assalamualaikum, bisa bicara dengan Abid?
Pembantu; Waalaikumsalam, abidnya teh lagi pergi. Ada perlu apa ya?
+62-8; bisa saya minta nomor telepon Abid?
Pembantu; untuk apa ya?
+62-8; kirim kan sekarang, saya mohon. Ini keadaan darurat. ( Mematikan teleponnya )
"Siapa bik?" tanya Bunda.
"Nggak tau nyonya, orang asing nyariin mas Abid. Katanya dia butuh nomor mas Abid"
"Ya sudah, berikan saja. Siapa tau penting"
"Oke nyonya" bik ja pun hendak pergi.
"Eh bik"
"Iya nyonya"
"Suruh amang jemput kembar ya. Ajakin dua bodyguard" suruh Bunda.
"Ah iya nyonya" bik ja pun benar benar pergi.
~•••
"Kak Abid?"
"Kenapa lu ada dimana mana sih?" tanya Abid heran.
"Bid, lu tuh gak boleh gitu sama Balqis. Ketus amat sih" ceramah Rangga.
"Lu ngikutin gue?" tanya Abid pada Balqis.
"Nggak kak, serius. Balqis mau ketemu Vane, Ayu, sama Indira disini" jelas Balqis.
"Terus ngapain duduk disitu?" tanya Abid ketika melihat Balqis duduk di meja sebelah.
"Ini meja nomor 4 kak Abid. Ohh.. bentar" Balqis mengambil ponselnya dan menunjukkan sesuatu ke Abid. Disitu tertuliskan 'Kafe byasa meja nomor 4'
Abid tidak merespon dan membiarkan Balqis.
"Bid, lu.. ah gak ngerti lagi dah gue. Siniss amat sama betina. Cakep loh itu" ujar Eldi.
Abid membalas dengan senyuman sangat manis sambil menatap Eldi. Vane, Indira, dan Ayu yang baru datang ikut melihat senyuman Abid yang hanya sepuluh detik. Begitu juga dengan Balqis.
"Gila, lu. Liat itu mbak mbaknya liatin lu terus bid. Padahal ada suami sama anaknya" bisik Jefri yang disebelah Abid.
"Nah itulah. Cewek liat ganteng dikit berpaling dia. Makanya gue masa bodo sama cewek" balas Abid.
"Pantesan kaku" ledek Tio.
"Hahahahahaha"
·
"Pertama kalinya, eh nggak kesekian kalinya gue lihat kak Abid tertawa lepas kayak gitu" Ayu memulai kealayannya.
"Pahatannya sempurna. Setelah liat mereka ketawa lepas, kok gue jadi sor sama kak Rangga" komen Vane.
"Gue oleng ke kak Jefri dong" sahut Indira. Mereka berbicara sambil berbisik-bisik.
"Jarang gak sih liat cowok ngumpul tanpa pegang hp gitu" sahut Balqis.
"Mereka mah emang beda" balas Ayu
"Setuju yu" kata Vane, mereka bertos ria.
·
Kring... Kring...
"Siapa sih? Ribut mulu?" tanya Eldi.
"Nomor gak dikenal, ogah gue angkatnya" jawab Abid.
"Angkat dulu, siapa tau penting" suruh Jefri. Abid mengambil ponselnya.
—Unknown—
+62-8; Halo, assalamualaikum. Gue tau, lo pasti tau siapa gue ?
Abid; Heon?
+62-8; iya gue Heon.
+62-8; gue cuma mau kasih tau sama lo. Lima besar tim inti johan lagi jalan ke kafe yang lagi lo pake buat nongkrong. Dan ada sekitar tiga orang menuju adek lo.
Abid; jangan bercanda.
+62-8; gue serius. gue lagi ngebut buat bantu adek kembar lo. Jaga jaga disana. Gue matiin. (Mematikan teleponnya)
Abid terpaku. 'sial'
"Gimana ini?" tanya Rangga. Mereka mendengar panggilan dari Heon karena Abid menyambungkannya.
"Gue hitung satu sampe tiga. Mereka bakal datang" ujar Tio.
