Balqis POV.
Huftt...
Haloo guys! Aku Balqis Chaira Al-Husna. Anak dari bapak Erwin Al-Fajri dan ibu Elsa Azalia.
Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Aku punya kakak, tapi dia udah nikah dan tinggal di London bersama dengan suaminya.
Kakakku itu namanya Anita Salia. Kalau adekku namanya Ulfa Misella. For you information, Ulfa baru aja selesai operasi karena tabrakan. Dia anak indigo dan suka menyendiri.
Papa ku cowok sendiri di rumah karena semua anaknya perempuan.
One fact about me.. aku gak suka kekerasan. Keluarga ku selalu baik dan tidak pernah menggunakan kekerasan. Sebisa mungkin aku menjauh dari kekerasan, karena ketika aku melihatnya, aku akan gemetaran, panik, cemas, gelisah, dan penuh ketakutan.
Aku trauma, trauma saat melihat papa yang hampir dibunuh sama penjahat. Aku tidak ingin menceritakannya pada kalian. Karena itu tidak baik untuk diceritakan.
"Acis pergi dulu yaa," pamitku pada keluarga. Hari ini hari pertamaku di sekolah baru. Kami pindah rumah karena penghuni rumah lama selalu ganggu Ulfa sampai-sampai Ulfa kecelakaan.
"Hati hati, kak Aciss!"
"Okayy. Kamu yang semangat ya belajarnya," balasku pada Ulfa. Ulfa menganggukkan kepalanya. Oiya, Ulfa itu sudah kelas 4 sekolah dasar.
Setelah mengelus lembut kepala Ulfa, aku salim sama papa dan mama lalu pergi menuju sekolah. Awalnya papa suruh pakai mobil sendiri, tapi aku pengennya pakai angkutan umum.
Di jalan, aku lari-lari biar gak ketinggalan. Tapi kesialan menimpaku pagi ini. Ada pengendara motor yang mencipratkan air comberan ke aku. "Yah... rok ku kotorrr. Gimana ini?" keluhku sambil membersihkan rok.
"Lo gak apa-apa?" tanya seseorang.
Aku mendongak. Dia pria berbadan atletis. Aku kagum liatnya, dia tampan meskipun masih menggunakan helm.
"Gak apa-apa kok, cuma roknya kotor aja," jawab ku kembali membersihkan rok.
"Lo sekolah di SMA Axen?" Aku hanya mengangguk masih sambil membersihkan rok. "Naik sekarang."
Wah, dia ini bagaimana sih? Niatnya memang ingin membantu tapi kenapa terlihat gak ikhlas begitu.
"Hah? A-apa?" tanyaku pura-pura bingung.
"Naik," suruhnya lagi masih santai. Entah mengapa aku takut diculik olehnya.
"Lo ragu? Coba liat seragam gue, gue sekolah di SMA Axen juga. Jadi mending lo naik, gue anterin sampe sekolah."
"Enggak usah deh, kak. Aku jalan aja," bukan bermaksud su'udzon. Tapi aku beneran takut diculik saat ini.
"Gak usah takut, gue bukan orang jahat. Lo cuma punya dua pilihan sekarang, naik atau telat."
Lebih baik aku ikut dia saja kan, daripada terlambat? Masa iya hari pertamaku sudah buruk karena terlambat.
Tapi aku ragu...
"A-aku.. a-aku ikut kakak." Aku memutuskan untuk ikut karena aku yakin angkutan umumnya pasti sudah pergi.
Aku lihat dia lagi merapikan rambut, dia juga sudah membuka helm. Sekarang lagi pakai dasi, ku lihat dia salah-salah muluu. Tanganku jadi gatel mau pasangin ke dia.
"S-sini Balqis bantuin, kak."
"Gak usah, ayok berangkat."
"Nanti kakak dimarahin pak Bejo, kalau nggak lengkap. Sini Balqis pakein," darimana aku tau pak Bejo? Dari Vane, teman lamaku yang juga sekolah disitu.
"Udah deh. Naik aja sekarang," Aku naik ke kereta dia, setelah pakai helm. Aku pasang helmnya sendiri, tidak seperti di novel-novel lain yang dipasangkan oleh pacarnya, atau teman barunya. Ah Balqis, jangan berharap.
Pria ini baru saja datang ke kehidupan mu. Bisa saja dia hanya numpang lewat? Jadi jangan berharap lebih atau berfikir yang tidak-tidak.
