"Kak abiddd" teriak seseorang.
"Iya?" tanya Abid sedikit cuek sambil berbalik. Seorang siswi SMA Axen datang menghampirinya.
"Emm.. kenalin, guee Vanelia Arandita" ujar Vane masih sedikit ngos-ngosan
"Ooh, iya salam kenal" jawab Abid cuek.
"Gue duluan" balas Abid sambil senyum lalu pergi.
"Melting gue. Manis banget" gumam Vane.
Setelahnya Vane tersadar.
"Lah kan tadi disuruh pak Dayat panggil kak Abid kenapa gue lupa?" tanya Vane. Dia pun mengejar Abid.
"Kak Abid kak Abid"
"Iya?" tanya Abid lagi.
"Emm.. itu, kak Abid dipanggil sama pak Dayat" ujar Vane.
"Sekarang? Kan waktunya balik" jawab Abid.
"Emm Vane gak tau kak, tadi disuruh" balas Vane. Abid mendekat ke Vane.
"Makasih" ujar Abid sambil menepuk pundak Vane. Abid pun berjalan menuju ruangan pak Dayat.
[ Help tuan bahaya melanda. Rumah dibobol paksa oleh seseorang ]
Aplikasi khusus buatan Abid yang dia utus untuk mengabarkan keadaan rumah, sekarang berfungsi.
"Apa itu?" tanya Vane dengan suara yang lumayan pelan.
"Lo.. em gue bisa minta tolong sampein ke pak Dayat? Tolong bilang, gue ada urusan penting dirumah" suruh Abid.
"Hah? I- iya kak" balas Vane gugup. Abid berlari menuju motornya. Kali ini dia memakai motor sportnya. Abid punya banyak motor, tapi dia hanya punya tiga mobil dan itu benar benar atas namanya.
Dia bergegas menuju rumahnya dalam keadaan penuh rasa gelisah.
"Weei woi ah" keluh Tio dari dalam ponsel Abid.
"Kenapaa?" tanya Jefri.
"Gue sama Eldi diserang. Sekitar dua puluh orang lebih ngepung." jelas Tio.
"Lu pada dimana?" tanya Abid.
"Gue dirumah" jawab Jefri.
"Gue di tempat gym" Rangga bersuara.
"Gue mau cek rumah. Keamanan dibobol. Handle yang sana dulu ya. Nanti gue susul" ujar Abid.
"Okee" balas mereka semua. Abid makin melajukan motornya. Tiba tiba ada anak kecil ingin menyebrang. Abid bingung, posisinya sudah tidak terlalu dekat, jika dia belok mendadak akan tabrakan. Namun jika tetap melaju, anak itu tertabrak olehnya.
"Ahh untung" ujar Abid, saat melihat anak itu diselamatkan seseorang. Dia terpaksa turun dan melihat kondisi keduanya.
"Sorry sorry. Gue gak sengaja, gue buru buru" ujar Abid tidak enak.
"Loh kak Abid? Eh gak apa apa kak. Ini kesalahan adeknya Balqis." ujarnya.
"Hah? Eh iya , sorry yaa. Sorry banget. Gue gak bisa lama lama. Ini, nanti lo kabarin gue kalau ada yang luka atau apapun. Sekali lagi gue minta maaf" Abid memberi kartu namanya. Kartu itu kartu nama identitas kang ojol.
Setelah memberikan itu, Abid kembali ke motornya lalu bergegas pergi.
"Kak, kakak itu tadi siapa? Kok kayaknya panik gitu?" tanya Ulfa.
"Emang kang ojol ganteng" gumam Balqis.
"Kak" panggilnya lagi.
"Eh iya kenapa fa?" tanya Balqis.
"Kakak mikirin apa si?" tanya Ulfa.
"Bukan apa-apa"
"Lain kali kalau nyebrang, liat kanan kiri. Kalau kakak gak datang tadi gimana? Kamu nyusahin kakak yang tadi" ceramah Balqis. Ulfa menunduk.
"Maaf kak" ujarnya.
"Jangan di ulang, ayok kita pulang" ajak Balqis. Mereka pun kembali kerumah
~•
Bugh!
"Siapa kalian?!" tanya Abid nyolot.
"Hahaha.. rupanya lo cerdas ya. Lo kasih keamanan tebal biar kami gak bisa celakain keluarga lo" ujar preman bertato udang asin. Abid membalasnya sambil tersenyum sinis.
"Mau minum kopi?" tanya Abid. Mereka tertawa.