"Satu"
"Dua"
"Tiga"
Tepat hitungan Tio, beberapa pemuda bak preman datang sambil membawa senjata.
"Attention please!! Maaf kekacauan ini, kalian bisa keluar sekarang kalau mau tetap hidup" teriak Jefri. Beberapa dari mereka keluar, tapi tidak dengan Balqis dan temannya.
"Kalian gak dengar? Keluar!!" suruh Abid.
Dorr..
Sialan, umpat Abid. Dia langsung berpindah melindungi Balqis. Setelah melihat sekelilingnya dia menjauh dari Balqis.
"Rangga, Tio, Eldi, lindungi empat bocah ini" suruh Abid, sambil mengangkat tangan mereka berjalan menuju Balqis dan temannya.
Abid melihat Balqis yang ingin menelpon polisi, Balqis terlihat begitu gemetaran. Abid yang tidak ingin ini berurusan dengan polisi menendang ponsel Balqis lalu menangkapnya. Posisi mereka yang dekat membuat Balqis deg degan.
"Jangan ada yang telepon polisi. Urusan bisa kacau, gue cuma minta. Lo sama ke-tiga teman lo keluar dari sini sebelum ada pertumpahan darah" suruh Abid. Balqis mengangguk gugup lalu mengajak temannya keluar.
"Jef, kasih tau pemilik kafe jangan panggil polisi" suruh Abid masih mengangkat tangan. Jefri pun bergerak sesuai arahan Abid.
"Kenapa gue gak bawa senjata aja tadi?!" tanya Rangga kesal. Mereka masih disana mengangkat tangan sambil memperhatikan mereka yang membawa senjata. Balqis dan ketiga temannya, melihat itu dari luar.
"Long time no see... How are you?" tanyanya dari balik topeng.
"I don't know who you are, but if you want to fight I don't want to be here. This is in the middle of a crowd." balas Abid.
"Sure, kita selesaikan baik baik.."
"Disini"
Dorr!!!
Kimak, umpat Abid lagi.
Abid dan ke-empat temannya bertarung di dalam kafe. Mereka tanpa senjata sedangkan musuh? Memiliki senjata.
Sampai akhirnya, pria dengan senjata itu kewalahan menghadapi Black blood. Abid mendekat dan membuka topeng.
"Johan?" tanya Abid.
"Gak usah terkejut" balasnya sambil sedikit tertawa.
"Are you crazy?" Johan malah tertawa lagi.
"Apa alasan lo serang gue? Gue udah bilang untuk bertarung di luar, tapi kenapa lo milih disini?!"
"Karena gue mau.. Lo.. dibenci sama bereka berempat" Johan menunjuk Balqis dan ketiga temannya. Abid melihat keluar, melihat Balqis yang berada di pelukan Vane. Abid yakin, Balqis trauma akan kekerasan.
"I don't care. Siapa pun yang benci sama gue, gue gak perduli. Ada yang gak suka sama gue, gue gak perduli. Gue hidup untuk diri gue sendiri, bukan untuk membuat orang lain terkesan" jelas Abid.
"Lo jujur sama gue sekarang! Siapa bos lu?!" Johan memberontak lalu terlepas, mereka kabur dari sana dengan secepat kilat.
Abid dan yang lain mengejarnya sambil berlari, memutuskan untuk membiarkannya saja.
"Masuk akal gak sih? Kalau bener mas abiy, kenapa dia juga mau celakain kembar?" tanya Abid bingung.
"Gue juga mau tanya hal itu sama lo" balas Rangga. Abid menghampiri kasir.
"Saya ganti semua kerugian, dan semua makanan orang yang belum bayar. Pakai ini" kata Abid sambil menjulurkan kartu.
"Terima kasih"
"Maaf sudah mengacaukan semuanya" Abid menunduk. Mbak kasir tersenyum, terpukau karena Abid tampan.
10 detik senyum, Abid pun pergi meninggalkan kafe.
"Bid" panggil Tio. Abid menoleh tanpa berkata. Tio menunjuk seorang cewek yang berdiri disana.
