"Pesenin gue chocolate panas. Gue mau cari sesuatu disana" Balqis mengangguk. Abid pergi menuju toko buku. Sedangkan Balqis pergi memesan minuman untuknya dan untuk Abid.
Lima menit Abid mencari buku. Dia kembali dengan tiga buku tebal ditangannya. Balqis yang melihat Abid terkejut.
Apa kak Abid bakalan baca itu semua hari ini?' pikir Balqis.
"Oi, kedip lu" ledek Abid cengengesan.
"Apaan sih" balas Balqis.
"Pipinya kok merah ya bu?" ledek Abid lagi.
"Hah? Apaan sih? Kak Abid ngeselin ya" Abid masih cengengesan.
"Mana chocolate panas gue?"
"Belum lagi"
"Kakak ambil tiga buku itu dipelajari semua sekarang?" tanya Balqis. Abid mengangguk.
"Ada beberapa yang di skip juga lah, Lo kalau gak tau bisa tanya gue nanti. Siapa tau gue bisa bantu" Balqis mengangguk.
"Permisi, ini pesanannya" seorang pelayan datang, dia meletakkan minuman mereka di meja.
"Makasih mbak" ujar Balqis.
"Kalian pacaran ya? Aww.. so sweet banget kencannya ke toko buku. Kalian juga serasi. Semoga langgeng ya" pelayan itu pergi. Abid dan Balqis terpaku.
"Udah kedua kalinya kan ya?" tanya Abid. Balqis mengangguk dengan keterkejutan.
"Oi! Gak usah bengong. Kesambet gue gak mau anterin"
"Ehh" Balqis tersadar. Abid mengetok bukunya.
"Belajar," Balqis mengangguk.
"Kakak gak pake pena, atau buku??" tanya Balqis bingung karena Abid cuma membaca. Dia tidak ada mencoret coret apapun.
"Udah ada di dalam otak. Udah lo belajar aja sekarang" Balqis mengangguk, mereka kembali ke buku masing masing.
--
Abid melihat Balqis uring-uringan seperti orang stresss. "Lo kenapa?" Abid akhirnya buka suara.
"Pusing kak" jawab Balqis.
"Nih minum" Abid memberikan chocolate panas pada Balqis. Tanpa keraguan, Balqis meminumnya.
"Tetep pusing kak" kata Balqis. Abid berpindah ke dekat Balqis.
"Pusing kenapa lo?" tanya Abid.
"Iniii" Balqis menunjuk satu materi.
"Astaga, Lo gak ngerti?" Balqis menggeleng.
"Emang gimana kak?" Abid mulai menjelaskan rinciannya pada Balqis.
Balqis menjadi sedikit semangat sekarang. Aneh.
"Ooo gitu, makasih kak"
"Kan tadi udah gue bilang, kalau gak ngerti tanya, jangan uring-uringan gitu"
"Kakak fokus banget sih tadi, jadi gak enak balqisnya" Abid berpindah ke asalnya.
Tiba tiba..
Krukk krukk...
Perut Abid bunyi.
"Ah gue lupa, gue belum makan" gumam Abid.
"Lo udah makan?" Balqis mengangguk.
"Sebelum kesini Balqis udah makan" Abid mencari daftar menu makanan. Satu pun menunya tidak ada yang menggugah seleranya.
"Lo laper gak? Makan diluar yok" ajak Abid. Balqis terpaku. 'gilaa, Balqis mimpi apa sih semalam, tadi di tarik, di ledekin, diajarin, sekarang diajak makan. hari keberuntungan balqisssss!' batin Balqis.
"Balqis manut aja kak" Abid berlari menuju toko buku tadi. Dia mengembalikan dua buku yang selesai dia pahami. Dan membeli satu buku yang belum dia baca sama sekali.
Abid kembali ke Balqis.
"Letak di tas lu bisa? Gue titip" Balqis mengangguk lalu mengambil buku dari tangan Abid dan memasukkannya ke dalam tas.
Abid mengeluarkan satu uang berwarna biru lalu meletakkannya di meja.
"Ayok, perut gue gak tahan" Abid menarik tangan Balqis. Mereka berlari menuju KLX Abid.
"Kak.. kenapa disini? Ini rame banget, kakak udah reservasi?" tanya Balqis.
"Gue kenal pemiliknya, jadi santai aja" jawab Abid. Abid menghampiri si pemilik. Dia berbicara menggunakan bahasa yang tidak dimengerti Balqis.
Seperti.... bahasa Jepang. Pikir Balqis.
Balqis mengamati restoran ini. Ahh iya.. ini restoran Jepang.
Tarikan tangan Abid menyandarkan dari lamunan.
"Kita kesana" ajak Abid, Balqis mengikuti Abid.
"Lo makan apa?" tanya Abid.
"Samain aja kayak kakak" Abid memesan makanan pada pelayan yang ada disamping meja.
Setelah pelayan pergi, Abid melihat Balqis yang masih mengamati sekitar.
"Kenapa lo?" tanya Abid.
"Gak apa apa kak, tempatnya asik" Balqis cengengesan.
Balqis melihat ke belakang Abid, memandangi dan memperhatikan.
"Aaaa" keluh Balqis sambil menutup matanya.