"Dengerin gue, gue naik kereta laju karena sekolah masih jauh. Jadi, lo pegangan. Gue gak mau terjadi hal yang tidak gue inginkan, paham!"
"P-paham, kak." Dia mulai menghidupkan motornya lalu berangkat dengan kecepatan cukup tinggi.
Demi apapun aku takut.
Setelah lama di perjalanan, motornya berhenti disuatu toko. Dia mau apa di toko baju??
"Ayok turun dulu," Aku ikutin aja dia. Secara diam-diam, aku baca nama yang ada di atas saku bajunya. 'Abid Hafizh' itulah nama yang tertera disana.
"Pilih yang sesuai sama ukuran rok lo. Gue tunggu lima belas menit diluar. Telat gue tinggal," kata kak Abid langsung pergi. Ya Allah, gak sabar bener sih jadi jantan. Untung ganteng!
Aku pilih dengan cepat dan langsung memakainya, dalam waktu tiga belas menit aku kembali keluar, kak Abid langsung menyodorkan helm, aku memakainya. Dia pun melajukan motornya lagi.
Bismillah, tetap hidup bahagia aman damai sejahtera....
...----------------...
Aaaahhh!! Percuma kak Abid ngebut, karena kami tetap telat. Tapi untungnya pak satpam masih izinin masuk.
"Kak, kita telat nih, gimana dong?"
Tidak ada respon?
"Kak?" tanyaku sekali lagi pada kak Abid. Kak Abid tetap diam tidak bicara sepatah katapun.
Bisa gila aku kalau gini, aku panik sedangkan dia santai. Dia cuma lihat aku sekilas lalu pergi. Maksudnya apaaa???
Aku lihat dia gabung ke barisan siswa terlambat. Aku tau itu karena mereka berbeda barisan.
Aku gak mau dihukum, aku pergi mengendap-ngendap menuju barisan. Aku tau aku dikelas berapa, dan aku tau dibaris yang mana. Wali kelas ku sudah bilang tadi malam.
Oke Perfect! Aku gak ketahuan, hari ini keberuntungan ku!!!
"Terimakasih, Ya Allah."
Setengah jam berlalu, upacara pun sudah berakhir. Aku berjalan ke kelas sendirian.
"Hello ukhti."
Oh ternyata gak jadi sendiri.
Aku bersama Vane, teman lamaku.
"Morning," sapaku santai.
"Too. Btw, lo ngendap-ngendap masuk barisan kan tadiii? Ngaku lo? Ish ish ishh, tak patut. Siap-siap aja lo dapat hukuman," Vane menakutiku.
Jujur aku juga takut sih. Bagaimana jika aku terkena hukuman beneran? Ya kali hari pertama ku sekolah disini menjadi hari terburuk sepanjang masa?
"Jangan gitu dong, Van. Kamu bukannya nenangin aku malah nakutinn," Vane malah tertawa. "Santai aja. Gak bakal dihukum kok," kata Vane.
"Lo kenapa telat?"
"Tadi aku kecipratan air, terus dia tanggung jawab beliin aku rok. Nama kakaknya tu kak Abid," jawab ku.
"A-apa? Kak Abid? Abid Hafizh Althaf?" tanya Vane kaget.
"Iya itu. Kenapa, Van?"
"Kak Abid si handsome boy itukaann? Astagaaa! Lucky banget looo!"
"B ajaa. Lebay amatt kamu!" Vane cengengesan. "Jadi, lo naik di motornya yang super duper keren itu?" Aku mengangguk.
"Lo beruntung banget, Balqisss!!! Aaaaaa gue juga mauuuu diboncengi kak Abid," kata Vane heboh.
"Memang kak Abid itu kenapa sih?" tanyaku penasaran.
"Kak Abid tu, pinter, ganteng, keren, tegas, jago berantem, udah gitu ramah lagi. Ahhh idaman gue pokoknya. Tapi sayang, kak Abid orangnya bodo amatan gitu. Eh, temen-temennya juga ganteng tau. Tapi yang paling top emang kak Abid," jelas Vane.
"Dia gak punya pacar?" tanyaku.
"Ada apa nihhh? Kenapa tanyain pacar? Mau di embat ya?Eaaakk!!"
"Apaan coba? Aku cuma tanya, Vanee."
"Hahaha iya-iya. Setau gue sih dia gak pernah pacaran, tapi fansnya banyak," jawab Vane sambil memotong kukunya. Kami sudah berada dikelas sejak lima menit yang lalu.
"Oh iya, ntar lo kenalan sama temen-temen kita yang lain. Jangan sama gue aja biar lo punya banyak temen," aku mengangguk lagi.
"Kantin yuk!"
"Sekarang?"
Vane berdehem.
"Yaudah ayok. Aku sekalian ngembaliin uangnya kak Abid. Btw, kak Abid di kelas berapa?"
"Dia dikelas XII IPA 3. Gue yakin sekarang dia gak di kelas tapi di kantin. Karena kebiasaannya Kak Abid and geng tu ya begituu. Kak Abid tu punya temen empat orang, jadi kalau misalnya ada empat orang ganteng di satu meja kantin, pasti itu rombongannya kak Abid."
"Ohhh, jadi ke kantin aja nih?"
"Iyeee."
Aku tidak menjawab perkataan Vane. Kami berdua lanjut berjalan menuju kantin sekolah. Sesekali Vane menunjukkan tempat-tempat penting di sekolah ini.
"Aku ngantuk bangettt.."
"Kamu ngapain aja sampe kurang tidur?" tanyaku keheranan.
"Chatan sama doi, mas Robert."
"Astaga!!" Vane langsung menepuk pelan bibirnya setelah sadar apa yang ia katakan. Aku tertawa melihat komuk Vane. "Kamu pacaran yaa? Wahhh, aku mau makan-makan. Ayo traktir aku!"
"Eum... eh itu kak Abid. Aku mo ke kelas dulu ya, bye!!"
"Vaneeeee!!" Vane lanjut perjalanan tanpa perduliin aku panggil namanya. Aku melihat ke arah kantin dan menemukan empat pria berkumpul.
Eh, lima deng.
Itu kali ya rombongannya kak Abid? Tapi kok kak Abid nya gak keliatan? Aku samperin aja dehh. Semoga aja gak malu-maluin.
"A- Assalamualaikum, kak. M-mau tanya yang namanya Abid Hafizh Althaf dimana ya?"
"Bid."
"Gue Abid, kenapa?" Oh gak nampak, kak Abidnya lagi nunduk ternyata.
"Ini ganti uang beli rok tadi, kak," kataku sambil memberikan uang. "Gak usah, buat lo aja duitnya." Kak Abid langsung beranjak pergi.
Agak nyesekk... tapi yaudah lah gak apa-apa.
"Nolak mah bolehh, tapi gak usah langsung pergi juga kalik ahh! Gak sopan looo!" teriak temen kak Abid. "Udah-udah! Jangan buat ribut. Maafin Abid, dia emang gitu anaknya."
Aku mengangguk.
"Iya kak, gapapa kok.."
"Nama lo siapa? Kelas berapa? Kok gak pernah nampak?"
"A-aku murid baru, kak. Namaku Balqis Chaira Al-Husna. Kelas XI IPA 2."
"Oooo, murid baru. Terus lo kenal Abid darimana?"
"Tadi kak Abid gak sengaja cipratin air kotor ke rok aku, kak. Dia tolongin aku, beliin aku rok juga. Terus ini aku mau ganti uangnya," jawabku.
"Manusia ajaib punya hati juga, ya?"
*Pletak!
"Sakit tayoo!"
"Lah lo gilaa. Lo kira Abid robot yang kagak punya hati?!!" Kakak itu cengengesan. Lucu hehe.
"Ck, berisik banget lo berdua. Abaikan mereka ya, Balqis. Sikap Abid emang gitu, jangan dimasukkan hati."
"Iya, kak."
"Gue sama yang lain pergi dulu," temennya kak Abid yang nama dibajunya Rangga menepuk pundakku kemudian pergi dan disusul yang lain.
Aku seneng ngelihat temen-temennya kak Abid baik. Kirain tadi mereka bakal bully aku. Aku menghela nafas panjang setelah melihat mereka pergi. "Hufftt.. pasti susah ya deketin kak Abid."
^^^— Revisi, ^^^
^^^Desember 2021.^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Lidia Irmaningsih
baru baca, langsung suka ma ceritanya
😍😍😍😍😍😍
2020-10-27
1
mati.
up trs ya ka migu😊
2020-08-14
5
Puput🖤
semungut ka mut😊
2020-08-13
3