"Gue gak bisa, gue mau cek kembar"
"Kembar biar gue yang urus. Anterin noh" suruh Jefri. Abid pun mengikuti suruhan mereka.
'gue yang bos, gue yang disuruh' keluh Abid.
"Nunggu apa?"
"Emm..bis" jawab Balqis.
"Naik, jam segini gak ada bis" jelas Abid.
"A- apa kak?"
"Naik" suruh Abid. Balqis pun naik. Abid melajukan motornya.
Hening dijalan tanpa percakapan, Balqis menunjukkan rumahnya.
Tidak terlalu lama setelah dua puluh menit mereka berkendara. Mereka pun tiba di halaman rumah Balqis.
Ketika Abid hendak pergi, seorang pria yang tidak muda lagi muncul. Abid mengenalnya, dia salah satu orang baik penyelamat hidup ayahnya.
"Om Erwin?" tanya Abid.
"Kamu?? Abid Althaf?" tanya Erwin, Abid mengangguk menghampirinya lalu menyalimi tangan Erwin. Abid sangat kenal Erwin karena sering makan malam bersama dirumah, tapi Erwin jarang membawa anaknya.
"Mampir dulu toh, kenapa buru buru?" tanya Erwin.
"Masih ada yang mau diurus om" Abid mengulurkan tangannya lagi untuk menyalami tangan papa Balqis. Erwin membalasnya. Setelah itu Abid kembali ke motornya dan memakai helmnya.
"Saya pulang dulu ya om,"
"Eh iya hati hati nak Abid"
"Makasih kak Abid" sahut Balqis. Abid tersenyum sekilas.
"Assalamualaikum" Abid langsung melajukan motornya lagi.
·
"Papa kenal kak Abid?" tanya Balqis, mereka berjalan ke dalam rumah.
"Ya jelas kenal. Kamu kok bisa pulang sama dia?" tanya papanya.
"Tadi tu Balqis lagi nunggu taksi online, eh gak datang datang. Terus itu kak Abid mau anterin" jelas Balqis.
"Is tapi ya pa. Kak Abid itu cuekkkk banget. Tapi kenapa tadi dia gak cuek ya?" Balqis bingung.
"Mana papa tau. Yang papa tau, keluarganya Abid baik ke keluarga kita" jawab Erwin.
"Eh kak Acis udah pulang" sapa Ulfa. Balqis tersenyum.
"Ayok makan" ajak mamanya.
"Balqis ganti baju dulu ya ma, pa" Balqis pun pergi ke kamarnya.
_______
"Avi, Devi!!!" teriak Abid.
"BANGG ABIDDDDDDD" teriak Devi manja. Abid langsung memeluk kedua adeknya.
"Kalian gak apa apa?" tanya Abid.
"Mereka gak apa apa" sahut seseorang.
"Heon"
"Bang Abid, kak Heon baik banget tadi selamatin kita" curhat Devi.
"Ayah bunda mana?" tanya Abid.
"Biiiikkk jaaa" teriak Abid.
"I- iya den"
"Ayah bunda mana?" tanya Bik ja.
"Anu den.. tadi tuan, nyonya sama mas abiy pergi ke luar negeri. Bibik lupa dimana" jawabnya.
"Kok dadakan?" tanya Abid.
"Iya den, tadi sedenger bibik ada ulat ulat yang gerogoti uang gitu deh" jawab Bibik ja.
"Oh yaudah. Siapkan makanan bik" suruh Abid. Bik ja mengangguk lalu pergi.
"Gue pulang dulu ya" pamit Heon.
"Duduk lo. Jangan pulang sebelum makan" suruh Abid.
"Kalian berdua disini aja, sama kak Heon"
"Abang mau kemana?" tanya Avi.
"Gak kemana mana" Abid langsung berlari ke kamarnya. Mengecek apa yang terjadi sebelum dia kembali. Namun yang dilihatnya suatu yang sangat mengejutkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Puput🖤
bik ja itu kepanjangan nya apa?
(pertanyaan unfaedah😂)
2020-09-03
2