"Balqis, Balqis.. Lo kenapa?" tanya Abid panik dan mendekati Balqis. Abid melihat kebelakangnya. Disitu ada pertengkaran.
"Lo kan trauma kekerasan, kenapa liat gituan sih?!" tanya Abid kesal sambil mendekap Balqis. Balqis bergetar.
"Tenang tenang" Balqis mencoba rileks. Sampai akhirnya dia kembali ke awal.
"Kalau ada gituan, alihkan pandangan, bukan diliatin terus" protes Abid. Balqis mengangguk.
"Maaf.." Balqis menunduk.
"Jangan diulangi, kalau bisa menghindar dari situ. Jangan sampe ikut campur oke?" Balqis mengangguk.
"Anak pintar" Abid mengacak rambutnya gemas.
Gak lama kemudian, pesanan mereka datang.
"Arigatou gozaimasu" ujar Abid. Pelayan tersenyum.
"Hiiww kak, kakak tau bahasa Jepang?" tanya Balqis.
"Makan aja dulu" suruh Abid. Abid mengambil sumpit dan mulai memakan makanannya.
Tujuh menit, waktu yang dibutuhkan Abid memakan makanannya dengan khidmat.
"Lama bener lo" ledek Abid.
"Kakak aja kecepatan!!" balas Balqis.
"Yaudah, santai aja. Lanjutin makan" suruh Abid. Balqis mengangguk. Abid mengangkat tangannya memanggil pelayan.
"Sumimasen, wifi pasuwādo wa nanidesu ka?" ( Permisi, apa kata sandi wifinya? ) Pelayan memberikan kertas kecil ke Abid.
"Arigatou gozaimasu" pelayan tersenyum lalu pergi.
"Fasih bener kak, belajar dimana?" tanya Balqis.
"Belajar di hp. Udah buruan makan, nanti kita balik ke toko buku jemput Ulfa, Devina sama Davina" Balqis mengangguk.
Abid bermain game di ponselnya. Balqis sudah sedari tadi selesai makan, hanya saja dia tidak ingin mengganggu Abid.
"Kakk?" panggil Balqis.
"Kenapa?"
"Emm.. kapan balik?" tanya Balqis jujur.
"Tunggu lo selesai makan" jawab Abid.
"Yah kak, udah selesai dua puluh menit yang lalu"
"Kenapa gak bilang?"
"Kakak serius main gamenya, nanti Balqis ganggu kakak malah bentak Balqis" jawab Balqis.
"Yaudah tunggu. Bentar lagi dapat ayam"
Tiga belas menit kemudian..
"Usaha emang gak mengkhianati hasil" ujar Abid bangga. Dia melihat ke Balqis.
"Tidur? Lah??" Abid keheranan.
"Bisa bisanya tidur lo ya" Abid menatap Balqis yang tidur pulas, entah mengapa dia tersenyum manis dan itu cukup lama.
Selesai menatap Balqis, Abid mengambil ponselnya.
📞 "Mang, bawa mobil saya yang putih ke kafe Jepang biasa. Nanti mamang pake motor saya. Buruan ya!" Abid langsung mematikan teleponnya.
Sesuai permintaan Abid, mobil pun datang tepat tujuh menit setelah Abid menelepon.
"Balqis, Balqis" Abid membangunkan Balqis.
"Dasar kebo" Abid pun menggendong Balqis menuju mobilnya.
"Nggak usah jemput kembar. Nanti saya yang jemput. Hati hati mang, itu baru di servis" celoteh Abid.
"Iya den" jawab mamang supir. Abid melajukan mobilnya kembali ke toko buku.
‘Abang di mobil putih’
Abid mengabari adiknya. Adiknya yang melihat mobil putih pun menghampiri.
Toktoktok..
Avi mengetuk pintu mobil.
"Bang.. Ulfa...."
"Loh kok ada kak Balqis?! Kok pingsan?! Bang Abid apain?! Bang abidddd!!!" omel Devi.
"Aishhh, bocil satu ini" Abid keluar dari mobil.
"Kak Balqis itu tidur, dia tadi ketiduran setelah nemenin abang makan. Gak ada abang apa apain diaa" ujar Abid.
"Serius?!" tanya Devi.
"Iyyaa!! Ulfa mana?"
"Dia di dalam nunggu kakaknya"
"Panggil!! Bilang kalau diajak pulang" Devi pun pergi.
Tak berselang lama, keluarlah Devi dan Ulfa. Avi menunggu di dalam mobil, sedangkan Abid menunggu diluar sambil bersandar di mobil.
"Pelan pelan, ngapain lari lari. Kalau jatuh gimana?!" tanya Abid pada Devi.
"Ya jatoh kebawah"
"Ngelawan terus, gak abang beliin tas kamu mau?!"
"Minta ayah kok" jawab Devi cuek lalu masuk ke mobil bersama Ulfa.
"Adek kampret" Abid masuk kedalam mobilnya.
"Maapin kak Balqis ya bang, kak Balqis kalau tidur susahhh banget dibangunin" ujar Ulfa.
"Iya udah gak apa apa. Kita berangkat" Abid menjalankan mobilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
nisafdlla
lanjut😊
2020-09-26
0
icha.
Astaghfirullah kamu ini bedosa banget migu☺☺☺
gw baper ma novel lu yg satu ni help_-
2020-09-26
13