"Ini warung kopi?" tanya nya.
"Hahahaha" tawa Abid.
Bugh..
Abid menendang perutnya hingga dia terjatuh. Semua pun bersiaga dengan jurusnya.
"Siapa atasan kalian? Johan? Atau Abiyyu?" tanya Abid sinis.
"Bukan urusan lo" jawabnya lalu berdiri.
"Gitu ya? Jadi.. apa mau lo kesini?" tanya Abid santai sambil memasukkan tangannya disaku celana.
"Kill your family" jawabnya. Abid mulai menghajarnya.
Semua anggota preman itu pun juga menghajar Abid. Satu lawan lima. Bukan hal yang sulit untuk Abid. Abid terlatih dalam segala hal. Termasuk ini.
Pada akhirnya, mereka semua rebahan santuy di halaman Abid sambil meringis kesakitan. Abid tersenyum sinis lalu menghampiri preman bertato udang asin itu. Abid menginjak dadanya.
"Siapa bos lo?!" tanya Abid. Preman ini malah tertawa. Abid menekan pijakannya.
Ceklek..
"Abid" panggil ayahnya.
"Ayah, ayah mundur"
"Ayah masuk, masukk kunci pintu"
"Tutup semua nyaa. Jaga bunda sama kembar. Cepat yaahhh" pinta Abid. Ayahnya pun masuk kembali.
Preman ini melemparkan sesuatu ke arah ayah Abid. Abid menangkapnya dan melukai tangannya.
"Musuh lu gue, bukan bokap gue" Abid makin menekan pijakannya membuat preman merasa tercekik.
Bugh!
Abid di pukul menggunakan balok kayu. Abid kesakitan, tetapi dia menahannya. Dia menarik kakinya dari tubuh preman bertato udang asin dan menyerang pria yang memukulnya.
Abid diserang.
Dari arah lain, muncul beberapa manusia berbadan tegap, yang merupakan anak buah preman bertato udang asin yang Abid tidak tau namanya.
Sial, mana sanggup. Batin Abid.
Dia merasakan sesuatu mengalir di punggungnya. Dia yakin, itu darah. Darah dari pukulan balok kayu dan sesuatu yang menusuk saat balok itu mendarat di punggungnya.
Abid membiarkannya. Dan melanjutkan pertarungan.
Tiba tiba, ada seseorang memakai topeng. Dia membantu Abid melawan para preman ini. Semua tepar dan kembali rebahan santuy di halaman rumah Abid.
Abid melihat rekannya itu. Dia tidak asing dengan tatapan matanya. Dia....
"Heon?"
"Gue disini bantu lo" ujarnya lalu melepas masker dan topengnya. Dia tersenyum ke arah Abid.
"Tapi lo?" tanya Abid.
"Tusukannya cuma tipis. Gue juga udah sering kena. Santai. Kita hajar bareng bareng?" tanya Heon sambil menatap Abid. Abid tersenyum sambil mengangguk.
Heon mendekati salah satu dari mereka. Sedangkan Abid tetap menuju preman bertato udang asin itu.
"SIAPA BOSLUU?!" tanya Abid ngegas. Abid mengangakan mulut preman itu lalu Abid mengantung tangannya yang terluka tepat diatas mulut preman.
Darah Abid menetes dan masuk ke dalam mulut preman udang asin.
"Gini ya, rasanya darah orang penghianat" ujar preman itu. Abid menjotos mukanya.
"Apa maksud lu?!" tanya Abid ngegas.
"Hahahaha. Lu gak tau kenapa Johan benci sama lu?"
"Johan benci sama lu karena lu terlalu sempurna. Dan.. lu ngerebut Shelia dari dia" jelas Preman itu.
"Shelia" Abid perlahan mundur dengan keterkejutannya. Kepalanya pusing, dia terduduk sambil memegang kepalanya.
Abid merasa tidak asing dengan nama Shelia. Tapi dia tidak tau siapa Shelia.
"Abid.. Abid" panggil Heon.
Bugh...
Bughh...
Bughhh...
Abid yang terduduk di pukul dari belakang lalu ditendang. Setelah itu preman bertato udang asin pergi bersama komplotannya.
"Abiddd... Bidddd" panggil Heon panik. Dia melihat punggung Abid yang mengeluarkan banyak darah. Dan jugaaa... Beberapa luka tonjokan yang baru ia dapatkan.
"Who is Shelia?!" tanya Abid.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments